7
🌹🌹🌹
Sabtu pagi yang cerah ini Kevia sudah rapi dengan celana jeans kodok dan kemeja kotak-kotak serta snikers putih. Padahal waktu masih menunjukkan pukul delapan. Biasanya ia akan bangun pukul sembilan jika libur sekolah seperti ini.
H
ari ini ia ada janji untuk jalan dengan Reno. Semalam ia sudah meminta ijin kepada mamanya dan diperbolehkan asal tidak terlalu lama. Untung papanya pulang hari minggu, jadi ia bisa keluar hari ini.
"Perfek." katanya setelah memakai liptin dibibir mungilnya.
Oke, sebentar lagi Kak Reno akan menjemputnya. Jadi ia harus cepat sarapan dulu. Kevia menyambar slingbagnya yang berada di atas tempat tidur lalu keluar dari kamar dan menuju ke meja makan.
"Mama udah berangkat ke rumah nenek?" tanya Kevia karena ia tidak melihat mamanya di meja makan.
"Udah. Mau kemana lo? Tumben pagi-pagi udah rapi? Biasanya juga ngebo." Kenan memandang adiknya heran.
"Mau jalan-jalan, lah." jawabnya sambil mengambil roti selai.
"Sama siapa? Cewek apa cowok?" Kenan ini posesif sekali. Ia selalu menganggap jika Kevia itu masih bocah. Padahal ia dan Kevia cuma beda tiga menit.
"Kepo, lo. Nyari pacar sana biar nggak ngepo'in gue mulu."
"Eh, gebetan gue banyak, asal lo tau. Abang lo ini ganteng, siapa, sih yang nggak mau." Tidak usah diragukan lagi, jika Kenan memang tampan.
"Fara. Dia nggak mau tuh, sama lo."
Mendengar nama itu, Kenan jadi badmood. Fara adalah anak tetangga sebelah yang diincar Kenan sejak kecil.
"Dia nggak masuk hitungan. Lagian waktu itu juga gue masih kecil."
Kevia hanya memutar bola matanya. Ngeles terus Abangnya ini. Bilang aja malu sudah ditolak Fara.
Tring
Kak Reno
Aku udah di depan.
Pesan dari Reno membuat Kevia bergegas menuju pintu utama, tanpa mempedulikan panggilan abangnya.
"Hai." sapa Reno setelah pintu terbuka.
"Hai, Kak. Berangkat sekarang?" balas Kevia.
Reno melihat jam di pergelangan tangan kirinya "Udah siap, kan? Sekarang, yuk."
"Eh, bentar, Kak HP aku ketinggalan didalam. Aku ambil bentar." Kevia langsung melesat masuk kembali kedalam rumah tanpa menunggu jawaban Reno.
Sedangkan Reno tetap menunggu di teras sambil melihat-lihat halaman rumah Kevia yang ternyata banyak bunganya. Ada kolam ikan di tengah taman bunga.
"Ehem."
Suara deheman seseorang membuat Reno menoleh keasal suara. Keningnya mengkerut karena tidak mengenali sosok cowok yang bersedekap sambil bersandar di pintu itu.
"Siapa lo?" Kenan bertanya dengan pandangan yang mengintimidasi.
Meskipun bingung Reno tersenyum tipis sebelum menjawab. Reno mengulurkan tangan kearah Kenan "Gue Reno, temennya Kevia."
Reno menarik kembali uluran tangannya karena tidak disambut oleh Kenan. Sebenarnya ia bertanya-tanya, siapa cowok yang memakai pakaian santai yang ada dirumah Kevia ini.
Kenan tidak mempedulikan ucapan Reno dan malah melangkah mendekatinya "Kalo lo macem-macem sama Kevia, gue bakal bikin lo nyesel udah hidup di dunia." Kenan kembali mundur setelah membisikkan kalimat tersebut.
"Jaga Kevia baik-baik. Jangan sampe lecet sedikit pun."
Setelahnya Kenan kembali ke dalam rumah dan berpapasan dengan Kevia di pintu.
"Hati-hati lo, jangan pulang terlalu sore." pesan Kenan sambil mengusap pucuk kepala Kevia dengan lembut.
"Iya bawel." Kevia menghampiri Reno yang tersenyum menyambutnya, "Kenan ngomong apa tadi sama Kak Reno?"
Reno mengerutkan alis "Kenan?"
"Iya. Yang barusan namanya Kenan, Abang aku."
"Oh. Nggak ngomong apa-apa, kok. Cuma pesen suruh jagain kamu aja." jawab Reno tersenyum manis.
Kevia memandang Reno curiga, tidak percaya dengan ucapannya barusan. Tumben sekali abangnya itu baik. Biasanya ia akan bertingkah jika ada cowok yang mendekatinya.
"Udah nggak usah dipikirin. Mending sekarang kita berangkat aja."
"Yaudah, yuk, Kak."
Mereka berjalan beriringan menuju motor Reno yang terparkir di halaman.
"Orang tua kamu kemana? Kok kayaknya sepi." tanya Reno sambil menyerahkan helm kepada Kevia.
"Mama pergi kerumah nenek, kalo Papa belum pulang, ada kerjaan diluar kota." jawabnya sambil memakai helm.
"Oh. Udah siap?" tanya Reno setelah Kevia sudah naik keatas motor.
"Siap, bos."
Reno tertawa kecil mendengar jawaban Kevia. Ia langsung melajukan motornya menuju jalanan dengan kecepatan sedang. Tanpa mereka tau, jika Kenan masih mengawasinya dari dalam rumah.
"Ck, gampang banget dibohongin adek gue itu."
****
"Iya Mir, gue lagi di taman romance sama Kak Reno...habis ini, sih, kita mau ke toko buku...iya gue tunggu, bye."
Kevia baru saja menutup telfonnya. Tadi Mira menanyakan keberadaannya karena hari ini Mira juga tengah jalan dengan Randy.
"Kenapa?" tanya Reno yang dari tadi hanya mendengarkan pembicaraan Kevia dan Mira.
"Katanya Mira mau nyusul kesini. Nggak papa kan, Kak, kalo kita jalan sama Mira dan pacarnya juga?" tanyanya tidak enak. Takut menyinggung Reno.
"Nggak papa, kok. Malah bagus kalo rame." jawabnya sambil tersenyum. Padahal dalam hatinya ada rasa sedikit kesal. Inginnya kan jalan berdua.
Suasana taman yang didesaign seperti taman bunga yang romantis itu lumayan rame di weekend ini. Reno memilih tempat ini karena ingin jalan berdua dan banyak ngobrol supaya lebih dekat dengan Kevia.
"Kev, kamu inget nggak waktu pertama kali kita ketemu?" Reno mengawali percakapan setelah lama hening dan hanya melihat-lihat bunga saja.
"Inget, dong. Waktu itu aku lagi bingung banget nyari ruangan buat daftar ulang. Pasti waktu itu aku kayak anak hilang. Itu gara-gara Mira yang nggak nungguin aku."
Reno tertawa mendengarnya. Memang saat itu wajah bingung Kevia lucu tapi itu malah membuatnya imut di mata Reno.
"Kak, kita kesana, yuk. Kayaknya disana bagus-bagus, deh, bunganya."
Reno hanya mengangguk menanggapinya.
"Kev, boleh aku nanya sesuatu?" tanya Reno sambil berjalan santau menuju tempat yang dimaksud Kevia.
"Tanya apa, Kak?"
"Kamu kenapa setiap ketemu Natha selalu berantem?" Kevia hampir saja tersedak ludah mendengar pertanyaan Reno, "Tapi kalo aku lihat, justru kalian terlihat dekat. Emang dulu waktu di SMP kalian dekat?"
Tangan Kevia sedikit berkeringat karena gugup. Duh, ia mesti jawab apa coba? Masak iya jawab kalo ia dan Natha pernah jadian. Kalo Kak Reno malah menjauhinya bagaimana? Belum juga jadian, udah gagal PDKT aja.
"Emm...ya gitu, deh, Kak. Cuma kenal sebagai kakak dan adek kelas aja."
"Tapi kayaknya kalian terlihat lebih dari itu."
"Nggak, kok, perasaan Kak Reno aja kali." Duh, Kevia jangan gugup nanti Kak Reno curiga.
Reno masih memandang Kevia dengan intens. Masih kurang percaya atas jawabannya tadi.
"Kak, itu bukannya Kak Natha ya? Dia sama siapa, tuh?"
Reno mengikuti arah pandang Kevia. Dan benar saja disana ada Natha.
"Iya, itu Natha, dia sama Sherly." jawab Reno yang masih menatap Natha yang sepertinya sedang berjalan kearahnya.
"Oh. Mereka pacaran?" tanya Kevia dengan nada sedikit sewot. Untung Reno tidak sadar.
Reno mengedikkan bahu, "Nggak tau."
"Hai, men." sapa Natha setelah sampai di depan Reno, "Lo disini juga? Sama gebetan lo?
Kevia memutar bola matanya, basa basi sekali orang ini.
"Hmm, sejak kapan lo jalan sama Sherly?"
"Eh, lo adiknya Natha, kan?" Sherly tiba-tiba menyambar.
Semua memandang Kevia dengan pandangan yang berbeda-beda. Reno dengan pandangan bertanyanya, Sherly dengan pandangan terkejutnya, Natha dengan pandangan santainya. Bisa-bisanya si biang kebohongan terlihat santai seperti itu.
"Jadi lo gebetannya Reno?" tanya Sherly penuh semangat.
"Tunggu-tunggu. Kevia adiknya Natha? Kok bisa? Adik darimana?" tanya Reno beruntun.
Kevia sudah ketar ketir saat ini. Semua gara-gara Natha yang mengarang bebas itu.
Adik kelas "Adek sepupu." jawab Natha singkat.
Sepupu katanya. Punya ikatan darah saja tidak, apalagi ikatan cinta. Eh!
"Kok, gue nggak pernah tau kalo Kevia sepupu lo?"
"Ya, kan gue nggak pernah cerita." jawab Natha dengan tidak semangat.
Sialan memang. Cuma karena ingin menguntit mereka berdua jalan, ia harus ditempeli lintah seperti ini. Tangan Sherly tidak lepas dari lengannya sedari tadi. Benar-benar lengket seperti lem.
"Ih, bagus kalo gitu. Kita bisa double date sekarang. Iya, kan, Nath?" usul Sherly.
"Ogah banget gue ngedate sama lo." gumam Natha yang tidak didengar Sherly.
"Nath, kita makan aja, yuk, gue laper, nih, belum sarapan saking senengnya lo ngajak gue jalan tiba-tiba tadi pagi."
Bodo amat batin Natha.
Kevia memandang Natha dan Sherly jengah. Uh, menyebalkan. Sok romantis sekali mereka ini, dari tadi gandengan terus kayak truk.
"Boleh juga. Kev, kamu gimana?" tanya Reno.
"Bukannya kita mau ke toko buku ya, Kak?"
"Kita makan dulu baru ke toko buku gimana? Ini juga udah siang dan kita belum makan." Reno masih berusaha membujuknya.
"Tapi Mira sama Randy belum dateng. Mereka kan mau nyusul Kesini."
Reno terlihat berfikir
"Kalo nggak mau, nggak usah dipaksa lah, Ren. Biarin aja dia laper terus kena mag." Natha ini mulutnya memang pedas kadang-kadang.
"Gini aja, kamu telfon Mira biar nyusul ke tempat kita makan aja. Jadi kita berangkat duluan."
"Yaudah, deh, aku telfon Mira bentar."
Kevia agak menjauh dan mencoba menghubungi Mira. Dering pertama tidak diangkat, dering kedua juga tidak diangkat. Dering ketiga.
"Halo."
"Halo, Mir, lo jadi nyusul kesini nggak, sih? Lama banget, katanya udah dijalan."
"Duh, sorry besti, gue tadi tiba-tiba sakit perut. Jadi gue pulang, deh. Lo nikmatin aja jalan berdua sama Kak Reno. Oke?"
"Berdua apaan? Disini ada Kak Natha sama Kak Sherly tau."
"What? Kok bisa?"
"Nggak tau, deh. Udah, ah, gue tutup, bye."
Kevia kembali bergabung setelah mematikan telfonnya.
"Gimana?" Reno yang pertama bertanya.
"Mira nggak jadi nyusul kesini, Kak. Terus aku juga udah dusuruh pulang sama Mama. Jadi aku nggak ikut nggak papa, kan, Kak." alasan Kevia supaya tidak ikut dengan mereka. Menyebalkan.
"Oh, gitu." jawab Reno agak keberatan, " Yaudah nggak papa, kalo gitu aku anter pulang sekarang."
"Eh, nggak usah. Kak Reno ikut mereka aja. Aku udah pesen taksi." alasan Kevia lagi, "Kalo gitu aku pulang dulu, Kak." pamit Kevia yang langsung melesat pergi tanpa menunggu jawaban Reno.
Diam-diam ada yang tersenyum kemenangan. Yes.
****
Akhirnya up juga. Terima kasih buat yang masih dukung cerita ini.
Salam dunia halu
By : V
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro