18.2 - (Another) Date!
My heart aches completely
every hour, every day
and only when i'm with you
the pain goes away
***
"Kita lanjut ke Singapore Flyer yuuk." ucapku riang dengan senyum yang tak lepas dari wajahku. Aku ingin membuat memori bahagia untuk hari ini. Aku tidak ingin berlama-lama berada dalam suasana sendu yang kuciptakan sendiri. Bintang pun menggangguk menyanggupi keinginanku. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di Singapore flyer.
"Nau, ganti baju kamu dulu giih. Nggak gerah pake baju itu seharian?" Ucap Bintang sambil menyodorkan satu paperbag yang ia ambil dari tas punggungnya. Aku reflek menaikkan satu alis, heran kapan Bintang membeli pakaian ini.
"Aku beli ini beberapa hari yang lalu. Memang awalnya buat oleh-oleh untuk kamu. Tapi rasanya sekarang jauh lebih berguna." Ucap Bintang sambil menyodorkan lagi paperbag itu dan segera kuterima. Kami pun pergi menuju toilet untuk mengganti pakaian mereka. Aku menyukai baju pilihan Bintang ini. Sangat cocok dan sesuai di tubuhku.
Selesai berganti pakaian kamo segera menuju tempat untuk menaiki capsule di Singapore Flyer tersebut. Aku mengernyit dalam ketika mengetahui bahwa kami tidak perlu mengantri untuk segera masuk ke dalam Singapore Flyer.
Dan netraku membola sempurna begitu memasuki salah satu capsule di Singapore Flyer.
Capsule ini hanya dinaiki oleh kami berdua. Di dalamnya telah tertata rapi meja makan dengan dua kursi lengkap dengan main course yang sudah tertata rapi di atasnya. It couldn't be....
"Seriously? Sky dinning flight?" tanyaku setengah berteriak saking aku masih belum mempercayai penglihatanku. Bintang hanya tersenyum melihat reaksiku yang sedikit berlebihan, "Bi, ini namanya buang-buang duit." lanjutku dengan nada sedikit frustasi.
Aku tidak bodoh untuk sekedar mengetahui tarif untuk sky dining di Singapore Flyer. Dan aku tidak menampik perasaan haru dan tersanjung dengan perlakuan istimewa ini. Jika aku berada pada kondisi normal, mungkin uang tersebut bukan hal besar. Namun, saat ini, aku hanya seorang pelarian dengan kondisi keuangan yang pas-pasan. Doing this kind of thing is a big waste of money! Makan siang di Sentosa dan kini makan malam di Singapore Flyer? Yang benar saja!
"Yes, this is sky dinning flight. Dan yang bayar ini semua aku, jadi kamu nggak akan buang-buang duit, Nau." Jawab Bintang cuek yang membuatku mencebik kasar.
"Bi... this is too much. Dan sepertinya aku sudah memperingatkanmu untuk...,"
"Jangan bersikap seperti ini, kamu takut." potong Bintang cepat. Aku menggeram tertahan. Lelaki di depanku ini sepertinya sangat persistent jika sudah menyangkut keinginannya sendiri. Aku merasakan Flyer ini sudah mulai berputar.
Bintang memegang satu tanganku mengusapnya lembut dengan ibu jarinya dan menatap lekat ke arahku, "Aku memutuskan untuk mencobanya Nau. Aku memang masih bingung jenis perasaan apa yang aku punya padamu. Tapi aku yakin satu hal bahwa aku mulai menyukaimu, aku mulai tertarik dengan semua hal tentangmu. Aku tidak pernah seperti ini kepada wanita manapun kecuali kepada dia. Oleh karena itu, aku merasa yakin, tidak butuh waktu lama buatmu untuk membuatku jatuh hati kepadamu. Kita hanya perlu berusaha lebih keras. Jadi bisakah kita memulai sebuah hubungan yang bukan hanya sekedar hubungan tak jelas yang sudah sebulan ini kita jalani? Bisakah kita mencoba menjalani hubungan sebagai kekasih?"
Jangan ditanya bagaimana jantungku berdetak hebat mendengar kalimat demi kalimat yang terlontar dari lelaki penuh pesona di hadapanku ini. Bagaimana bisa Bintang mengucapkan semuanya dengan tiba-tiba seperti ini. Kecanggungan pun melingkupi kami karena aku yang masih saja diam dan tertegun.
"Makan dulu, Nau. Aku yakin kamu pasti lapar." Ucapan Bintang seolah menarikku kembali ke alam nyata. Bintang terlihat mulai menikmati hidangan di depannya. Aku pun mengangguk kaku dan ikut menikmati hidangan. Kami menikmati makanan dalam diam.
Tidak ada satupun yang berusaha memulai pembicaraan. Aku sibuk memikirkan ucapan Bintang tadi. Apakah aku harus menerima tawarannya atau justru melepaskannya? Sungguh, aku yakin akan ada resiko besar menantiku, meski juga mungkin akan ada hikmah yang tak ternilai menantiku. Kebimbangan menyelimutiku.
Makanan kami habis setelah 20 menit berlalu. Menurut hitunganku, masih ada waktu sekitar setengah jam lagi waktu untuk berada di capsule ini.
Mencoba mengurangi kecanggunganku, aku pun berdiri dan menikmati pemandangan indah di depan sambil sesekali mengambil foto dari pemandangan kota tersebut. Aku merasa harus mengabadikan semua momen ini karena hari ini telah menjadi hari paling istimewa dalam hidupnya.
Bohong, sebenarnya aku masih tidak tahu harus bersikap seperti apa setelah kalimat Bintang tadi. Jadi aku berjalan ke jendela capsule untuk menikmati pemandangan. Menghindar sesaat. Memejamkan mata dan mengambil mapas sesaat, aku mencoba memutuskan apa yang harus kulakukan. Terima atau lepaskan. Aku yakin Bintang akan meminta jawaban malam ini juga.
"Nau...." Suara Bintang yang terdengar jelas di belakang telingaku membuatku yakin bahwa Bintang kini berdiri tepat di belakangku. Membuat tubuhku seketika menegang sempurna. Namun itu berlangsung sesaat. Aku mulai bisa menetralisir kecanggunganku dan memberanikan diriku.
"Yes, Bi." ucapku sambil membalikkan badan dan kini tubuh kami pun berhadapan dengan jarak hanya beberapa centi.
"Hah?" Aku tertawa kecil karena wajah bingung Bintang yang terlihat lucu.
"Aku mau mencoba menjalani hubungan ini sebagai sepasang kekasih. Aku mau kamu selalu bantu aku sebagai seorang kekasih. Dan aku harap kamu akan selalu di sampingku dan menguatkanku ketika sakit itu kembali hadir. I'll take the chance with you." jelasku dengan netra yang tak lepas dari Bintang. Ini jelas keputusan yang penuh resiko tapi aku sudah tidak perduli. Hanya Bintang yang bisa membuatku nyaman dan aku pun sepertinya sudah mulai menyukai Bintang. Untuk saat ini lawan jenis yang bisa kupercaya hanya Bintang —selain Aldric tentunya. Senyum pun terbit di wajah Bintang mendengar jawabanku.
"So we are a couple now?" tanya Bintang sambil menaik turunkan kedua alis dan senyum menggodanya. Lagi-lagi ingin menggodaku. Aku pun berdecak sebal melihatnya.
"Ck... ngerusak suasana romantis aja nih." gerutuku yang disambut dengan tawa kami.
"Makan lagi yuuk, tuh masih ada 2 main course lagi." ajak Bintang sambil dagunya mengarah ke meja mereka yang sudah tertata rapi dengan menu hidangan kedua. Kami kini memposisikan diri duduk bersampingan. Sebelum menikmati hidangan, Bintang meminta pelayan untuk memfoto mereka berdua.
Setelahnya, Bintang terlihat sibuk dengan ponselnya sambil sesekali tersenyum. Kami menikmati hidangan sambil berbincang banyak hal dan suasana canggung yang sempat muncul di awal pun akhirnya sirna.
Sekali lagi aku melihat senyum Bintang sambil melirik ponselnya. Membuatku penasaran apa yang menarik dari ponselnya tersebut.
❤️131 likes
dr_bi Thanks for today, and thanks for your choice. ❤️❤️ i can't guarantee a love but i can guarantee a happy world with me @naura.arm
35 comment
Dyandrakinan 😱😱😱 sumpah? Ini dydy ga salah liat foto n ga salah baca caption kan? Anyway, Congratz for you both.😘😘
Rava_nye cieeee... Congratz and happy for you both. 😆😆
Dyandrakinan @rava_nye paaa... Mas Bi romantis banget yak. #kode
Gara_gara Njiirrr... lo bisa juga romantis. Congratz ya ❤️❤️
dion82 Tai.. nggak keliatan seharian taunya pacaran dia 😤😤
Jihanputri waaahh bakal banyak yang broken heart ni 😭😭
"Ngapain sih, Bi?" tanyaku mendekati Bintang yang sudah berdiri dari tempat duduknya dan menghadapkan tubuhnya ke luar capsule sambil matanya tak lepas dari ponselnya.
Ini lagi bacain comment di ig. Liat deh." Jawab Bintang sambil menunjukkan ponselnya kepadaku. Aku sempat kaget melihat postingan Bintang, namun senyuman terbit di wajahku ketika membaca caption postingan tersebut.
"Kamu iih, kok langsung diposting sih? Malu kan..." gerutuku sambil mengerucutkan bibir.
"Nggak apa dong, udah resmi ini. Biar pada tahu kalau aku udah taken. Fans ku tuh banyak loh." Jawab Bintang santai yang membuatku mencebik. Bintang pun mendekatiku, sedikit berputar dan memeluk Naura dari belakang. Ia juga menyandarkan dagunya di bahuku. Ini adalah posisi terintens-ku bersama lawan jenis. Membuat jantungku bertalu lebih hebat. Namun sekaligus menghantarkan kenyamanan yang lama tidak kurasakan.
"May i?" Tanya Bintang meminta ijin atas perlakuannya ini. Aku memiringkan kepala, melemaskan tubuhku ke belakang sehingga kini kepala dan tubuhku bersandar pada Bintang. Tanganku pun bertumpu di atas tangan Bintang yang memeluk tubuhku.
"Udah meluk duluan baru ijin. Aneh ih."
"Ya kalau nggak boleh aku lepas Nau." Bintang sedikit melonggarkan pelukannya namun dengan cepat kucegah.
"No, let us stay like this for a while." Bintang pun kembali mengeratkan pelukannya dan kami terdiam dalam posisi tersebut sampai Flyer berhenti berputar. Aku pun mendesah kecewa karena waktu satu jam berjalan begitu cepatnya. Kami pun segera keluar dari capsule tersebut.
"Mau kemana lagi kita Nau?" Tanya Bintang setelah kami berada di luar menunggu taksi.
"Balik lah, Bi. Udah malem. Aku juga udah capek."
"Tega. Baru juga jadian masak udah ditinggal pulang sih Nau." Ucap Bintang merajuk.
"Bi, plis deh. Besok kan bisa ketemu lagi. Lagian kamu bisa anter aku sampe hotel kan. Jadi masih ada waktu berdua sampe hotel nanti." Bintang pun akhirnya dengan terpaksa menyetujui mauku. Kami kini sudah berada di dalam taksi dengan tangan saling bertautan dan kepala saling bersandar satu sama lain.
Kenyamanan tersebut terganggu oleh dering telepon milikku, sehingga aku pun harus melepaskan tautan tangan mereka. Berdecak sebal begitu melihat caller id.
"Ya, Al."
"Lo dimana? Pacaran aja terus. Ditanyain Mas Haviz nih. Nggak ke sini lo?"
"Yeeee... rese'. emang lo doang yang boleh pacaran. Gue nggak ke sana ya malam ini, gue capek mau langsung balik hotel. Lagian kan hari ini giliran lo jaga. Besok pagi gue ke sana ya."
"Ooh yaudah, gue bilang ke Mas Haviz. Inget ya jangan mesra-mesraan di kamar. Anternya sampe lobi aja."
"Yeeee.. suka-suka gue dong. Gue aja nggak pernah mengerecokin lo kalo lagi pacaran ma Dinda. Week."
"Ck.. dibilangin juga. Yaudah ati-ati. Assalamualaikum."
"Walaikumsalam."
"Aldric juga di Singapore?" Tanya Bintang setelah sambungan telepon ditutup.
"Iya, kakak Aldric sakit dan dirawat di sini. Aku ke sini buat jenguk dia. Dan aku nginep di kamar hotelnya dia, Bi." jawabku polos tanpa menyadari lelaki di sampingku ini menegang karena amarah mendengar ceritaku.
"Kok kamu tidur di kamar hotelnya Aldric sih Nau? Oke kalian emang sahabat tapi kan...." ucapan Bintang kupotong dengan gerakan tanganku yanh menyentuh punggung tangan Bintang.
"Bi... kita nggak pernah tidur bareng di kamar yang sama. Aku tidur di situ kalau dia jaga kakaknya, dan dia tidur di situ kalau aku yang jaga kakaknya." jelasku yang bisa menebak arah pembicaraan Bintang.
"Kamu juga ikut jagain kakaknya Aldric? Sedekat itu kah hubungan kalian?"
"Aku udah pernah jelasin ke kamu kan, kita memang sedekat itu. Aku kenal dia dari kecil. Keluarga kami pun sudah saling kenal. Keluarga Aldric sudah seperti keluargaku sendiri."Bintang tersenyum lega mendengar penjelasanku. Ia pun kembali menautkan kedua tangan kami. Setelahnya pembicaraan kami terhenti karena kami sudah sampai di depan lobby hotel tempatku menginap.
"Yaudah, sleep tight ya Nau." Ucap Bintang sambil mengecup punggung tanganku. Lagi-lagi perlakuan kecil namun manis bagiku. Aku pun tersenyum guna menetralisir deguban jantung yang semakin cepat karena perlakuan Bintang. Setelahnya kami saling berpamitan dan taksi Bintang meluncur meninggalkan pelataran hotel. Aku memandang kepergian taksi tersebut dengan merapal doa dalam hati.
Semoga kamu memang yang dipilihkan Allah untukku. Semoga pilihanku ini tidak akan menjadi boomerang bagi diriku sendiri. Ya Allah, berikan ridhaMu untuk keputusanku kali ini. amiin.
Aku memasuki kamar hotel dan segera membersihkan diri. Rasanya sangat lengket di badan setelah seharian bermain di outdoor sampai dengan makan malam romantis. Rasa lelah mendominasi namun kebahagian menutupinya.
Selanjutnua aku beristirahat di ranjang king size kamar hotel Aldric. Aku kembali mengulang semua yang terjadi hari ini. Dan senyum tak pernah bisa lepas dari wajahku setiap membayangkan semua yang terjadi hari ini. Bahkan sampai aku terlelap sekalipun.
❤️ 154 likes
naura.arm Today officially become one of my best day ever. Thanks for today n thanks for everything, you there! ❤️❤️
8 comment
san_sandra who is he? Is he.....? 😆😆😆
naura.arm i didn't even mention he or she, right? 😎
gara_gara congratz ya udah jadian 👏🏻👏🏻👍🏻👍🏻
nyitnita what? Lo udah jadian? Sama sapa? Mas @gara_gara bisa kasih bocoran siapa lelaki beruntung itu?
al_dric what? Lo udah jadian? Sama sapa? (2)
naura.arm Bang @gara_gara lo jangan bikin rusuh deh... 😵😵 @nyitnita @al_dric gue ceritain kalo kita udah ketemu, kurang seru kalo ceritanya nggak live 😅😅😅
****TBC
Happy reading...
17.02.2018 revised on 29.10.2018
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro