11
🌹🌹🌹
Hari senin yang cerah, pagi-pagi sekali Kevia sudah berada di sekolah. Dia sedang berdiri di depan perpustakan dengan selembar kertas di tangannya. Semalam Natha menghubunginya dan memintanya menunggu disini. Sudah sekitar lima menit Kevia menunggu, akhirnya Natha muncul dari arah parkiran, yang menandakan ia baru saja tiba di sekolah. Natha yang masih mengenakan hodie hitam itu berjalan kearah Kevia.
"Lumutan, nih, gue. Lama banget, sih?" sembur Kevia setelah Natha sampai di depannya.
Natha melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, "Baru juga telat lima menit dari waktu janjian. Mana yang gue minta kemarin?"
"Nih." Kevia menyodorkan selembar kertas yang sedari tadi ia pegang, "Cek dulu, siapa tau nggak sesuai sama yang lo mau."
Natha membaca isi dari kertas tersebut. Ia mengangguk-ngangguk melihat isinya. Bagus juga buatan si susu coklatnya.
PASANGAN CALON NOMOR URUT 2
KETUA : ARNATHA NAVARRO
WAKIL : ISABELA FAHRANI
Slogan : Amanah dalam melangkah, ikhlas dalam bekerja.
Visi
Menjadikan generasi SMA Garuda yang aktif, kreatif, komunikatif, serta peduli dengan lingkungan sekitar dan dilandasi akhlak mulia.
Misi
Meningkatkan kedisiplinan siswa
Menumbuhkan rasa kekeluargaan antar siswa
Memajukan kualitas ekskul di sekolah agar diminati siswa
Mempererat kerjasama antar organisasi yang ada di dekolah
"Good job. Tapi kayak ada yang harus dirubah. Nih, ini." Natha menunjuk di bagian nama wakil ketua OSIS, "Harusnya nama lo yang ada disini. Gimana kalo lo aja yang jadi wakil gue." kata Natha yang sudah menatap Kevia kembali.
"Ogah. Yang ada gue ntar makan hati setiap hari." tolak Kevia, "Udah, kan? Gue mau ke kantin. Laper." kata Kevia yang mulai melangkah pergi dari hadapan Natha.
"Eits." Natha mencekal lengan Kevia, " Karena lo berhasil menjalankan tugas pertama, lo gue tlaktir sarapan di kantin. Gue tau lo belum sarapan. Yuk."
Tanpa menunggu persetujuan Kevia, Natha menarik lengan Kevia menuju kantin. Waktu masih menunjukkan pukul tujuh kurang. Masih ada waktu sekitar tiga puluh menit lagi sebelum apel hari ini dimulai. Apel hari ini diadakan untuk kampanye calon Ketua OSIS dan Wakil Ketua OSIS.
****
"Selanjutnya pasangan calon nomor dua yang akan menyampaikan visi misinya. Silahkan, untuk saudara Arnatha Navarro dan saudari Isabela Fahrani, untuk naik keatas panggung."
Natha dan Isabela maju kearah panggung kecil dan berdiri berdampingan setelah dipersilahkan oleh Kepala Sekolah.
"Cocok banget ya, yang satu ganteng yang satu cantik." bisik siswi yang berdiri di depan Mira.
"Iya, kalo mereka jadian, bakal gue dukung, deh. Pasti jadi the best couple." balas siswi sampingnya.
Mira yang mendengar bisikan teman sekelasnya itu menjadi kesal sendiri. Enak saja sepupu tersayangnya di sandingkan dengan cewek muka sok alim itu. Entah kenapa Mira begitu tidak menyukai Isabela. Padahal mereka tidak saling kenal.
"Katarak kali mata lo bilang mereka cocok. Nggak ada cocok-cocoknya sama sekali gitu." dumel Mira yang didengar Kevia.
Kevia yang sedari tadi melihat kearah Reno kini jadi beralih memandang Natha di depan sana yang sedang menyampaikan visi misinya. Kevia jadi ikut-ikuta menilai, gara-gara mendengar perkataan Mira barusan.
Setelah lama memperhatikan Natha dan Isabela, Kevia akui mereka memang cocok jika bersanding seperti itu. Isabela cantik, anggun, murah senyum, dan sepertinya baik. Duh, kenapa Kevia jadi merasa insecure dan ada yang mengganjal di hatinya.
"Menurut gue, mereka cocok-cocok aja. Apalagi bersanding kayak gitu. Kelihatan kompak." ucap Kevia yang masih memperhatikan Natha berkampanye.
"Jadi lo rela kalo Kak Natha sama Isabela?"
Kevia terdiam sejenak, "Kenapa mesti nggak rela? Gue bukan siapa-siapanya."
Mira mengulum senyum, "Cye, kode, nih. Biar dikasih status." goda Mira, "Ntar, deh, gue bilang Kak Natha kalo lo butuh status."
Kevia melotot terkejut dengan ucapan Mira, "Apaan, sih, lo Mir. Nggak usah rese, deh."
Mira cekikikan melihat Kevia, sok marah tapi pipinya merah. Dasar.
Apel pagi ini berlangsung lancar dan seru. Ramai dengan sorak sorai pendukung pasangan calon masing-masing kubu. Khusus hari ini kegiatan belajar dan mengajar ditiadakan. Karena hari ini akan di pakai secara khusus untuk full kampanye.
Kevia dan Mira berjalan di koridor yang cukup ramai. Mereka akan ke kantin untuk membeli minum, karena apel hari ini cukup membuatnya haus.
"Jadi lo mutusin untuk milih Kak Natha?" tanya Mira
"Nggak, gue tetep milih Kak Reno." balas Kevia sambil membalas sapaan orang-orang.
"Kok gitu? Kan nggak lucu kalo lo tetap milih Kak Reno, sedangkan lo tim suksesnya Kak Natha."
Kevia terdiam. Benar juga, masak dia harus memilih Natha? Dia kan pengennya dukung dan milih Kak Reno.
"Nggak tau ah, pusing gue."
Mira tidak lagi membalas perkataan Kevia karena dari arah depan sosok Reno muncul dan sepertinya sedang menuju kearah mereka.
"Hai!" sapa Reno yang langsung dibalas lambaian kecil oleh Kevia serta senyum manis.
Nah, benar, kan. Buktinya Kak Reno sudah berdiri di depan Mira dan Kevia. Mira memutar bola matanya malas.
"Kev, bisa ikut sebentar? Ada yang mau aku omongin." tanya Reno, "Boleh pinjam temannya bentar?" Reno beralih memandang Mira untuk meminta ijin.
Dengan terpaksa Mira mengangguk mengijinkannya. Karena sang sahabat juga ikut memandangnya penuh harap. Ia kan jadi tidak tega.
"Thanks." ucap Reno tersenyum, "Yuk." ajaknya kepada Kevia.
"Mir, gue duluan, ya." ucap Kevia yang langsung berlalu ikut dengan Reno.
Mira berdecak sebal. Kan jadinya ia ke kantin sendirian. Mana Randy sedang main futsal lagi.
Natha de coco
Siaga satu. Kevia pergi berdua sama Reno.
Setelah mengirim pesan, Mira melanjutkan jalannya menuju kantin.
****
"Ada apa, sih, Kak?" tanya Kevia untuk yang ketiga kalinya.
Pasalnya, sejak mereka sampai di taman belakang, Reno belum bicara apapun. Saat ini mereka sedang duduk dibangku taman. Suasana taman lumayan ramai. Pohon-pohon rindang membuat suasana sejuk. Apalagi tempat yang bersih dan terawat membuat sebagian siswa memilih menghabiskan waktu istirahatnya dengan tidur disini.
"Aku denger-denger kamu bakalan milih Natha jadi Ketua OSIS." Akhirnya Reno mengungkapkan unek-uneknya beberapa hari ini.
Kevia terdiam sejenak, "Kata siapa, Kak? Aku pasti dukung Kak Reno lah."
"Tapi kamu jadi tim sukses Natha, kan?"
Duh, Kevia harus jawab apa. Ia malah merasa serba salah sekarang.
"Itu karena...Kak Natha yang minta." jawabnya sedikit canggung.
"Dipaksa lebih tepatnya." Tebaknya tepat sasaran, "Kenapa kamu nggak bilang sama aku? Biar aku yang ngomong sama Natha."
"Jangan." jawabnya cepat dan sedikit panik.
Bisa gawat jika Reno berbicara kepada Natha tentang itu. Nanti pasti Natha akan ngomong yang tidak-tidak kepada Reno dan akan menuduhnya mengadu kepada Reno.
"Aku nggak mau ganggu Kak Reno dengan masalah kecil kayak gini. Sedangkan Kak Reno, kan, harus konsentrasi buat persiapan pemilihan Ketua OSIS." Kevia mencoba memberi alasan logis, "Kak Reno nggak usah khawatir. Aku bisa, kok, ngatasin ini. Cuma Kak Natha doang, mah, kecil." Kevia memberikan senyum menenangkan untuk Reno.
Reno hanya bisa menghela nafas pasrah, "Yaudah kalo gitu. Tapi kalo dia macem-macem atau gangguin kamu lagi, jangan ragu buat bilang sama aku."
"Oke, kak." balasnya sambil tersenyum manis.
Huh, untung Reno percaya dengan alasannya. Ini semua gara-gara dedemit menyebalkan itu. Kenapa juga dulu ia bisa jadian sama cowok menyebalkan sejenis Natha.
"Kev, setelah pemilihan nanti, aku mau ngomong sesuatu sama kamu."
Kak Reno mau ngomong apa ya? Kok jadi deg-degan, sih. Jangan-jangan Kak Reno mau nembak lagi. Duh, Kevia jadi nggak bisa nahan senyum. Tahan Kevia.
"Kenapa nggak sekarang aja? Emang mau ngomongin apa?" tanyanya terlalu antusias.
Reno tertawa kecil mendengar betapa antusiasnya Kevia.
"Nanti juga tau. Tunggu aja." katanya sambil tersenyum misterius.
Fiks ini, mah, Kak Reno mau nembak. Duh, Kevia jadi nggak sabar nunggu waktu itu tiba.
"Oh iya. Aku punya sesuatu buat kamu." Reno mengeluarkan kotak kecil dari saku celananya dan menyodorkannya kepada Kevia, "Kemarin waktu aku nganter adik aku ke mall, aku lihat itu terus ingat sama kamu. Semoga suka."
Kevia menerimanya dengan senang, "Ini apa?"
"Buka aja."
Kevia menurut. Ia membuka kotak itu dan mengeluarkan isinya yang membuat mata Kevia berbinar.
"Suka?" tanya Reno.
Kevia menganggung antusias, "Suka. Ini bagus banget, Kak."
Sebuah gelang rantai berwarna silver dengan aksen mutiara dan pita di tengahnya. Terlihat simple nan lucu.
"Sini aku pasangin." Reno mengambil gelang tersebut dan memasangkannya di pergelangan tangab kiri Kevia.
"Cocok. Kelihatan cantik." puji Reno.
"Makasih, Kak." ucap Kevia yang melihat gelangn yang sudah terpasang di tangannya.
Jika seperti ini Kevia jadi meleleh. Kak Reno benar-benar sweet sekali. Saat Kevia sedang asyik menperhatikan gelang ditangannya, tiba-tiba ponselnya bergetar. Dengan malas Kevia mengambik ponsel yang berada di saku bajunya.
Dedemit calling...
Kevia memutar bola matanya malas melihat siapa yang menghubunginya. Dasar pengganggu.
"Kok nggak di angkat? Siapa yang nelpon?" tanya Reno sedikit mengintip ke ponsel Kevia.
Kevia dengan cepat membalikkan ponsel supaya layarnya tidak terlihat oleh Reno.
"Emm...aku angkat telpon dulu, ya, Kak."
Tanpa menunggu persetujuan Reno, Kevia sudah beranjak berdiri dan berjalan sedikit menjauh.
"Apaan?" tanya Kevia dengan nada malas setelah mengangkat telpon dari Natha
"Dimana lo?"
"Kenapa emang? Kepo banget." jawabnya ketus.
"Kesini sekarang. Gue tunggu di lapangan basket."
"Nggak mau, ah. Ntar lo suruh nonton lo latihan lagi." tolak Kevia.
"Nggak ada jadwal latihan hari ini. Gue sendirian disini. Buruan kesini, penting."
"Dasar tukang perintah. Bisa nggak, sih, lo nggak nganggu gue sebentar aja?"
"Nggak bisa. Sekarang gue tunggu. Nggak pake lama." Natha menutup telponnya.
"Dasar cowok nyebelin, tukang perintah, tukang baperin orang, sombong, muka tengil." umpat Kevia kepada layar ponsel yang sudah berubah hitam.
****
Gelang Kevia yang dikasih sama Reno
Masih adakah yang baca cerita ini?
Salam dunia halu
By : V
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro