Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lovest 4: Gita ke Mana?

"Andaikan saja mereka dapat dipersatukan, tetapi sayangnya ... umur pertemanan mereka hanyalah seumur biji jagung yang baru ditanam."

-Erika-

***

Keesokan harinya, Gita tak masuk sekolah. Entah karena apa, semua orang tak tahu akan alasannya, apalagi orang-orang yang dekat sekalipun—Julian, Erika, dan Clara. Padahal, rata-rata banyak yang biasanya tak memerdulikan Gita sama sekali. Lalu, sebelum bel masuk berbunyi, ketiganya memutuskan untuk bertemu di taman dekat parkiran sekolah. Tentu saja yang dibahas di sini adalah keberadaan Gita yang tidak diketahui sampai sekarang, dan itu merupakan rencana yang tak diperkirakan sebelumnya. Jadi bisa dibilang bahwa pertemuan ini terkesan mendadak.

"Ah ... terima kasih bagi yang sudah datang ke pertemuan mendadak kali ini. Baiklah, untuk hari ini, kita akan membica—"

"Bicarakan Gita, bukan?" potong Clara pada Julian yang tiba-tiba memulai "rapat" ini.

Maka, Julian hanya bisa memasang wajah merah padam untuk sesaat. Setelah itu, dia membalas, "Tentu saja. Ada yang tahu tidak, ke mana dia pergi sebenarnya?" Seketika, Erika dan Clara hanya bisa mengidikkan bahu masing-masing, tanpa ingin berkomentar apa pun. Tetapi tetap saja mereka memiliki pandangan dan dugaan yang berbeda tentang menghilangnya Gita dari permukaan untuk sesaat.

Pertama, menurut Clara, Gita memang sering sakit sehingga sudah beberapa kali dia pernah meminta izin kepada guru-guru yang mengajar, melalui sepucuk surat yang diantarkan oleh guru PPL saat itu. Kedua, menurut Erika, bisa jadi temannya itu tidak masuk sekolah bukan karena sakit, tetapi ingin memogokkan diri. Memang, sudah ada kabar berita yang tersiar di seluruh penjuru sekolah dan kebanyakan para warga sekolah membahas Martin dan Gita, padahal keduanya baru saja saling berkenalan.

Apa yang terjadi? Lelaki itu menjadi seorang murid baru di kelas Gita. Oh My God! Bisa jadi Gita akan dihujat habis-habisan oleh warga kelas lain—apalagi cewek, hanya gara-gara Martin ada di kelas tersebut. Biasalah, mereka suka iri.

Hingga pada akhirnya, Erika angkat bicara. "Itu, Jul. Sebenarnya kalau kau mau tahu, Gita sepertinya lagi menenangkan suasana hatinya deh. Sepertinya suasananya lagi tak bagus sejak semalam. Apalagi itu pertemuan pertamanya dengan Martin. Katanya, dia takut jikalau hatinya akan kembali teriris oleh kehadiran lelaki lain di hidup sang gadis seperti Gita," jelas Erika, berusaha untuk membuat Julian mengerti akan sikap Gita yang sekarang. Namun sayangnya ....

"Memangnya ada apa dengannya? Apa dia sakit jiwa atau apa?" tanya Julian secara to the point. Sejujurnya, perkataan itu tentu saja menyakitkan hati Gita ketika dirinya muncul di hadapan Julian. Tetapi sayang, lelaki itu masih saja bebas hanya karena yang dibicarakan sedang tak ada di tempat.

Maka, untuk mencegah Julian berkata yang tidak-tidak, Erika berseru, "Hei, kau tak tahu jikalau ucapamu tadi itu menyakitkan hati Gita?! Dasar orang yang tak tahu terima kasih. Tanpa dirinya, kau takkan pernah berarti baginya, tahu! Ingat itu!"

"Memangnya aku peduli?" balas Julian setelah itu. Lelaki yang satu ini sepertinya sangat keras kepala akan apa yang dikatakan oleh sang gadis sebelum dirinya. Hingga pada akhirnya, Erika hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala ketika harus berdebat dengan orang seperti Julian.

Lalu, apa yang akan Clara lakukan? Gadis itupun hanya bisa diam dan berdiri kaku di antara Erika dan Julian. Sebenarnya dia menyimak pembicaraan itu, hanya saja gadis yang satu ini tak ingin ikut menimbrung ke dalamnya karena dirinya masih merasa tak terlalu dekat dalam mengenal mereka, kecuali Gita.

"Maafkan aku, Jul. Bukannya aku ingin menjatuhkan dirimu, tetapi aku ingin mengingatkanmu ke arah yang benar, lagi. Lagipula, gara-gara kau, seandainya Gita ada di sini, dia pasti merasa sangat sedih, tahu. Yakinkanlah itu."

***

Sementara itu di sisi lain, Gita tak bersekolah karena sakit. Ternyata, gadis tersebut langsung jatuh sakit setelah bertemu dengan Martin di hari sebelumnya. Lho? Bagaimana bisa? Entahlah, tak ada yang bisa menjawabnya. Hingga pada akhirnya, gadis itupun langsung membuka ponselnya, mumpung masih bisa dibuka di saat dirinya terasa masih mampu melakukannya.

Hingga pada akhirnya, ketika membuka LINE, Gita menemukan sesuatu yang mengejutkan.

"Git, kau ke mana? Kok tak masuk?"

Itulah satu pesan dari seorang gadis yang tak lain dan tak bukan adalah seorang teman dekatnya, Erika. Bagaimana mungkin gadis yang satu itu tak pernah khawatir pada Gita? Pasti di mana-mana hatinya selalu galau hanya karena Gita yang tak ada di sekitarnya. Seketika, timbullah satu pertanyaan yang muncul di benaknya: balas atau tidak? Itulah pertanyaannya, dan harus terjawab sekarang juga, atau ... secepatnya.

"Duh, ini mau dibalas atau tidak sih? Aku bingung ...," keluh Gita ketika dirinya masih merasa bimbang akan pesan yang diterimanya itu. Sebenarnya gadis yang satu ini selalu santai ketika ingin menceritakan apa pun pada temannya, Erika. Dia tak pernah merasa keberatan untuk berbagi kisahnya pada orang lain. Tetapi untuk sekarang ini, tak mungkin Gita memberitahukan kabar buruk pada Erika, bukan?

Kalau Gita memberitahukan kabar buruk, yang ada pasti Erika akan keluar dari sekolah hanya demi dirinya. Maka, apa yang akan dia jawab? Dia menulis pesan berikut.

"Aku lagi ada urusan keluarga, Er. Nanti suratnya menyusul. Kalau tidak demikian, silahkan tanyakan saja langsung dengan wali kelas kita, karena orang tuaku juga suka menelepon beliau, saking dekatnya."

Setelah itu, timbullah kelegaan pada hati Gita. Hingga pada akhirnya dia langsung memutuskan untuk menonaktifkan ponselnya dan kembali tidur, karena tubuhnya masih terasa tak fit. "Hoaam ...." Gita mengantuk dan langsung melanjutkan tidur yang sebenarnya sudah berlangsung dari malam kemarin namun malah terbangun di pukul tujuh pagi.

***

Ketika menerima pesan dari Gita, Erika hanya ber-'oh' ria tanpa terdengar oleh orang lain. Alias, dia hanya berkata pada diri sendiri, hingga pada akhirnya Erika dihampiri oleh seorang lelaki, siapa lagi kalau bukan ....

"Hello, may i ask you something?" tanya seorang lelaki yang bernama Martin. Nah, siswa pindahan itu datang lagi pada seorang Erika. Kira-kira untuk apa? Apakah demi Gita atau bagaimana?

Maka, Erika pun membalas, "Ah ... mau tanya apa? Kalau mau tanyakan Gita, dia tak masuk hari ini. Katanya lagi ada urusan keluarga." Seketika, timbullah rasa kekecewaan yang cukup mendalam dari Martin, karena tak dapat bertemu lagi dengan sang gadis yang sama untuk hari ini.

"Oh okay. Thank you," ucap Martin, lalu dia pergi meninggalkan Erika setelah gadis itu langsung mengetahui akan apa yang ditanyakan oleh lelaki itu. Sedangkan seorang gadis yang tadi ditanya pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

Maka, Erika pun bergumam dalam hati setelah ini, "Andaikan saja mereka dapat dipersatukan, tetapi sayangnya ... umur pertemanan mereka hanyalah seumur biji jagung yang baru ditanam."

***

Bersambung.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro