Pt - 18 •Kilas Balik•
Aku tahu hidup itu penuh dengan kejutan. Ada saja hal yang tidak terduga terjadi di dunia ini. Namun, fakta baru yang diungkapkan oleh Zilian benar-benar mengejutkan! Aku tidak tahu kenapa dan bagaimana dia bisa sama sepertiku, berasal dari masa depan, Zilian belum menceritakannya sebab aku langsung mengangkat tangan, meminta laki-laki itu untuk tidak mengeluarkan barang sepatah kata pun.
Aku masih terkejut dan tidak habis pikir. Laki-laki yang kumanfaatkan habis-habisan ternyata berasal dari masa depan. Yang artinya dia tahu tentang hidupku, tahu betapa mengerikannya hidupku bersama Mas Juan.
"Kamu ... enggak apa-apa?" Zilian bertanya. Ada nada khawatir yang tersemat membuatku menggeleng.
"Nggak apa-apa. Cuma ... syok aja. Sangat syok sampai aku ngerasa, ternyata hal ajaib di dunia ini bukan cuma aku yang alami."
Aku mati tenggelam untuk menghindari Mas Juan. Lalu Tuhan berbaik hati memberikanku kesempatan hingga aku bisa mengelak dari takdir menyedihkan sejauh ini. Meski ujung-ujungnya harus tetap bersinggungan dengan Mas Juan. Tapi setidaknya aku memiliki sembilan puluh delapan persen agar terbebas dari laki-laki itu.
Namun, Zilian? Apa yang membuat laki-laki itu terlempar ke masa lalu? Apa dia penjelajah waktu atau mati lalu hidup sepertiku?
Aku melempar pandang penuh tanya ke arah laki-laki yang saat ini merangkulku, berjalan menuju garasi di mana tempat motornya terparkir.
"Apa yang ngebuat kamu pergi ke masa lalu, Zilian?"
"Menjelajah waktu. Alea, aku benar-benar enggak mau kehilangan kamu. Kamu ingat sama ceritaku di kolam? Tentang ruangan pribadi?" Aku mengangguk mengiyakan, lantas Zilian melanjutkan, "malam itu aku di sana. Aku liat semuanya, Alea. Mimpi yang aku ceritakan, itu bukan mimpi. Aku langsung lari saat liat kamu nggak keluar-keluar dari air dan aku langsung nyebur buat nolong kamu. Tapi ... aku terlambat, Alea. Dan Juan sialan itu justru tertawa melihat kamu udah enggak ada."
Ada kilatan amarah saat dia menyebut nama Mas Juan. Memang sebenci itu Zilian padanya. Wajar saja, dia mengalami hal ini karena Mas Juan. Laki-laki itu sengaja menargetku untuk menjatuhkan mentalnya.
"Aku nyesal banget karena enggak bisa nolongin kamu, Alea. Rasanya aku pengen ngulang waktu, kembali ke masa lalu buat mencegah semua kemalangan yang kamu rasakan. Untungnya keajaiban datang. Kamu ingat kalung ini?" Zilian mengeluarkan kalung berbandul jam pasir dari balik kemejanya. Itu adalah kalungku, kalung yang kudapatkan dari penggemar rahasia yang sampai detik ini aku tidak tahu siapa orangnya. Anggukan singkatku membuat Zilian kembali berujar, "Kalung ini yang ngebuat aku bisa pergi ke masa lalu, Alea.
"Waktu itu aku liat kalungnya bersinar. Karena penasaran, kalung itu kusentuh. Lalu setelahny aku sudah berpindah tempat. Aku yang awalnya ada di pinggir kolam berenang sama kamu, tiba-tiba melihat kamu lagi dengan keadaan sehat. Aku bahkan enggak bisa deskripsiin kebahagianku saat tau kamu baik-baik aja."
Sekarang aku paham kenapa sikap Zilian bisa berubah dalam satu waktu. Jiwa yang ada di tubuh ini adalah Zilian yang berasal dari masa depan. Tujuan utamanya adalah menyelamatkanku dari kemalangan. Tapi ... tunggu dulu, itu artinya, kalau Zilian berasal dari masa depan dan kembali ke masa lalu menjadi penjelajah waktu, sewaktu-waktu dia akan kembali setelah menyelesaikan misi?
Aku ... akan kehilangan sosok Zilian yang dewasa, lembut, pengertian, perhatian, serta penyayang ini?
"Tapi, Zilian ... kalau misi kamu sudah selesai di sini, kamu bakal kembali." Aku menunduk, menatap ke arah kaki yang dibalut dengan high heels. Mataku mulai berkaca kala sesak menghampiri dada. Bahkan hanya dengan membayangkan, rasanya sudah sesakit ini. Padahal aku baru saja merasakan kehangatan serta ketulusan dari Zilian setelah sekian lama mendapat perlakuan dingin dan ketusnya. Sekarang aku harus dihadapkan fakta bahwa laki-laki itu bisa saja pergi tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Zilian membingkai wajahku dengan kedua tangannya. Iris kelamnya memandangku lama sebelum berkata, "Meski pun begitu, aku akan pastikan kalau kita bertemu kembali di masa depan."
Meski aku sedikit sangsi—karena butuh waktu yang lama untuk bertemu lagi dengan Zilian versi dewasa—aku tetap mengangguk lalu membiarkan laki-laki itu menarikku ke dalam pelukannya. Dalam satu hari, Zilian versi dewasa sudah berhasil membuatku begitu menyukainya. Nyaman dan merasa aman ketika berada dalam peluknya.
Aku menghapus air mata sebelum menjauhkan wajah dari dada bidangnya, mendongak untuk menatap tepat di matanya.
"Bisa kamu janjikan satu hal sama aku?" Aku melempar tanya pada laki-laki itu. Zilian tersenyum. Tangannya sibuk mengusap jejak air mata yang masih tersisa di pipi.
"Janji apa, Alea?"
"Janji kalau di masa depan kita akan menikah. Atau enggak, kita nikah aja sebelum kamu pergi biar aku nggak khawatir lagi."
Kekanak-kanakan! Sikapku ini bukan seperti sikap seorang Azalea Filania. Namun, kalau boleh jujur aku begini karena merasa takut. Takut jika aku tidak segera menikah dengan Zilian, maka Mas Juan yang akan menikah denganku dan semua usaha menjadi sia-sia.
"Kalau kamu mau, kita nikah sekarang aku juga ayo!" Zilian berkata penuh semangat. Namun, berhasil membuat tawaku mengudara.
Zilian lantas membawaku naik ke atas motor usai membantu memasangkan helm. Kepalaku bersandar dengan nyaman di punggung Zilian, sementara tangan sudah memeluk pinggang laki-laki itu dengan erat. Setidaknya untuk saat ini, sebelum Zilian kembali, aku ingin serakah. Aku ingin selalu bersama Zilian. Menghabiskan waktu dengannya, melakukan apa pun yang membuat bahagia.
Di kehidupan sebelumnya, aku belum pernah merasakan kebahagian seperti ini, bahagia hanya karena berjalan bersama, menghabiskan waktu berdua, dan mengisi malam dengan naik kendaraan roda dua sambil menikmati suasana ibu kota.
Dulu, Mas Juan hanya mengajakku makan keluar setelah itu pulang. Tidak ada yang khusus. Hanya saja aku sudah jatuh cinta padanya. Jadi, mau apa pun yang dilakukan, ke mana pun pergi—bahkan ke kantornya sekalipun—aku tetap senang. Meski kadang ada keinginan jalan-jalan ke pantai berdua, menghabiskan akhir pekan bersama, atau membeli jajan dan bermain di pasar malam. Terlihat sederhana, tapi aku tidak pernah merasakannya.
"Baru jam sembilan malam. Kamu mau langsung pulang atau jalan dulu?" Zilian bertanya dengan suara yang cukup nyaring.
Aku yang meletakkan dagu di bahu laki-laki itu langsung menjawab, "Jam segini pasar malam masih buka nggak, sih?"
"Kamu mau main ke pasar malam?"
"Iya. Mau naik komedi putar, dan main apa pun yang bisa dapat hadiah!" Aku berbicara menggebu. Bahkan hanya membayangkan senyum di wajah sudah mengambang dengan sempurna.
"Oke, kita berangkat!"
***
Selesai ditulis 07 Juni 2024.
Kita happy2 dulu yaaaa. Biar ga jleb banget pas masuk klimaksnya. Huhuhu
See u!
Luv, Zea❤🔥🔥🔥
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro