39 - Happy with you
What's meant to be
Will always find a way
* * *
"Suprise!!" Hatiku membuncah melihat siapa yang ada di hadapanku saat ini.
"Ya Ampun Bi. Nggak bilang-bilang sih."
"Kalau bilang, nggak jadi surprise dong, Nau." Bintang berjalan mendekatiku dan menyodorkan buket bunga padaku. Buket bunga mawar merah dengan dua boneka teddy di antaranya. Hatiku membuncah melihatnya. Aku merasa tersanjung dengan perlakuan Bintang.
Lihat, betapa lucu dan indahnya buket bunga ini bukan? Bukan hanya aku yang merasa perlakukan Bintang sangat manis kan?
"Makasih ya Bi. You always know how to make me smile." Sungguh aku tidak ingin lagi menahan diri dan menjaga image di depan Bintang. Semua perlakuannya akhir-akhir ini sangat meluluhkan hatiku.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu. "Latte tadi, betul buatan kamu kan?" Bintang mengangguk. "Jadi tadi kamu ada di cafe? Kenapa nggak keliatan? Dari mana kamu tau aku ada di sana?" Jujur aku masih takjub dengan bagaimana Bintang bisa membuat hari ini menjadi spesial bagiku. Latte buatannya serta sosoknya yang tiba-tiba ada di condotel ini.
"Aku tau dari Arsa. Aku memang udah niat kasih kamu kejutan. Bukan di cafe tapi di sini," jawab Bintang singkat namun membuat jantungku kembali berdetak cepat. Ya Tuhan, bolehkan aku menyimpan lelaki di hadapanku ini di dalam lemari kaca agar aku bisa selalu memandanginya?
"Aaaahh lidah dan hatiku memang nggak pernah salah. Aku seneng banget tadi bisa ngerasain latte kamu."
"Aku bisa buatin latte itu untuk kamu setiap hari, Nau. Asal kamu mau nikah sama aku," jawab Bintang santai mengelus lembut puncak kepalaku dan menatap ke lekat mataku. Membuat jantungku nyaris ingin keluar dari sarangnya. Rasa membuncah yang tadi nyaris memenuhi batinku kini semakin menggila. Meski begitu aku tidak menunjukkannya. Aku berdecak dan memicingkan mata.
"Iiiissshh, lamarannya nggak romantis banget sih." Bintang tergelak mendengar gerutuanku.
"Aku udah bawa bunga loh, Nau. Kurang romantis gimana lagi coba?"
"Udah ah. Bercanda mulu." Aku memalingkan wajah menyembunyikan wajahku yang aku yakini kini sedang semerah tomat. Jangan sampai Bintang melihatnya atau ....
"Merah gitu ih mukanya. Cie ... cie ... yang malu abis dilamar."
"Bintang iih!" Gelak tawa Bintang membuat wajahku semakin memanas. Ya Tuhan, bolehkan aku menenggelamkan wajahku ke dalam air saja?
"Udah ah," ucapnya masih diselingi tawa, "aku balik dulu ya, Nau. Besok pagi aku jemput jam 7 ya."
"Pagi amat?"
"Sekalian sarapan bareng, dan lagi ...," Bintang menghentikan ucapannya, mendekatkan diri ke arahku. Jantungku semakin berdetak tak karuan. "Ada yang mau ketemu sama kamu. Yaudah ya, good nite. See you tomorrow, Nau."
Setelahnya Bintang segera melangkah ke arah pintu dan menghilang di balik pintu. Jantungku masih berdetak cepat akibat perlakuannya. Wajahku pun masih menanas. Semudah itu Bintang membuatku salah tingkah. Ish!
* * *
"Morning, Sunshine," ucap Bintang dengan suara riang tepat ketika aku membukakan pintu. Aku berdecak karena panggilannya.
"Apaan sunshine? Emang matahari."
"Iya, kamu kan matahariku." Bintang mengucapkannya sambil menaik turunkan alisnya. Hatiku yang nyris membuncah pun mendadak kembali datar.
"Astaga... harus banget ya pagi-pagi modus, Bi." ketusku sambil masuk ke dalam mengambil tas dan sekali lagi memeriksa tampilanku.
"Namanya juga usaha, Nau." Sayup terdengar jawabn Bintang
Setelahnya kami meninggalkan condotel dan menuju ke hotel tempat Bintang menginap. Kita akan bertemu dengan seseorang yang sampai saat ini masih dirahasiakan Bintang itu di sini. Dan lagi, ternyata Bintang menginap di hotel tempatku bekerja.
"Demi apa kamu nginep di sini, Bi?"
"Demi dapet gratisan nginep dari adik ipar dong." Bintang terkekeh dan aku menepuk dahiku pelan. Aku lupa pada fakta bahwa pemilik hotel ini adalah adik iparnya.
Kami berjalan memasuki lobi hotel. Bintang masih belum berbicara mengenai siapa yang hendak kami temui. Aku berjalan di belakang Bintang.
"Jalannya sinian napa, Nau? Kenapa kamu mesti jalan di belakangku sih." Bintang menarik tanganku dan mensejajarkan tubuh kami.
Sejujurnya aku sedikit risih kalau harus berjalan beriringan dengan Bintang di sini, karena pasti akan terjadi gosip di kalangan karyawan hotel. Namun, tidak mungkin juga aku menolak Bintang.
"Kamu langsung ke resto aja yah. Aku mau ke atas dulu, jemput. Cariin tempat buat kita ya. Kita cuma bertiga aja kok." Aku mengangguk menyanggupinya dan Bintang segera menuju lift. Sepeninggal Bintang aku segera memasuki resto.
Suasana resto tidak terlalu ramai. Mungkin karena ini bukan musim liburan. Aku segera duduk dan mengambil sedikit makanan.
"Loh kita ketemu lagi." Suara lembut seorang wanita paruh baya membuatku menolehkan kepala ke arah samping. Aku seperti pernah bertemu dengan wanita paruh baya tersebut, tapi dimana ya? Kemudian ingatan membawaku pada peristiwa di Bandara beberapa waktu lalu. Aku tersenyum ke arah sang Ibu dan berdiri menghampirinya. Aku menyalami dan mencium punggung tangannua.
"Nak Naura kan ya? Yang kita ketemu di bandara beberapa bulan lalu?" Tanya Tante Yuni kepadaku. Paras Tante Yuni terlihat cukup berbinar, menularkan hal yang sama padaku.
"Iya tante. Masih inget saya tante? Wah nggak nyangka ketemu lagi di sini. Tante lagi liburan?"
"Inget dong, anak cantik begini masak tante lupa. Tante lagi nemenin anak tante. Ya sekalian liburan, jawab Tante Yuni dengan nada ceria. Entah apa yang membuat Tante Yuni sebahagia ini.
"Anak tante mana?" tanyaku sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Masih keluar sebentar. Paling sebentar lagi dateng. Ayo kita sarapan bareng, Nak." Tante Yuni sudah menyeretku ke meja tempat Tante Yuni duduk sebelumnya. Kami melanjutkan obrolan singkag kami. Membicatakan banyak hal. Sungguh sangat menyenangkan bisa mengobrol dengan Tante Yuni. Membuatku rindu pada Mama.
Cukup lama kami berbincang, sampai sebuah suara mengagetkan kami. "Ya ampuun Ma. Bintang cariin eh udah di sini duluan."
Terlihat Tante Yuni yang tersenyum ke arah belakangku. Aku mengenali suara itu. Aku segera menoleh ke arah belakang. Dan benar saja, Bintang sedang berdiri sambil menatap ke arah Tante Yuni. Bagaimana bisa Bintang dan Tante Yuni adalah ... Kemudian tatapan mata kami bertubrukan.
"Loh Bi?"
"Loh kok?" Kami mengucapkannya berbarengan.
"Kamu kok tau ini Mama aku, Nau?"
"Aku nggak tau kalau Tante Yuni ini mama kamu, Bi," jawabku masih dengan kebingungan yang menyelimuti.
"Jadi pacar kamu itu, nak Naura ini?" tanya Tante Yuni yang seketika memecahkan kebingungan. Bintang sendiri tersenyum sambil mengangguk. Aku mengalihkan pandangan kepada Tante Yuni yang kini sedang tersenyum. Aku sendiri yang masih tercengang dengan kebetulan ini, bahkan tidak sempat berkata apapun. Sungguh takdir itu punya caranya tersendiri untuk mempertemukan manusia.
Tante Yuni, masih dengan senyum menghiasi paras cantiknya, menghampiri Bintang. "Mama sama Naura sudah pernah ketemu sebelumnya. Dia yang nolong mama waktu di bandara." Netra Tante Yuni pun beralih ke arahku. "Waaah, nggak nyangka ternyata kamu pacar Bintang, anak saya. Dulu tuh waktu tante ketemu Naura, tante sempet mikir andai ini calon mantu tante, pasti seneng deh. Eh nggak taunya beneran terkabul," lanjut Tante Yuni dengan ceplas ceplos. Ya Tuhan, bagaimana bisa Ibu dan anak ini kompak modusin aku sih? Aku mengalihkan pandangan ke arah Bintang yang kini sedang tersenyum geli ke arahku. Tunggu dulu! Tante Yuni salah paham!
"Tapi ... Tante ... Saya dan Bintang ...,"
"Yaudah kita sarapan aja dulu. Bintang laper, Ma." Belum selesai aku menjelaskan, Bintang sudah memotong ucapanku. Apa-apaan Bintang ini?
Kami pun sarapan bersama. Banyak obrolan yang kami bicarakan. Cukup menyenangkan berbincang banyak hal dengan ibu dan anak di hadapanku ini. Mereka dengan mudahnya menciptakan suasana hangat bagi siapapun yang berada di sekitarnya. Membuatku iri, ingin rasanya memiliki keluarga sehangat ini. Akhirnya, aku memilih untuk mengklarifikasi kepada Tante Yuni perihal hubunganku dengan Bintang nanti ketika kami selesai sarapan.
***TBC
Maafkan diriku yang kasih janji-janji palsu untuk update.
Lagi rempong banget sama kerjaan.
Happy reading ya..
jangan lupa vote commentnya... 😘😘
07.04.2018 revised on 04.12.2018
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro