Spesial Author Pov
Hai, Guys. Part ini aku memakai POV 3 ya. Bukan POV Rassya.
Enjoy!
Happy Reading.
***
Hari ini adalah hari ulang tahun Mimi yang ke-14 tahun. Namun, yang merasa sangat bahagia mengingat pesta nanti malam adalah Shella.
Gadis itu sengaja datang pagi ini ke rumah Mimi untuk membantunya mempersiapkan acara nanti malam. Mimi adalah sahabat Shella satu-satunya. Tentunya Shella juga antusias terhadap acara Mimi.
"Happy Birthday, Mimi!" ucap Shella memeluk Mimi.
"Aaaa ... makasih Shell. Gue terharu, deh, lo datang pagi-pagi gini."
"Iya, dong. Aku, kan, mau bantuin kamu mempersiapkan acaranya."
"Lo emang sahabat terbaik gue, deh."
Shella sebenarnya juga tidak sabar menanti malam nanti, karena ia akan mengubah penampilannya demi Rassya. Ya, malam ini Shella berniat untuk mengubah penampilannya agar sedikit berbeda dari biasanya.
Biar Rassya gak bilang aku kayak anak kecil lagi, batinnya tersenyum.
"Ya udah, Shell. Bantuin gue ambil barang-barang di gudang, ya."
"Oke, Mi."
Sebelum itu, Shella mengirimkan pesan singkat terlebih dahulu kepada Rassya. Kembali mengingatkan cowok itu untuk menjemputnya nanti malam.
"Shell!"
"Eh, iya, Mi."
Shella berjalan mengekori Mimu yang sudah berjalan menjauhinya. Pokoknya Shella akan membuat Rassya terpesona akan penampilannya dan semoga Rassya semakin menyukainya.
Aku harap, malam nanti akan menjadi malam spesial hubungan kita, Sya.
***
Lain tempat. Seorang cowok tampak masih terlelap dan tenggelam di dunia mimpi. Rassya Algibran, cowok itu tak kunjung bangun dari tempat tidur, padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang.
"Rassya, bangun!"
"CAAA!"
"Ca, udah siang, Ca!"
Cowok itu malah bergumam tak jelas, karena merasa terganggu oleh suara yang mengusiknya.
"Astagfirullah, nih, anak." Mama Rassya menggeleng melihat anak bungsunya masih pulas di tempat tidur sambil memeluk gulingnya.
"Ca! Udah siang, tuh!" Wanita itu menarik guling Rassya.
"Duh, Ma. Aca masih ngantuk, Ma. Tuh matahari suruh turun balik lagi napa!"
Wanita itu berdecak.
"Gak baik masih tidur jam segini, Ca. Nanti dapat istri janda beranak tujuh, mau?"
Rassya yang masih menutup matanya langsung bangkit dan berkomat-kamit.
"Amit-amit. Jangan sampai. Biar Bang Dodi aja yang nikah sama janda," ucapnya walaupun dengan mata yang masih tertutup.
"Rassya, buka mata kamu!"
"Gak bisa, Ma. Ini kayak ada lem perekat aku dan dia. Susah lepasnya."
"Ih, apasih, Ca. Kamu ngigo, ya?"
"Hm?" gumam Rassya.
Chika yang melihat adiknya itu susah dibangunkan menggeleng pelan. Gadis itu berdiri di depan pintu kamar Rassya lalu berdeham pelan.
"Ca, mau jalan-jalan sama gue, gak? Bangun, mandi, siap-siap. Gue tunggu lima belas menit lagi di luar!" ucap Chika. Mata Rassya langsung terbuka sempurna. Buru-buru cowok itu mengambil handuk dan berlari masuk ke kamar mandi.
Mama Rassya hanya bisa melongo melihat anak laki-lakinya itu. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi kecuali memberikan dua jempol untuk Chika yang berhasil menyuruh Rassya mandi.
***
"Gue pikir jalan-jalannya ke Mall atau ke mana gitu. Eh, tau-taunya cuma jalan-jalan di sekitar kompleks." Sejak tadi Rassya tak berhentinya protes. Chika terkekeh dibuatnya.
"Ini, kan, juga jalan-jalan. Lagian sehat tahu jalan kaki."
"Ya, tapi bukan jalan-jalan kayak gini yang gue harapin."
"Kapan-kapan, deh. Gue bakal ajak lo nonton."
"Nah, gitu, dong."
Mata Chika menyipit, melihat sesuatu yang berjalan ke arahnya. Mata Chika membulat sempurna. Ia langsung memekik ketakutan.
"Kenapa, Kak?" tanya Rassya. Tanpa aba-aba, Chika segera memeluk Rassya dan menyembunyikan kepalanya di leher Rassya.
"It-itu, ada an-anjing." Chika menunjuk anjing beserta tuannya itu yang berjalan semakin mendekat ke arahnya.
"Ahelah. Itu, kan, ada penjaganya."
"Hih, takut! Entar kalau anjingnya lepas terus gigit gue gimana?"
"Enggak akan. Lo gak usah takut, Kak. Kan ada gue," ucap Rassya yang membuat Chika menatap mata cowok itu. Rassya salah tingkah dibuatnya.
Gug ... gug ... gugug.
Chika langsung melompat, lalu memeluk Rassya erat. Cowok itu membawa Chika ke pelukannya, seakan benar-benar melindungi kakaknya itu dari anjing yang lewat bersama tuannya.
Akhirnya, anjing itu melewati mereka dan sekarang sudah menjauh. Namun, Chika masih memeluk Rassya yang membuat cowok itu tersenyum.
"Udah gak ada anjingnya," ucap Rassya pelan.
"Hah, beneran?"
"Iya, Kak." Chika membuka matanya, lalu melihat sekeliling, setelah dirasa aman, baru ia melepaskan pelukannya.
"Betah, ya, meluk cowok ganteng?" goda Rassya. Chika mendengkus, lalu mendorong adiknya itu pelan.
"Udah, ah. Ayo, pulang!" ajak Chika.
"Oke." Rassya merangkul Chika dan mereka berjalan bersama.
***
"Aku pulang dulu ya, Mi. Mau siap-siap," ucap Shella pamit kepada Mimi.
"Oke, Shell. Tapi jangan lupa datang, ya. Lo gak boleh telat. Pokoknya sebelum gue tiup lilin lo udah harus di sini."
"Oke. Aku nanti datang sama Rassya."
Mimi berubah cemberut dan Shella malah terkekeh.
"Gue potek sebenarnya, tapi karena sekarang hari bahagia gue. Gue ikhlasin, deh, My bebeb Rassya sama lo."
"Hihihi. Ya udah, aku pamit, ya."
"Iya. Hati-hati."
"Daaa!"
Shella pulang menaiki angkot, karena ia tidak pandai memakai sepeda atau motor. Alhasil, apabila tidak diantar, Shella akan naik angkot bepergian.
***
Setelah sampai rumah. Shella langsung mengeluarkan baju yang akan dipakainya. Gaun selutut pendek lengan bewarna ungu keemasan.
"Lebih baik aku mandi dulu, deh."
Shella beralih mengambil handuk dan masuk ke kamar mandinya.
Setelah beberapa menit selesai mandi. Shella langsung memakai gaunnya. Ini adalah gaun yang gaun yang didesain sendiri oleh Tante Shella.
Gaun itu melekat sempurna di badan Shella. Ia tampak lebih menawan. Sekarang, giliran merias wajah dan menata rambutnya. Shella tidak ahli dalam hal itu, ia keluar kamar lalu mencari tantenya.
"Tan, boleh bantuin dandanin Shella?"
Penampilan Shella akan membuat Rassya terpesona nantinya, bahkan orang lain pastinya tidak menyangka jika itu adalah gadis polos yang seperti anak kecil dan selalu berkepang dua.
***
Rassya mengecek Hp-nya. Seharian ini ia tidak terlalu melihat benda pipih itu, karena keasyikan tidur dan tadi bermain bersama Chika.
"Astagfirullah, Shella!" Rassya menepuk dahinya pelan. Ia buru-buru berlari ke kamar mandi. Hampir saja Rassya telat. Ah, mungkin terlambat sudah mendarah daging bagi Rassya.
***
Drrrt.
Drrrt.
"Iya. Hallo, Shell. Gue udah siap, kok. Ini mau otw."
"Oke, siap!" jawab Shella berteriak senang.
"Semangat bener lo," ucap Rassya terkekeh pelan.
"Hehe. Aku senang aja. Ya udah, aku tunggu ya, Sya."
"Oke. Bentar lagi gue jalan, ya."
"Siap!"
Rassya lalu mematikan teleponnya. Ia akan berpamitan sama Mamanya terlebih dahulu.
"Maa! Mama!" Rassya berteriak mencari Mamanya. Namun, wanita yang berstatus ibunya itu tak kunjung tampak.
"Mama di sini, Ca!" Dahi Rassya berkerut mendengar suara Mamanya berasal dari kamar Chika.
Rassya segera menuju kamar Chika. Ia terkejut melihat kakaknya yang terbaring dengan kain kompres di keningnya.
"Ma. Kak Chika kenapa, Ma?" tanya Rassya panik.
"Kakak kamu demam. Ini sejak tadi demamnya gak turun-turun. Mama jadi khawatir, deh, Ca."
"Papa ke mana, Ma?" tanya Rassya.
"Loh. Papa kamu, kan, ke luar kota, Sya. Tadi Mama juga udah nanya obatnya ke Papa, tapi tetap aja panas Kakak kamu gak turun."
Rassya meletakkan tangannya ke dahi Chika. Ternyata benar, punggung tangan Rassya merasakan panasnya Chika.
"Kamu mau ke mana, Ca?" tanya Mama Rassya heran melihat Rassya sudah rapi dengan setelan jasnya bewarna ungu.
"Gimana kalau Aca bawa Kak Chika ke rumah sakit, Ma?" tanya Rassya mengabaikan pertanyaan Mamanya.
"Boleh. Tapi gak mungkin kamu bawa Kakak kamu pake sepeda, kan?"
"Biar Aca bawa mobil papa, Ma."
"Eh, emang kamu bisa?"
"Bisa, Ma. Aca pernah minta ajarin sama Bang Dodi. Nanti Aca bawanya pelan-pelan aja."
"Oh. Ya udah, hati-hati ya, Ca!"
"Iya, Ma."
Rassya membangunkan Chika, lalu merangkul kakaknya itu keluar. Badan Chika terasa tak bertenaga, karena ia belum makan.
"Kak, biar gue gendong aja," ucap Rassya membungkukkan badannya. Chika segera naik ke punggung Rassya. Cowok itu menggendong Chika, lalu memasukkannya ke mobil.
Drrtt.
Drrrt.
Drrrt.
"Hallo?"
"Hallo, Sya. Kamu udah di mana?"
Rassya melupakan Shella yang tengah menunggunya. Rassya menggeleng. Ia bingung harus memilih siapa. Pergi bersama Shella atau menemani Kakaknya berobat?
Tolong bantu Rassya dalam pilihan sulit tersebut.
***
Kira-kira siapa yang akan dipilih Rassya? See you next chapter, ya. Spesial Author Pov Part 2
BERSAMBUNG
Hallo-ha.
Jangan lupa like dan comment, karena itu gratis, Guys!
Hargai Author yah hehe. Aku nulis ini jam 1 pagi, Guys
Terima kasih
~Amalia Ulan
01.10 WIB
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro