#GOOD NEWS
HOLAAAAA ~ LOVESTRUCK DAN SEGALA KEHALUANNYA UPDATE 💃💃💃
Masih ada yang bangun? Di Kalimantan udah jam 2 😂
Seperti biasa, pembahasannya agak lawas, tapi sayang aja kalau disimpan sendiri.
Sambil
dengerin Born to Love You-nya Seungyoon enak juga sih, gaes.
Happy reading ~
🎬🎬🎬
Ketika berada jauh dari Lisa, Sehun selalu terlihat uring-uringan dan menjalani harinya tanpa semangat. Lalu, ketika mereka memutuskan untuk berpisah pertama kalinya setelah menjalin hubungan, rasanya Sehun seperti akan mati karena terlalu merindukan kekasihnya.
Dan perasaan ingin mati itu kembali dia rasakan setelah mengetahui kalau sang gadis positif terjangkit COVID-19 dan harus dikarantina di rumah sakit langsung.
Fakta bahwa dia belum bertemu Lisa sejak gadis itu kembali dari luar negeri membuat Sehun tercekik karena menahan rindu dan sekarang ditambah dengan kabar buruk itu.
Sehun bahkan tidak bisa menghubungi gadisnya secara langsung dan hanya mendapatkan kabar dari kedua orang tua Lisa karena pihak rumah sakit hanya memberi kabar pada perusahaan dan orang tua pasien.
Bisa bayangkan bagaimana kacaunya Sehun sekarang?
Laki-laki itu bahkan belum makan seharian ini karena terlalu sibuk memikirkan keadaan Lisa, tanpa peduli kalau nanti malam dia memiliki jadwal untuk menghadiri sebuah acara penghargaan sebagai pembaca nominasi.
Mencoba untuk profesional, Sehun berusaha memberikan performa terbaiknya sebagai seorang pembaca nominasi dan berbaur dengan rekannya saat membacakan nominasi, tanpa peduli bahwa matanya tampak sembap, juga terlihat murung.
Hari-hari Sehun selama Lisa dikarantina terasa sangat berat karena kerinduannya pada sang kekasih semakin bertambah di setiap detiknya.
Laki-laki itu bahkan beberapa kali mengeluh tidak nafsu makan karena mengkhawatirkan kondisi kekasihnya saat ini.
"Ah, kapan Lisa akan keluar dari rumah sakit?" Sehun mengeluh seraya menggulingkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Laki-laki itu sangat merindukan kekasihnya, hingga rasanya hampir mati.
"Eomma, appa ..." Sehun bergumam dalam kesedihannya sore ini. "... aku merindukan Lisa."
Maknae EXO itu merengek pada orang tuanya yang berada jauh darinya, yang bahkan tidak tahu kalau dia sedang sangat menderita sekarang.
Dengan helaan napas kasar, Sehun membiarkan wajahnya tenggelam di dalam bantal yang beraromakan wangi shamponya.
Suara benda jatuh dari luar kamarnya membuat Sehun terkejut dan mengangkat pandangan untuk menatap pintu. Kira-kira suara apa itu? Saat ini tidak ada siapa pun selain dirinya di apartemen. Jadi, siapa yang membuat keributan di luar sana?
Langsung saja Sehun keluar dari kamarnya untuk mencari tahu dan betapa terkejutnya laki-laki itu saat melihat siapa yang baru saja membuat keributan dengan menjatuhkan sesuatu.
"Xiao Li," Sehun bergumam dengan bisikan angin saat melihat sang gadis menegakkan tubuh setelah memungut ponsel yang jatuh.
Lisa melebarkan senyumnya, tampak sedikit kaku karena kejutannya yang dia rencanakan gagal total.
Sehun menghampiri dengan mata berkaca-kaca, kemudian membungkus pipi Lisa setelah berdiri di hadapan gadis itu. "Apa ini benar-benar kau? Aku tidak bermimpi karena terlalu merindukanmu, 'kan?"
Sehun tampak tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Benarkah sosok yang berdiri di depannya ini adalah gadisnya atau hanya halusinasinya saja?
"Kenapa kau menangis?" Lisa bertanya dengan wajah yang tampak bingung dan sebelah tangan yang digunakan untuk menghapus air mata Sehun.
Sehun tidak menjawab dan malah menarik Lisa ke dalam pelukannya dan memeluk dengan sangat erat, memastikan kalau sosok yang dia peluk bukanlah halusinasi, melainkan benar-benar sosok yang dia rindukan.
"Ini bukan mimpi, 'kan? Kau benar-benar di sini, 'kan?" Sehun berbisik parau dan mengeratkan pelukannya pada sang kekasih.
Lisa yang merasakan kekhawatiran Sehun hanya bisa membalas pelukan di tubuhnya. "Ini benar-benar aku, Oppa. Aku sudah baik-baik saja sekarang," katanya menenangkan sang kekasih.
Sehun terlalu senang karena bisa melihat gadisnya lagi setelah sekian lama. Laki-laki itu bahkan tidak peduli apakah kekasihnya itu sudah sembuh sepenuhnya dari virus yang menjangkit seisi dunia atau belum. Karena yang paling penting baginya adalah memeluk Lisa selagi ada kesempatan.
Tidak ada kata yang Sehun ucapkan pada Lisa untuk menjawab gadis itu. Perasaannya terlalu lega, hingga dia hanya menangis penuh syukur karena penantiannya menunggu sang kekasih berakhir sudah.
"Oppa, jangan menangis lagi atau aku akan ikut sedih karenamu," pinta Lisa dalam rengekannya.
Gadis itu tahu kalau Sehun menangis karena senang melihatnya setelah sekian lama, tapi dia tidak ingin melihat kekasihnya menangis setelah tidak bertemu selama satu bulan.
"Aku mengkhawatirkan, juga merindukanmu, hingga rasanya seperti akan mati." Sehun mengeluh dengan suara parau dan wajah yang disembunyikan di ceruk leher Lisa dan membiarkan air matanya jatuh di sana.
"Aku juga merindukanmu, Oppa." Bukan hanya Sehun saja yang memendam rindu, Lisa pun merasakan hal yang sama, terlebih lagi caranya membohongi Sehun benar-benar sangat kejam. "Maaf karena membohongimu saat itu."
Sehun menarik dirinya dari Lisa dengan perlahan dan menatap dalam diam. Laki-laki itu ingin marah, tapi kenapa dia tidak bisa melakukannya saat melihat Lisa berdiri tepat di depannya?
"Bahkan kemarahanku tidak sebanding dengan kerinduanku padamu." Sehun mengatakannya dengan sedikit jengkel, tapi tidak bisa menunjukkan kemarahannya sedikit pun. "Aku merindukanmu seperti orang idiot."
Lagi, Lisa menghapus air mata kekasihnya yang kembali jatuh. "Aku hanya tidak ingin kau panik. Itulah kenapa aku sengaja tidak memberitahumu tentang hasil tesnya," jelasnya untuk memberikan Sehun pengertian.
"Lalu, kau pikir aku bahagia karena mengetahuinya dari Kai?" tanya Sehun tidak percaya.
Lisa mengembuskan napas pelan. "Oppa, bukan begitu. Aku hanya tidak ingin kau datang padaku karena virus sialan itu. Aku tidak ingin pekerjaanmu terganggu nantinya." Lisa berusaha untuk menjelaskan alasan kenapa dia tega membohongi Sehun saat itu.
Sehun memutuskan untuk tidak marah pada Lisa, tapi hatinya tidak bisa menerima alasan yang diberikan.
Laki-laki itu menggeleng dan mengambil langkah mundur, menjaga jarak seolah tidak ingin berdekatan dengan kekasihnya.
"Kau tidak tahu bagaimana perasaanku saat mengetahui kabar itu dari portal berita dan bukannya darimu langsung. Padahal kau bilang aku akan jadi orang pertama yang akan kau beritahu." Sehun berbisik lirih, wajahnya menunjukkan kekecewaan yang begitu kental pada kekasihnya. "Rasa sakitnya sama seperti saat kita berpisah pertama kali."
Lisa ikut menangis bersama Sehun. Gadis itu tidak menyangka kalau kebohongannya itu akan menghancurkan Sehun sampai seperti ini, padahal Lisa tidak sedang berselingkuh sekarang.
"Aku tahu aku mengecewakanmu karena sudah berbohong, tapi tolong mengertilah kalau aku melakukannya juga untukmu, Oppa." Lisa harus memohon untuk membuat Sehun mengerti dengan keputusannya. "Aku juga tidak sampai hati membohongimu seperti itu, tapi aku harus melakukannya untukmu. Jadi, tolong maafkan aku karena sudah berbohong."
Sehun menggeleng dengan air mata yang jatuh di pipinya. Laki-laki itu tidak marah, tapi kecewanya tidak bisa disembunyikan meski dia bersyukur karena gadisnya sudah kembali.
Melihat Lisa berdiri di depannya dengan wajah yang tampak pucat membuat Sehun sedikit banyak merasa sedih, tapi tetap tidak bisa menghilangkan kecewanya pada kebohongan sang kekasih.
Tanpa mengatakan apa pun, Sehun membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan Lisa, tapi gadis itu dengan sigap melingkarkan kedua tangannya di perut Sehun.
"Oppa, tolong jangan marah padaku," Lisa memohon dalam bisikan parau, "Percayalah kalau perasaanku juga sama sakitnya saat harus membohongimu."
Sehun terisak, bukan pertemuan penuh air mata seperti ini yang dia bayangkan ketika Lisa selesai di karantina, tapi kenapa semuanya malah berakhir seperti ini?
Laki-laki itu menganggap hubungan ini serius, tapi sepertinya Lisa tidak menganggapnya serius seperti Sehun menganggap hubungan keduanya adalah hal yang paling penting untuknya.
"Apa kau ingat sudah berapa kali kau melakukan hal ini padaku? Aku bahkan tidak bisa mengingatnya karena kau terlalu sering melakukannya, Lalisa." Sehun berbisik lirih dan membiarkan senyum miris menghiasi wajahnya yang dipenuhi oleh air mata.
Lisa melepaskan pelukannya dari Sehun dan berpindah ke depan laki-laki itu hanya untuk mencengkeram pinggang sang kekasih. "Oppa, dengarkan aku baik-baik," pintanya seraya menarik napas dalam-dalam. "Aku tahu kalau dalam hubungan ini kau adalah yang paling sering mengalah dan mencoba memahamiku. Kau juga yang berjuang paling keras agar kita bisa sampai sejauh ini, tapi demi Tuhan, aku tidak pernah ingin menyakitimu dengan sengaja."
Sehun yang tidak bisa melihat Lisa menangis segera membuang pandangannya dari sang kekasih. Sekali lagi Sehun tegaskan kalau bukan pertemuan seperti ini yang dia inginkan.
Wajahnya ditarik lembut oleh sang kekasih agar keduanya bisa saling menatap, meski masing-masing wajah dipenuhi dengan air mata.
"Aku janji tidak akan pernah melakukan apa pun yang akan mengecewakanmu," kata Lisa mengucapkan janji. "Mulai sekarang aku akan mempertimbangkan perasaanmu juga, bukan hanya mementingkan tanggung jawabmu."
"Apa aku bisa mempercayaimu?" Sehun bertanya skeptis.
"Kau tidak percaya dengan gadis yang kau cintai?" Lisa bertanya balik.
Sehun mengangkat bahu dengan enggan, tapi tatapannya tampak begitu pasrah.
Lisa kembali memeluk Sehun, kali ini sambil mengusapkan keningnya di dada sang kekasih untuk mencari posisi yang nyaman.
"Kau harus percaya padaku," Lisa berbisik lirih, "Bahkan jika aku berbohong lagi, semua itu kulakukan untukmu."
Sehun tidak tahu apakah di masa yang akan datang nanti dia masih bisa memberikan toleransinya pada Lisa atau tidak. Laki-laki itu sudah terlalu banyak memberikan kelonggran, membuat Lisa juga terkadang menganggap sepele permintaan Sehun. Gadis itu merasa akan selalu ada maaf untuknya, membuat Lisa kerap kali mengambil risiko yang berakhir dengan kemarahan Sehun.
"Kau sudah makan?" Lisa bertanya saat dirasa Sehun sudah tidak marah lagi—meski faktanya sang kekasih tidak membalas pelukannya saat ini.
Sehun menatap setengah jengkel. "Kau pikir aku bisa makan tanpa tahu bagaimana keadaanmu?"
Lisa mengusap sebelah pipi Sehun dan mengecup bibir sang kekasih, masih dengan wajah yang dipenuhi dengan air mata. "Aku akan memasak nasi goreng untukmu." Sebisa mungkin, Lisa berusaha untuk memperbaiki suasana hati Sehun yang buruk.
Lisa memang tidak pandai memasak, tapi kalau hanya nasi goreng saja, maknae BLACKPINK itu juga bisa. Toh, dia hanya perlu mencampurkan beberapa bahan dapur, kemudian menambahkan daging cincang, sosis, telur atau apa saja yang Lisa inginkan.
Sehun harusnya menunggu di meja makan atau di mana saja, yang jelas bukan berdiri dua langkah di belakang Lisa hanya untuk memeluk dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu gadis itu.
"Bagaimana caranya untuk marah padamu?" Sehun bertanya sungguh-sungguh. "Aku benci karena harus mengalah padamu terus."
"Apa kau benar-benar ingin marah padaku, Oppa?" Lisa pun membalas dengan sama seriusnya dan menurunkan temperatur panas kompornya agar masakannya tidak gosong.
Sehun membalas dengan gumam.
"Jika kau marah padaku, maka aku akan sangat sedih," balas Lisa tidak kalah serius, "Kau tahu kalau aku paling tidak bisa diabaikan olehmu."
"Cih, tidak bisa diabaikan olehku, tapi selalu saja membuatku ingin marah," Sehun mendecih. Rasa marah itu masih ada dan belum benar-benar pergi meski sudah diberikan satu kecupan di bibir.
"Aku janji ini akan jadi yang terakhir, Oppa," balas Lisa seraya membungkus tangan Sehun yang berada di perutnya.
"Jika ini bukan yang terakhir?" tantang Sehun.
"Maka aku akan putus denganmu."
"Juggo sip-eo?" Sehun menggertakkan gigi dan mengencangkan pelukannya di perut Lisa.
"Nongdam-iya," balas Lisa dengan tawa tertahan. Kenapa kekasihnya ini masih saja merajuk, padahal sedang bermanja ria dengannya saat ini? "Apa kau pikir aku bisa hidup tanpa melihatmu?"
Sehun mengembuskan napas kasar setelah menutup perlahan matanya. "Kau pasti bisa, mengingat dirimu bahkan sanggup untuk membohongiku," sindirnya dengan mengingatkan kembali apa yang telah Lisa lakukan padanya.
Sekarang giliran Lisa yang mengembuskan napas kasar. Jika kekasihnya sudah dalam mode menyindir seperti ini, maka sulit bagi Lisa untuk menenangkan.
Lisa membalikkan tubuhnya dengan perlahan untuk menghadap sang kekasih, tapi Sehun enggan melepaskan pelukannya dan kembali meletakkan dagunya di bahu Lisa, masih dengan mata tertutup.
"Kau akan benar-benar mengasihaniku jika tahu bagaimana aku melewati masa-masa karantinaku," balas Lisa dengan bisikan. "Di antara kita berdua, akulah yang paling membutuhkan kehadiranmu, tapi aku bahkan tidak bisa menelepon untuk sekadar menanyakan kabarmu. Kau bukan satu-satunya yang menjadi orang idiot karena menahan rindu."
Sehun yang tadinya menutup mata rapat-rapat, perlahan membukanya dan merenungkan sesuatu. "Kau merindukanku?" Pertanyaannya dilemparkan dengan penuh keraguan, seolah tidak yakin apakah pertanyaan ini pantas untuk ditanyakan atau tidak.
Lisa dengan cepat mendorong tubuh Sehun agar bisa menatap langsung ke dalam mata laki-laki itu. "Aku memang membohongimu, tapi bukan berarti aku tidak merindukanmu selama masa karantinaku," katanya meyakinkan sekali lagi, "Aku bahkan merasa jauh lebih menderita karena telah membohongimu." kini suaranya terdengar mencicit dan memohon untuk dimengerti sekali lagi.
Sehun menunduk dan menatap kosong lantai di bawahnya. Apa marah pada Lisa adalah tindakan yang tepat? Bagaimanapun juga, kebohongan itu Lisa katakan hanya agar tidak membuat Sehun kehilangan akal sehatnya dan mengacaukan beberapa pekerjaan yang sudah tersusun rapi.
Niat Lisa adalah baik, tapi Sehun tidak menganggap baik sebagaimana Lisa menganggapnya saat itu.
Tangan Sehun yang semula melingkari pinggang Lisa, kini ditarik untuk mengambil salah satu tangan gadis itu, kemudian digenggamnya. "Maaf karena sudah bersikap kekanak-kanakan," sesalnya.
Sekarang Sehun sadar kalau tidak seharusnya dia marah pada Lisa yang notabenenya berbohong untuk tidak mempersulit pekerjaannya. Harusnya dia mengerti sejak awal, bukan malah merajuk seolah dia ditinggalkan begitu saja.
"Harusnya aku menyambut kedatanganmu, bukan malah memprotes apa yang kau lakukan sebelumnya." Lagi, Sehun mengutarakan rasa sesalnya, tapi kali ini dengan menatap langsung ke dalam mata sang kekasih. "Maaf karena bersikap seolah hanya aku yang menderita di sini, tanpa memikirkan bagaimana kau melewati masa-masa karantina tanpa seseorang yang menemanimu. Maaf karena—"
"Oppa," Lisa memotong cepat penjelasan Sehun. "Bisakah kita berhenti untuk saling meminta maaf hari ini?" tanyanya, kemudian menggeleng kecil untuk melanjutkan kalimat selanjutnya, "Bukan obrolan seperti ini yang aku inginkan."
Sehun pun tidak ingin hanya mengatakan maaf, alih-alih mengungkapkan betapa rindunya dia pada sang kekasih.
"Tunggu aku selesai di ruang tamu dan setelahnya kita akan mengobrol," kata Lisa seraya mengusap pipi sang kekasih dan menambahkan senyum agar tidak mendapatkan perlawanan.
Kali ini, Sehun menuruti perintah Lisa tanpa memberikan perlawanan apa pun, tapi sebelum pergi, dia lebih dulu mencuri satu ciuman di bibir sang kekasih.
Sementara Lisa hanya bisa menggeleng saat ditinggalkan setelah satu ciuman darinya dicuri begitu saja.
Inilah yang Sehun ingin lakukan ketika Lisa selesai dikarantina. Menonton film bersama sambil memakan camilan dengan berbantalkan paha gadis itu.
Rasanya sudah lama sekali mereka tidak melakukan hal seperti ini dan memang satu bulan lebih sudah berlalu sejak keduanya menghabiskan waktu bersama.
Sepanjang menonton film, Sehun tidak melepaskan tangan Lisa dari genggamannya. Laki-laki itu setia mendekapnya di atas dada dan tidak membiarkannya lepas meski hanya sebentar.
"Oppa," Lisa memanggil ketika Sehun fokus dengan layar datar di depannya.
"Hmmm?" Meski fokus, tapi Sehun tidak memiliki alasan untuk mengabaikan panggilan gadisnya. Dia mengalihkan perhatiannya pada sang kekasih.
"Aku merindukanmu," Lisa nyaris berbisik. Pandangannya tampak begitu lembut dengan senyum yang ikut menghiasi bibirnya.
Sehun mengecup punggung tangan Lisa, kemudian kembali menyimpannya di dada. "Aku jauh lebih merindukanmu," balasnya dengan bisikan yang sama.
"Aku selalu merindukanmu setiap kali berpisah, tapi rasanya kemarin seperti akan mati karena tidak bisa melihatmu selama berhari-hari." Lisa mulai mengeluhkan hari-hari penuh penderitaannya saat dikarantina sambil mengusap kepala Sehun.
"Kau pikir aku tidak seperti itu?" Sehun bertanya dengan nada setengah protes.
Lisa harus tahu bagaimana Sehun merusak pola kesehariannya karena terlalu stres. Belakangan ini laki-laki itu kembali mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang cukup banyak, padahal dia sudah bertekad untuk menguranginya.
Namun di hari pertama Lisa dikarantina, Sehun bahkan menghabiskan sepuluh botol soju untuk dirinya sendiri. Alhasil pengarnya sangat parah di keesokan hari, Sehun bahkan sampai tidak bisa beranjak dari tempat tidurnya karena terlalu pusing. Laki-laki itu juga muntah akibat rasa tidak nyaman yang memenuhi perutnya karena terlalu banyak mengkonsumsi alkohol.
Beruntung laki-laki itu tidak mati dan berhasil mengatasi masalahnya tanpa menimbulkan keributan apa pun.
"Bagaimana dengan rumah baru?" Sehun mengalihkan pembicaraan saat Lisa hanya merespons dengan tatapan yang tampak sendu, tapi tetap memberikan senyum kecilnya.
"Sudah bisa ditempati sebelum natal," jawab Lisa apa adanya, masih dengan tangan yang aktif mengelus kepala kekasihnya.
"Oh~" Sehun berseru heboh dengan ekspresi yang sedikit jahil. "Jadi, hadiah apa yang kau inginkan untuk rumah barumu?"
Lisa bergumam saat menatap Sehun dan memikirkan jawabannya. "Sebotol wine?" tanyanya meminta pendapat.
"Hanya sebotol wine?" tanya Sehun memastikan.
"Bagaimana kalau bonus dengan laki-laki di pangkuanku ini?" Lisa balik menggoda kekasihnya. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak saling menggoda seperti ini.
Sehun tersipu. Pandangannya dialihkan sebentar dari gadisnya, kemudian menatapnya dengan senyum. "Cool. Hadiah satu botol wine, beserta laki-laki tampan ini untuk perayaan rumah baru," katanya menyanggupi permintaan Lisa, kemudian mencari obrolan yang baru. "Kau punya rencana saat Natal?"
Lisa bergumam, kemudian mengangkat bahu. "Entahlah. Sejauh ini aku belum memiliki rencana untuk merayakan Natal. Kenapa kau bertanya?"
"Jika kau tidak ada rencana, aku ingin mengajakmu ke rumah, tapi jika kau memiliki rencana dengan teman-temanmu, maka malam tahun barumu harus bersamaku. Harus."
Sebagai kekasih yang baik, tentu Sehun tidak ingin gadisnya kesepian lantaran tidak ada keluarga yang menemani maknae BLACKPINK itu di hari-hari libur yang seharusnya dihabiskan untuk kumpul keluarga.
Biasanya Sehun memang selalu mengajak Lisa ke rumahnya di hari-hari tertentu dan berkumpul bersama keluarganya. Setidaknya Lisa tidak akan benar-benar merasa kesepian ketika semua orang menghabiskan waktu untuk berkumpul bersama keluarga.
"Biasanya aku selalu menghabiskan malam Natal dan Tahun Baru di rumahmu," kata Lisa seraya mengingat tahun-tahun sebelumnya saat menghabiskan waktu dengan keluarga sang kekasih.
Sehun mengeratkan genggamannya di tangan Lisa dan tersenyum lembut. "Kau tidak harus selalu menghabiskan waktu dengan keluargaku. Tidak apa jika kau ingin menghabiskan waktu bersama teman-temanmu," katanya penuh pengertian, "Keluargaku selalu ada untukmu, tapi kau tidak harus selalu ada untuk mereka."
"Tapi aku akan selalu ada untukmu, seperti kau yang selalu ada untukku." Lisa membalas genggaman tangan Sehun, kemudian memberikan senyumnya, disusul dengan kecupan singkat di bibir.
Sehun yang merasa satu kecupan tidak cukup langsung menarik tengkuk kekasihnya, kemudian mulai memagut bibir Lisa. Untungnya, laki-laki itu mendapatkan sambutan yang hangat Lisa.
Momen seperti inilah yang keduanya bayangkan untuk melepas kerinduan yang menyiksa selama beberapa hari ini. Memang sudah seharusnya mereka melepaskan rindu dengan memandu kasih.
Sehun mengeratkan genggamannya di tangan Lisa dan tersenyum lembut. "Kau tidak harus selalu menghabiskan waktu dengan keluargaku. Tidak apa jika kau ingin menghabiskan waktu bersama teman-temanmu," katanya penuh pengertian, "Keluargaku selalu ada untukmu, tapi kau tidak harus selalu ada untuk mereka."
"Tapi aku akan selalu ada untukmu, seperti kau yang selalu ada untukku." Lisa membalas genggaman tangan Sehun, kemudian memberikan senyumnya, disusul dengan kecupan singkat di bibir.
Sehun yang merasa satu kecupan tidak cukup langsung menarik tengkuk kekasihnya, kemudian mulai memagut bibir Lisa. Untungnya, laki-laki itu mendapatkan sambutan yang hangat Lisa.
Momen seperti inilah yang keduanya bayangkan untuk melepas kerinduan yang menyiksa selama beberapa hari ini.
Memang sudah seharusnya mereka melepaskan rindu dengan memandu kasih, alih-alih sibuk meninggikan ego masing-masing.
Belajar dari pertengkaran hari ini, Lisa harus lebih berhati-hati ke depannya. Gadis itu tidak bisa hanya memikirkan hal yang baik-baik saja. Tentu akan selalu ada risiko di setiap pilihannya, tapi apa pun risikonya, Lisa harus menghadapi itu semua, alih-alih menghindar dan menciptakan kesalahpahaman.
Mungkin selama ini Sehun terlihat begitu mencintai Lisa dan selama ini pula dia jugalah yang selalu mengalah dan mencoba untuk mengerti, tapi laki-laki itu juga memiliki sisi tegas yang sangat Lisa takuti.
Jika laki-laki itu sudah memilih untuk menjauh, maka akan sulit sekali untuk menariknya agar mendekat lagi.
Jadi, mulai sekarang, Lisa akan melakukan hal yang Sehun lakukan untuk hubungan mereka. Gadis itu akan berusaha untuk tidak menjadi sisi yang hanya menerima, tapi juga akan berusaha untuk menjadi sisi yang memberi. Kalau bisa, Lisa ingin memberikan Sehun lebih banyak dari yang laki-laki itu berikan padanya selama ini.
🎬🎬🎬
Buat yang minta supaya lovestruck dikasih konflik tipis, tuh udah aing kasih yak 🤣🤣
Meski terselesaikan dalam satu chapter, tapi bagi aing pribadi konfliknya udah cukup, mengingat di sini mereka berdua aing gambarkan sebagai pasangan yang berpikiran dewasa, maka penyelesaian konfliknya pun nggak lama.
Dari awal nulis untuk lapak ini, aing memang sengaja nggak masukin konflik apa pun, apalagi yang memang sering "dihubungkan" sama mereka. Karena tujuan lovestruck untuk halu, bukan buat bikin overthinking.
Jadi, kalau ada yang berharap akan ada konflik ikan teri VS blasteran surga rebutan Lisa, kalian nggak bakalan dapatin itu di sini.
Kalaupun nanti ada konflik yang agak panjang, aing maunya itu konflik internal dari keduanya, bukan dari pihak luar. Karena memang sedewasa itu hubungan mereka dalam bayangan aing, gaes. Dan aing sendiri nggak mau overthinking kalau semisal bikin konflik dari pihak eksternal.
AING SUDAH SANGAT LELAH DAN MUAK BEROVERTHINKING.
Jadi, mari kita halu saja selagi belum dikaramkan oleh kenyataan.
Dadah~
16 Maret 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro