13
🌹🌹🌹
Kevia sedang kalang kabut di kamarnya. Ia sedang bersiap-siap untuk pergi. Ini semua gara-gara si menyebalkan Natha. Beberapa menit yang lalu Natha menelponnya jika ia ada di depan rumahnya dan mengajaknya keluar.
"Dasar dedemit, tiba-tiba muncul, mana nggak ngasih tau dulu lagi."
Kevia menggerutu sambil memoleskan make up tipis di wajahnya. Sebenarnya ia sendiri bingung, kenapa juga ia harus repot-repot berdandan seperti ini hanya untuk bertemu Natha.
"Andra, gue keluar bentar." pamit Kevia kepada abangnya yang sedang menonton televisi di ruang tengah.
"kemana? Sama siapa?"
"Temen, noh, orangnya di depan. Paling ke taman kota. Bye."
"Jangan pulang malam-malam." Pesan Andra kepada Kevia yang sudah melesat keluar.
Di depan gerbang Natha duduk tenang di atas motor ninja merahnya. Kedua tangannya ia tumpukan diatas helm yang terletak di depannya. Entah apa yang ia pikirkan sampai-sampai ia berani datang kerumah Kevia bahkan mengajaknya keluar.
"Kak Natha!" panggil Kevia yang baru saja keluar dari gerbang.
Kevia terlihat imut dengan outfitnya malam ini. Celana jeans biru, sniker putih dan hoodie berwarna putih juga. Rambutnya pun hanya di gerai. Terlihat simple.
"Lama. Gue sampe donor darah buat nyamuk." jawab Natha ketus.
"Salah Kak Natha sendiri, kesini nggak bilang-bilang dulu."
"Buruan naik. Ntar keburu malam." Natha menyodorkan helm kepada Kevia.
Kevia menerimanya dan langsung memakainya, "Kita mau Kemana?"
"Nggak usah banyak tanya. Yang penting lo buruan naik." suruh Natha yang sudah mengenakan helm.
"Ck, awas lo macem-macem." ancam Kevia sambil naik ke boncengan Natha.
Natha segera melajukan motornya setelah memastikan Kevia sudak duduk dengan benar. Motor Natha melaju pelan. Kevia pun tidak mempersalahkannya. Ia ingin menikmati perjalanan karena malam ini begitu indah dengan banyak bintang bertaburan di langit.
"Kak, kita mau kemana, sih?" Suara Kevia beradu dengan angin.
"Ntar lo juga tau."
"Dih, sok misterius banget, sih." dumel Kevia.
Setelahnya tidak ada percakapan lagi diantara mereka. Kevia kembali menikmati perjalanannya. Ini bukan malam minggu, tapi jalanan begitu ramai. Tanpa sadar ia menoleh ke depan. Tepatnya kearah Natha yang sedang konsentrasi dengan motornya. Kevia masih tidak menyangka jika ia akan bertemu kembali dengan Natha. Padahal sudah satu tahun ia tidak bertemu atau mendengar kabar soal Natha lagi.
Takdir memang selucu itu. Ia yang sangat-sangat menghindari seorang Natha, justru dipertemukan bahkan ia bisa berurusan dengan Natha lagi. Bahkan saat ini ia dan Natha berboncengan sedekat ini. Sungguh ia tidak pernah membayangkan sebelumnya.
"Woi, lo nggak mau turun?" Natha menyenggol Kevia menggunakan sikunya.
Kevia tersentak. Ternyata ia melamun hingga tak sadar jika motor sudah berhenti di taman kota dekat cafe bintang.
"Sorry. Gue terlalu menikmati perjalanan, sampe nggak sadar kalo udah nyampe." Kevia turun dan melepas helm.
"Menikmati perjalanan apa menikmati karena gue bonceng?" ledek Natha.
"Nggak GR, deh." jawab Kevia ketus.
Natha terkekeh melihat wajah cemberut Kevia. Lucu.
"Kak, kita ngapain, sih, disini?" tanya Kevia sambil melihat suasana sekitar yang lumayan ramai. Banyak penjual makanan juga. Ia jadi lapar.
Natha mengedikkan bahu acuh, "Gue suntuk di rumah, ya udah gue ajak aja lo keluar." jawab Natha acuh lalu ia berjalan duluan menuju salah satu bangku taman yang kosong.
Kevia mengikutinya, "Kenapa harus gue? Kak Natha kan punya temen. Ajak aja, tuh, Kak Bayu atau siapa kek."
"Mereka pada sibuk."
"Ya temen Kak Natha yang lain, kek. Yang penting bukan gue. Pasti banyak lah temen Kak Natha."
"Bawel banget, sih, lo." Natha mencubit hidung Kevia.
"Aaa...sakit tau." Kevia mengusao hidungnya yang memerah karena kelakuan tangan jail Natha.
Natha hanya tertawa kecil, "Lo tunggu disini, gue kesana bentar."
"Eh, mau kemana?" Natha sudah berjalan menjauh tanpa menunggu persetujuan Kevia, "Dasar, tukang perintah."
Akhirnya Kevia pun duduk di bangku taman dan menuruti perintah Natha. Ia menghela nafas panjang dan mulai menikmati suasana taman. Tiba-tiba ia jadi berfikir apakah ini memang takdirnya ia harus berurusan dengan Natha? Jika iya, maka mungkin lebih baik ia menerima takdirnya.
"Nih." Natha yang sudah kembali langsung menyodorkan minuman dingin kearah Kevia.
Bukannya langsung menerimanya, Kevia malah mengerutkan kening.
"Boba?" tanyanya heran.
"Hm. Rasa coklat. Nih, ambil." Kevia pun menerimanya.
"Jadi Kak Natha ngajak kesini cuma mau jajanin boba doang?" Kevia menggoyangkan es bobanya, "Ck, pelit banget, sih." tambahnya dengan muka cemberut.
"Makanya jangan bawel. Ntar gue jajanin yang banyak. Biar makin melar pipi lo."
Kevia mencebikkan bibirnya. Ia pun meminum es bobanya. Lumayan, ia juga haus.
Keadaan seketika hening diantara mereka. Kevia melirik Natha yang ternyata sedang memandangi langit. Tumben sekali Natha diam.
"Mau?"
Kevia menawari es bobanya kepada Natha karena tadi Natha memang hanya membeli satu. Tanpa mengalihkan pandangan, Natha menggeleng sebagai jawaban. Sepertinya langit lebih indah dari apapun malam ini. Kevia jadi ikut memandangi langit. Benar, langit sedang indah malan ini. Banyak bintang yang bertaburan menghiasinya.
"Sorry." Kevia menoleh kearah Natha yang masih memandangi langit setelah mendengar kata itu.
Kevia mengerutkan kening bingung. Apa yang dimaksud Natha?
"Gue minta maaf." Natha beralih memandang Kevia intens, "Maaf soal dulu, maaf soal semua yang terjadi."
Kevia mengalihkan pandangan kearah depan. Ia tidak mau memandang Natha, apalagi ia sedang membahas masa lalu.
"Mel, jujur. Gue bener-bener nggak tau soal kejadian itu. Bukan gue, Mel. Gue nggak tau apa-apa."
"Kayaknya gue harus pulang sekarang." Kevia beranjak berdiri hendak melangkah pergi namun Natha lebih dulu mencekal tangannya.
"Mel, please. Kita harus selesaiin ini. Biar lo nggak salah paham lagi." cegah Natha.
"Salah paham? Kalo menurut lo itu salah paham, kenapa lo dulu nggak berusaha jelasin itu, Nath?"
Natha terdiam namun tangannya masih memegang tangan Kevia supaya tidak pergi.
"Bahkan lo dulu diam aja, Nath. Sampai akhirnya hubungan kita berakhir, lo tetap diam."
Kevia menghela nafas. Dadanya tiba-tiba terasa sesak sekali, "Nath, gue udah baik-baik aja sekarang. Please jangan bahas masa lalu. Lupain semuanya. Termasuk tentang kita."
Natha tersenyum miring, "Lupain?"
Natha mengencangkan cekalan tangannya pada tangan Kevia. Pandangannya berubah menjadi dingin. Dengan perlahan ia mendekatkan wajahnya ke arah Kevia.
"Oke. Gue bakal lupain semuanya. Yang dulu." ucapnya dengan nada rendah nan tenang, "Tapi lo harus siap-siap karena gue bakalan bikin cerita baru. Tentang kita. Yang bakal lo ingat sampai lo mati.
****
"Oke, pelajaran hari ini cukup sampai disini. Jangan lupa kerjakan tugas tadi dan dikumpulkan minggu depan. Selamat siang."
Pak Banu, guru matematika baru saja keluar dari kelas. Kevia menghela nafas lega. Hari ini ia benar-benar tidak konsentrasi sehingga mendapat teguran dari Pak Banu. Tadi pagi pun ia hampir terlambat karena semalam susah tidur. Ia jadi sedikit pusing sekarang apalagi dari tadi pagi ia belum makan hingga jam istirahat kedua ini.
"Kev, lo kenapa, sih, hari ini? Muka lo pucet, lho. Lo sakit?" tanya Mira sambil menempelkan punggung tangan ke dahi Kevia, "Nggak panas."
Kevia menyingkirkan tangan Mira, "Nggak, Mir. Gue cuma capek aja dikit."
"Ya udah, mending kita ke kantin, yuk makan. Lo belum makan pasti." ajak Mira menarik tangan Kevia.
"Duh, bisa nggak, sih, makanannya dianter kesini aja? Gue males jalan." keluh Kevia
"Nggak. Dilarang makan di kelas."
Kevia pun terpaksa mengikuti Mira dengan langkah malas. Sebenarnya ia malas keluar kelas karena takut bertemu Natha. Tapi jika ia tidak ke kantin sekarang, perutnya juga keroncongan.
"Lo mau pesen apa? Biar gue pesenin sekalian." tanya Mira ketika mereka sudah duduk di kantin yang lumayan rame.
"Samain aja kayak lo." jawab Kevia lesu.
"Oke. Tunggu." Mira beranjak untuk memesan makanan.
Kevia menopang dagu dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memainkan kotak tisu. Sungguh hari ini badannya lemas sekali. Pasti karena semalam ia tidak makan dan hanya minum es boba. Ini juga Mira lama sekali, ia sudah sangat lapar.
"Hai, mantan!"
Seketika Kevia menegakkan duduknya setelah mendengar sapaan tersebut. Ia membelalak kaget dan langsung melirik sekitar yang memandang kearahnya. Pasalnya tadi suara Natha kencang sekali. Apalagi Natha sudah duduk di depannya dengan muka sok manis.
"Dari tadi gue cariin kok nggak ada, sih?" tanya Natha santai.
Kevia panik, "Kak Natha ngapain, sih, disini?"
"Gue makan sama teman-teman gue. Tuh." Natha menunjuk teman-temannya yang sedang melambaikan tangan kearah Kevia.
"HAI, MELODI MANTANNYA NATHA!"
Kevia makin membelalakkan matanya, "Ini nggak lucu, Kak." ucapnya pelan.
"Gue kan nggak nglawak." Natha tertawa kecil dan sedikit memajukan tubuhnya sambil berbisik, "Gue udah bilang, kan, semalam sama lo."
Natha menarik dirinya mundur. Ia bersandar di kursi dan menatap Kevia lurus-lurus.
"Lo sendiri yang mau dan ini cara gue deketin lo lagi."
Kevia menghela nafas lelah. Sepertinya tidak akan mudah menghadapi Natha yang sekarang.
"Perhatian semuanya." Natha tiba-tiba beranjak berdiri dan itu membuat Kevia terkejut.
"Hari ini, semua yang makan di kantin gue tlaktir." Seketika kantin menjadi riuh, "Dengerin. Karena sebentar lagi gue bakal balikan sama mantan gue. Kevia Melodi."
Suasana semakin menjadi riuh penuh siulan menggoda.
"Cye...Natha galon, nih, ceritanya."
"Huhuy, CLBK, nih."
"Yo'i, cinta lama belum kelar."
"Nath, gue dukung lo. Kejar sampe dapet."
"Go Natha."
Suara sahut-sahutan semakin membuat Kevia panik dan bertambah pusing. Tangannya sudah berkeringat dingin. Ia harus menghentikan ini.
Kevia beranjak berdiri, "ARNATHA NAVARRO." Kantin menjadi hening mendengar triakan Kevia. Tawa Natha yang tadi mengudara pun langsung lenyap setelah melihat ekspresi Kevia.
"Berhenti bicara omong kosong. Gue bukan bahan becandaan lo."
Setelah bicara seperti itu, Kevia berbalik ingin melangkah keluar kantin namun kepalanya terasa pusing sekali. Pandangannya berputar, dadanya panas, keringat dingin dan terasa lemas. Pandangannya semakin berputar sebelum semuanya menggelap dan telinganya mendengar seseorang meneriakkan namanya.
"MELODI!"
****
Natha emang sesuatu sekali.
Salam dunia halu
By : V
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro