Ramadan Tiba
"Marhaban tiba, Marhaban tiba!" Alyo asyik menyanyikan lagu Ramadhan tiba dengan lirik yang salah membuat Ayla berkacak pinggang.
"Udah suara fales, salah lirik lagi," sindir Ayla.
"Bodo. Suara-suara gue juga," ucap Alyo kembali bergoyang, mengayunkan pinggulnya ke sana kemari. "Tante-tante culik aku dong, aku dong," ucap Alyo menukar nyanyiannya.
Ayla menghela napas pelan. Punya kakak satu malah sengklek, batinnya. Ayla membiarkan saja Alyo yang sedang bergoyang, ternyata pria itu membuat vidio TikTok dari ponselnya.
"Dih, sejak kapan si Alyo main TikTok?" tanya Ayla lalu berlalu dari sana. Lebih baik ia ke kamar Tante Amira melihat Brian daripada melihat Alyo yang semakin menggila.
"Hai, Sayang! Kamu pup, ya? Duh, eeknya," ucap Ayla ketika memasuki kamar Tante Amira menatap Brian yang sedang berganti popok.
Ayla menoel-noel pipi gembul Brian yang halus. Gadis itu bahkan ingin menggigit pipi Brian karena terlalu gemas.
"Ay, lusa udah mau puasa. Besok kita mau masak apa, ya, enaknya?"
"Hmm, rendang aja, Tan. Enak, tuh."
"Oke. Kamu bantuin Tante, ya."
"Oke, Tante. Siap!"
Alyo ikut masuk ke dalam kamar Tante Amira. Ia lalu duduk di sofa yang ada di sana. Tangannya memegang ponsel, lalu menonton vidio TikTok yang ia buat tadi.
Ayla memutar bola matanya. Kakaknya itu sudah kecanduan. Ia pun menghampiri Alyo merebut paksa ponsel pria itu.
"Eh, eh, apaansi lo. Kok main rebut HP gue aja!"
"Lo ngapain main aplikasi ini. Mau ngeliatin cewek-cewek sexy, ha?"
"Iyalah, beuh body-nya mantap-mantap, Ay. Kayak gitar semua. Seeeett," ucap Alyo memperagakan yang membuat Ayla kesal.
"Mana cantik-cantik lagi ceweknya, berdamage."
Ayla sangat tidak suka mendengar ucapan Alyo yang sengaja memuji-muji cewek lain di depannya. Tanpa sadar Ayla meremas ponsel milik Alyo, lalu akan melemparnya. Alyo terpekik buru-buru merebut kembali ponselnya sebelum dilempar oleh Ayla.
"Woy, jangan dilempar, dong. Belum lunas ini," ucap Alyo panik. Pipi Ayla memgembung kesal. Kakinya dihentak-hentakkan ke lantai, lalu keluar dari kamar sambil menghempaskan pintu keras.
BRAAK.
Bayi Amira menangis karena terkejut, buru-buru Amira menggendong Brian dan menenangkannya.
"ALYOOO! Kamu apain adik kamu, HA?" teriak Tante Amira marah.
"Lah, kok Tante malah marahin Alyo? Kan si Ayla yang banting pintunya."
"Sama saja. Pasti kamu yang buat Ayla kesal sampai banting pintu gitu."
"Lah, kok cowok ganteng yang disalahin?"
"Karena cowok selalu salah. Kenapa? Mau protes?" tantang Amira membesarkan bola matanya.
"Yaelah nih emak-emak berdaster punya anak satu nyeremin banget, deh. Mending gue keluar sekarang aja, deh. Bisa dicakar-cakar lagi nih muka ganteng gue."
"Apa kamu bilang?" Amira berdecak kesal.
"Ampun, Tante Jago!" ucap Alyo buru-buru pergi dari situ sebelum Amira benar-benar menerkamnya.
***
Sebelum masuknya bulan Ramadan. Alyo dan Ayla berkunjung ke makam kakak mereka—Zidan.
Ayla mengelus keramik yang bertuliskan nama Zidan di sana. Alyo yang melihat Ayla sedih, mengusap bahu adiknya itu pelan, menenangkan Ayla.
"Kak Jidan, maafin Ayla, ya. Ayla udah jarang banget ke sini. Tapi Ayla selalu doain Kak Jidan, kok."
"Iya, Ayla. Makasih ya udah doain Kakak," jawab Alyo seperti mewakili Zidan. Ayla menepuk Alyo kesal.
"Lah, salah gue apaan?"
"Sst, diam! Hanya gue yang boleh ngomong sama Kak Jidan. Udah, lo sana dulu, deh, ke makam kakek. Nanti gue nyusul," ucap Ayla. Ia ingin berdua saja dengan Zidan tanpa adanya Alyo.
"Ya udah, iya. Gue ke makam kakek dulu."
Alyo mengalah saja. Biar Bang Zikri ngiranya gue cowok paling sabar dan suka mengalah, cahelah, batin Alyo.
Alyo akhirnya bangkit, lalu berjalan mencari letak makam kakeknya. Kebetulan makam kakek mereka ada di sini juga, sedangkan makam nenek mereka ada di pemakaman lain. Kenapa makam kakek dan nenek mereka terpisah? Jangan tanyakan Alyo, karena Alyo pun tidak tahu jawabannya.
"Mana sih makamnya Kakek!" ucap Alyo menggaruk kepalanya kesal, sejak tadi ia belum juga menemukan makam kakeknya itu.
"Perasaan deket sini, deh," ucap Alyo.
Mata Alyo menyipit melihat satu makam yang ia yakini adalah makam kakeknya. Ya, itu pasti dia. Makam Kakek Alyo tidak memakai batu nisan, maka dari itu Alyo sulit mencarinya.
Ada satu makam di sana yang tidak memakai batu nisan. Tanpa pikir panjang Alyo menghampiri makam itu dan berjongkok di sana.
"Kakek, doain Alyo cepat dapat jodoh, ya. Doain Alyo dapat kerja yang bagus, doain duit Alyo makin banyak, muka Alyo makin kinclong biar gak gelap kayak muka Kakek. Hehe, canda Kek, jangan dimasukin ke hati, Kek, entar diketawain malaikat, loh," ucap Alyo dengan santainya.
"Eh, kok malah gue yang minta doa, sih. Harusnya kan gue yang doain Kakek. Ya udah apa pun itu aamiin. Udah ya, Kek. Udah Alyo doain, baik, kan, cucu Kakek yang tampan ini? Rajin menabung lagi."
Alyo menaburkan bunga yang dibawanya ke makam itu. Alyo juga membersihkan daun-daun yang berserakan di makam tersebut.
"Oalah toh, Mas. Ternyata Mas suami perempuan ini." Sebuah suara di samping Alyo langsung membuat pria itu menoleh. Suami? Suami siapa?
"Kasihan istrinya, Mas. Sampai depresi dan lupa diri karena ditinggal Mas," ucap Ibu-ibu di samping Alyo.
Lah, ini Ibu-ibu ngomong sama siapa, sih!
"Kasihan Markonah, Mas. Dia gila dan ketabrak truk. Mas-nya ke mana aja?"
Perasaan Alyo mulai tidak enak. Ia menatap ke arah kanan dan kiri.
"Woy, Alyo! Lo ngapain di situ! Bukannya gue suruh ke makam Kakek tadi?" Teriakan Ayla di seberang membuat Alyo kesusahan menelan salivanya.
Anjir, salah makam!
"Loh, loh, Mas. Mau ke mana, Mas? Saya tetangga Markonah loh, Mas. Sewa kontrakannya belum lunas!" teriak Ibu-ibu itu. Alyo langsung pontang-panting lari. Terjadilah kejar-kejaran antara Alyo dan Bu Retno.
Ayla hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Alyo. Lihatlah, Kakaknya itu sekarang, malah bermain kejar-kejaran sama Ibu-ibu yang Ayla tak tahu itu siapa.
Ngeri amat ini Ibu-ibu, batin Alyo. "Bu, saya nggak kenal Markonah, Bu!"
"Dasar, suami tak bertanggung jawab!" teriak Bu Retno yang terus mengejar Alyo.
"Gue puter lagu India mantep, nih," ucap Ayla mendengkus pelan.
Entah sampai kapan Alyo main kejar-kejaran. Tak kenal tempat! Ngeri juga jika para penghuni di sana marah dan keluar dari kuburan. Buru-buru Ayla bangkit dengan senang hati meninggalkan Alyo yang masih dikejar-kejar oleh Bu Retno.
"Selamat bersenang-senang, Kakakku. Mmuaach!"
"ALYA TOLONG GUE!"
BERSAMBUNG
***
BENTAR GUYS, BACA INI BENTAR!😭 Jujur, ya, ini aku tulis sebelum bulan puasa eh ternyata belum kepost sampai sekarang😭😭
Makanya ini cerita baru aja mau ramadan eh kita dah lama lebaran. Gatau deh masih ada yang nungguin atau nggak nih cerita.
Intinya ya.
10 Part lagi cerita ini akan tamat. Gamau gantungin lagi, pokoknya akan aku tamatin secepatnya. Bismillah.
Terima kasih yang udah mau baca. Love you all.
Salam hangat,
~Amalia Ulan
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro