Lovest 5: Tantangan dan Kelompok Baru
"Ketika seseorang mencoba tantangan baru, tentu saja dia akan mendapatkan suatu pengalaman yang berharga."
-Unknown-
***
"Jadi, marilah kita bentuk kelompok. Satu kelompok terdiri atas empat orang, dan biar mempersingkat waktu, marilah kita membuatnya dalam model persegi empat. Jadi, satu meja di depan dengan yang dibelakangnya akan jadi satu kelompok," kata seorang guru yang kebetulan sedang mengajar pelajaran Matematika, tentunya yang disukai oleh Gita. Tetapi sayangnya ... dia tak masuk sekolah pada hari ini.
Tetapi untung saja tempat duduk di samping Erika kosong, sehingga yang ada, Gita bisa dimasukkan dalam kelompok yang sama dengannya. Lalu, apa yang akan dilakukan Erika? Dia langsung menghubungi guru yang bersangkutan. "Bu, Gita duduk sama saya, tapi dia lagi tak masuk. Apakah dia tetap masuk kelompok saya atau bagaimana, Bu?"
"Masukkan saja. Tetapi ingat, nanti ketika keluar dari sini, kan kalian bawa tugasnya ke luar sekolah tuh. Nah, dia harus ikut kerja agar mendapat nilai juga, oke?" jawab guru itu dengan penuh bijaksana.
Tentu saja perkataan yang tadi membuat Erika begitu lega. Hingga pada akhirnya, gadis itupun membalikkan tubuhnya ke belakang, mulai merancang tentang apa-apa yang perlu dikerjakan serta pembagian tugasnya agar cepat selesai, begitu. Gadis itupun juga memberitahu perihal alasan kelompoknya tak terasa lengkap karena Gita tak ada di tempat.
***
Sedangkan di pojokan lain kelas, Martin merasa bahwa dirinya terasingkan. Mengapa? Karena dia duduk di tempat paling belakang dan tak ada satu pun orang yang berniat untuk mendekatinya. Padahal sebelumnya dia sangat dicari-cari karena ketampanannya yang membuat tubuh semua gadis yang melihatnya menjadi membeku. Artinya, mereka semua terpesona, tetapi mengapa ... Martin tak dihampiri oleh satu pun orang yang setidaknya ada di sekitarnya?
"Hmm ... apa mungkin karena aku duduknya di baris kelima dari depan, udah itu, paling pojok lagi. Apakah memang hanya empat orang yang boleh ikut? Hmm," gumam Martin kemudian. Untung saja dia memanfaatkan kemampuan berbahasa Indonesia dengan cukup baik di kelas itu.
Sampai-sampai kedua orang yang duduk di bangku sebelah dan seberang bangku Martin pun menghampiri orang yang duduk sendirian. Siapa lagi kalau bukan Martin itu sendiri? "Hai, kami tahu kamu tak dapat kelompok, bukan?"
"Hmm ...," gumam Martin sebelum dia bakal menjawabnya dengan bahasa Inggris dikarenakan tak begitu paham akan apa yang diucapkan oleh kedua orang itu tadi. Hingga pada akhirnya, dia pun berkata, "No, i didn't have a team until now."
Nah, untungnya nih, kedua orang yang tadi juga mengerti bahasa Inggris. Hingga pada akhirnya ... salah seorang dari mereka pun juga berbicara bahasa yang demikian, "Mind you have a team with us?"
"Oh ... of course. But ... this is just three persons. Is this okay?" tanya Martin dengan nada bicaranya yang lumayan khas dan ada intonasinya. Tentu saja disesuaikan dengan jenisnya, apakah itu kalimat pertanyaan, pernyataan, atau sebagainya. Hingga pada akhirnya, salah seorang lainnya pun mengangguk-angguk.
Namun pada akhirnya, orang itupun menjawab, "Actually it's okay. Oh yeah, what's your name? Let's introduce ourself, right?"
"My name is Martin, and you guys, what's your name?" balas Martin yang tentu saja menanyakan balik karena ketika menanyakan nama, dia juga tentu ingin mengetahui nama teman-teman barunya. Maka, mereka—eh ... salah seorangnya pun menjawab lagi, "My name is Kirai, and this person beside me is Yama. Nice to meet you, Martin. When you moved to our school?"
Maka, dengan entengnya Martin menjawab, "Just yesterday, in the early morning."
"Oh ... i see. Okay. Hope you like our school. Feel this as your home, okay? This school always open heart to you as a new comer. Why? Because you come to study and organizing, certainly right?" balas Kirai itu lagi, yang tadinya memperkenalkan diri sendiri dan juga Yama. Sedangkan temannya itu lebih banyak diam daripada ngomongnya, hingga Kirai seringkali menyikut lengannya, berharap agar giliran dialah yang berbicara.
Namun Martin tak mempermasalahkan itu. Mungkin saja Yama terkenal sebagai orang yang kalem. Biasanya orang yang pendiam atau kalem itu tak mudah terjerumus ke hal-hal yang berbau negatif di dalam pergaulan, bukan? Itulah yang Martin katakan di dalam hatinya. Hingga pada beberapa saat kemudian ....
"Kalian sudah kerja kelompok, belum? Kok dari tadi ibu lihat dari depan itu ... kalian bertiga malah mengobrol terus?"
Maka, Kirai pun langsung menjawab, "Kan kami perkenalan dulu, Bu. Ya ... lagipula, kata Martin, dia belum dapat kelompok. Nah, kami jelaskanlah, sambil berkenalan gitu, Bu. Hehehe."
"Dasar kamu ini ya. Ayo mulai kerja, dan mulailah dicicil. Nanti tak selesai lho! Pertemuan berikutnya harus sudah dikumpulkan!" seru guru Matematika itu lagi. Seketika, entah mengapa Kirai, Yama, dan Martin berpikiran tentang hal yang sama tentang guru itu, bahwa ... beliau terkenal sebagai guru yang "galak".
Tetapi pada akhirnya, mereka menyingkirkan pikiran itu dan mencoba untuk memulai bekerja. Lalu bagaimana dengan perkenalannya? Tentu saja bisa disambil nantinya, karena mereka sudah takut duluan akan seruan guru Matematika yang bernama Mrs. Ashley itu.
***
"Approximately ... will Gita go to school tomorrow?"
Tiba-tiba saja Martin menanyakan hal yang demikian, karena dia merasa agak khawatir pada Gita, dan ingin sharing lagi dengan sang gadis. Lagipula, katanya gadis itu lumayan asik ketika dijadikan lawan bicara dengan bahasa Inggris. Sedangkan yang ditanya pun hanya menggeleng-geleng. "I don't know, Martin. So what? Is there any problem that you want to tell with me?"
Sejujurnya, Erika, gadis yang ditanya itu juga sedang membuka aplikasi Google Translate di ponsel pintarnya. Mengapa? Karena gadis itu juga ingin mengerti apa yang diucapkan oleh Martin, dan ingin mencari arti kata yang ingin diucapkannya dengan bahasa Inggris pula. Tetapi sejatinya, itu hanya berlaku untuk kata-kata yang sulit dan dia tak tahu artinya.
Hingga pada akhirnya, Martin menjawab lagi, "No. I don't want to confide about everything, or something like that." Maka, Erika pun hanya menggeleng-gelengkan kepala ketika mendengar kalimat yang tadi. Pasti dikarenakan ada suatu kata yang dia sendiri tak memahaminya. Namun ... it's okay, right? Berbicara bahasa Inggris itu baik, seakan-akan ada tantangannya tersendiri!
"Oh yeah. By the way, do you feel comfortable if i speak English with you?" tanya Martin itu lagi, berharap Erika dapat menjawabnya. Namun ... gadis itupun meminta izin untuk berbicara dengan bahasa Indonesia, dan lelaki itupun memperbolehkannya.
Maka, Erika pun mengutarakan pendapatnya tentang berbicara dengan bahasa Inggris dengan Martin itu seperti apa.
"Ketika seseorang mencoba tantangan baru, tentu saja dia akan mendapatkan suatu pengalaman yang berharga. Aku mengutip ini dari seseorang yang tak kuketahui. Pokoknya, akan terasa menyenangkan akhirnya, ketika pada akhirnya orang itu dapat keluar dari zona nyamannya."
***
Bersambung.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro