Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lovest 2: Bertemu si Bule Pintar

"Even if i'm afraid to love you, i can still assume you are my friend."

-Gita-

***

"Kau itu kenapa jadi menarik-narik tanganku? Apa salahku?!" seru Gita ketika dirinya tak ingin dipaksa untuk berkenalan dengan orang asing. Sedangkan Erika tak peduli dengan apa yang dikatakan barusan. Dia tetap dengan misinya untuk membuat Gita move on dari masa lalunya. Itulah yang membuat gadis yang dibantu itu terlihat sangar risih pada Erika, namun entah mengapa, dia masih saja sangat menyayangi sahabatnya itu.

Maka, Erika pun berkata, "Kau tidak bersalah, Git. Kau hanya diajak untuk berkenalan dengan murid pindahan luar negeri itu."

"Kau mengajak berkenalan dengan cara menarik-narik tanganku dengan paksa? Aku tak suka itu ya, Er," kata Gita kemudian, seraya menunjukkan kekesalan dan ketidaksukaan secara langsung di hadapan temannya.

Lantas, Erika pun kemudian melepaskan tangan Gita dengan pelan, lalu mengamati respons temannya dengan saksama. Sekilas, Gita menunjukkan kekesalan dan kesedihannya, terbukti dari airmata yang baru saja dikeluarkannya. Seketika, Erika langsung saja memeluk temannya seraya berujar, "Git, maafkan aku ya. Gara-gara aku, kamu menjadi seperti ini. Tolong maafkan aku ...."

"Tidak, kau tidak bersalah," ujar Gita sambil membalas pelukan dari Erika itu.

Namun Erika tak percaya akan apa yang dikatakan oleh Gita tadi. Alasannya karena gadis yang satu ini merasa sama sekali tak enakan ketika melihat respons temannya yang tiba-tiba berubah karenanya.

Hingga pada beberapa saat kemudian, datanglah seorang lelaki yang sedari dulu menjadi bahan perbincangan orang banyak di satu sekolah. Tetapi bukanlah menghampiri kedua gadis yang tadi, melainkan ada di sekitar mereka. Itulah laki-laki pindahan dari luar negeri yaitu negara yang di mana bahasanya dijadikan bahasa internasional. Apa lagi kalau bukan Inggris?

Banyak yang merasa terpana ketika memandang seorang lelaki sepertinya, termasuk pula Erika, yang sedari tadi merasa gatal ingin berfoto bersama dengan seorang bule, berdua saja. Sedangkan Gita sedari tadi ingin muntah ketika memandangnya.

"Git, mau tahu tidak? Aku tuh mau berfoto dengannya!" seru Erika heboh, hingga pada akhirnya Gita memutar bola matanya dengan malas seraya berujar, "Ya sudah ajak berfoto saja dengan seorang lelaki itu, sekalian modus dan ajak kenalan."

Lantas, Erika pun hanya menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata, "Lho, kan yang mau kenalan itu kamu, bukan aku. Lagipula, aku ingin membantumu supaya tak trauma dan jones lagi. Ehm maksudku ... jomlo ngenes."

"Tidak, terima kasih. Aku tak butuh bantuanmu, dan aku tak ingin berkenalan dengan bule itu!" seru Gita kemudian, lalu melangkahkan kaki dengan kasar dan pergi meninggalkan temannya yang sedari tadi heboh hanya karena kedatangan seorang lelaki asing.

Hingga beberapa saat kemudian, Gita bertabrakan dengan seseorang yang sama sekali tak diharapkan olehnya. Seorang bule dan seorang gadis tulen Indonesia saling bertubrukan sama sekali, sampai-sampai akhirnya gadis itupun memarahi si lelaki asing. "Hei, kenapa kamu menabrakku?! Apa salahku?!" serunya.

"I'm sorry, girl. Aku minta maaf," ucap seorang lelaki, berbicara dengan bahasa Inggris sekaligus Indonesia meski masih ada logat khas yang keluar dari mulut seseorang yang dianggap asing itu.

Hingga pada akhirnya, Gita pun merasa heran karena seorang lelaki asing berbicara dengan dua bahasa. Tetapi, dia pun mencoba menepisnya dengan berkata, "Lho, kau bisa bicara dengan bahasa Indonesia?"

"Yes, of course. Because i'm lived in Indonesia for two years in the past, so i can speak Indonesian little by little."

Maka, mendengar jawaban dari seorang lelaki yang tadi, dahi Gita pun langsung berkernyit. Gadis itupun tak menyangka jikalau lelaki itu hanya mengucapkan bahasa Inggris yang tentu saja membuat dia tak mengerti akan artinya.

Namun, Gita mencoba untuk tetap tenang, mendengarkan dan membalas apa yang bisa dibalas dari kata-kata berbahasa Inggris itu. "Lho, bisakah kau mengucapkannya dengan bahasa Indonesia? Aku tak memahami apa yang kau katakan tadi."

"Haha, i can only speak Indonesian little. So i'm sorry."

Lantas, apa yang dikatakan oleh Gita berikutnya? Dia mencoba untuk memahaminya, meski membutuhkan waktu yang tidak singkat. Sampai-sampai gadis itupun berkata, "Oh, okay. So, what's your name?"

"My name is Martin, and you, what's your name?" balas lelaki yang ternyata bernama Martin seraya mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman. Mungkin, dia mengikuti tradisi orang-orang di sini apabila keduanya baru saja berkenalan. Lantas, Gita pun membalas uluran tangan itu seraya menjawab, "My name is Gita. Nice to meet you. Welcome to our school."

Mendengar nama Gita, Martin pun justru teringat dengan seseorang di masa lalu, ketika dirinya pernah menginjakkan kaki di Indonesia untuk pertama kalinya. Ternyata, namanya pun sama dengan nama seseorang yang telah menjadi teman barunya di sekolah, meski lelaki itu sendiri hanya mampu bertahan selama tiga bulan, setelah itu dia bakal kembali ke negara asal.

Seketika, melihat respons Martin yang akhirnya diam, Gita pun bertanya, "Lho, kau kenapa sih? Ada masalah?"

"Tidak. Aku hanya kagum ketika melihatmu ada di hadapanku. Suatu kehormatan bagiku ketika bertemu denganmu. Yes, i feel so impressed!" kata Martin kemudian, yang membuat Gita lagi-lagi mengernyitkan dahinya. Apalagi tiba-tiba saja lelaki itu mengucapkan bahasa Indonesia dibanding Inggris di dalam kalimat barusan. Apa yang mendasari Martin berkata demikian? Itulah yang akan ditanyakannya.

Lantas benar saja, Gita bertanya, "Kehormatan? Apa maksudmu? Apa yang mendasarimu berkata demikian?"

"Karena aku tahu bahwa kau sangat diharapkan di sekolah ini. Aku pernah mendengar namamu yang menggema menjadi seorang juara di tingkat kota dan provinsi, yaitu di bidang cipta cerpen, kalau tak salah," jawab Martin kemudian, lagi-lagi dengan bahasa Indonesia.

Seketika, Gita terkejut bukan main. Bagaimana mungkin Martin mengetahui informasi yang tentu saja baik itu padahal keduanya sama sekali belum saling kenalan? Gadis itupun berseru, "Sejak kapan kau menjadi stalkerku?! Lalu, katanya kau hanya bisa berbicara Indonesia itu sedikit saja!"

"I'm not your stalker, Git. But i have just heard about your achievement from your friends."

Meski dirasa bahwa Martin sudah berkata jujur, tetap saja Gita tak memercayai lelaki itu. Dia malah berkata, "I will still not believe you, Martin. Anyway, i got that achievement one month ago."

"Oh, one month ago, right? No problem. Anyway, i could still hear it from—"

"Sudahlah, Martin. Jangan berkata apa pun lagi. Aku harus pergi, karena ada urusan. Sampai nanti," potong Gita, lalu gadis itu pergi meninggalkan Martin yang kemudian hanya melongo ketika melihat punggung si gadis yang semakin menjauh. Sedangkan Gita pun kemudian berucap dalam hati, ketika dirinya tiba-tiba saja pergi meninggalkan Martin karena rasa itu semakin tumbuh di hati.

"Even if i'm afraid to love you, i can still assume you are my friend."

***

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro