Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Take 29 - Clean Cuts

"So, 'Rock the Stage' akan punya special stage di konser KBC TV akhir tahun. Untuk special stage-nya gue serahin ke kalian semua gimana enaknya. Dan kalau, di tanggal itu ada yang tidak berhalangan hadir karena memang punya jadwal lain, segera konfirmasi," jelas Agni saat meeting sebelum syuting episode terbaru panggung "Rock the Stage" dengan tema the muse and the music.

Pada panggung kali ini, para peserta diwajibkan untuk menampilkan lagu baru yang terinspirasi oleh muse mereka masing-masing. Kebanyakan dari mereka memilih para musisi yang menjadi panutan mereka dalam berkarya. Namun, ada juga yang memilih selebriti atau pun tokoh kartun sebagai muse mereka. Seperti Kaivan, dia memilih "Puss in Boots"sebagai muse-nya. Dan, Leona menjadikan Marlyn Monroe, sang idola sejak SMA sebagai inspirasi lagunya kali ini.

"Oke, siap. Sebenarnya 'Berlin' juga udah dikontak sih, buat isi acara itu," sahut Regan sang vokalis band tersebut. "Tapi, buat stage ulang tahun KBC TV, bukan sama lo kan, urusannya?"

Agni menggeleng. "Bukan, Mas. Sama Bang Riko. Dia leader acara tahun ini."

"Orang lama yang pegang ternyata." Oka menimpali.

"Kalau gitu ada yang mau ditanyain nggak soal special stage ulang tahun KBC TV? Kalau nggak ada, meeting dadakan hari ini kita tutup," tukas Agni mengedarkan pandangan pada para musisi di hadapannya. "Tumben kok diem banget."

Audy terkikik. "Grogi kayaknya, Mbak. Pertama kali ketemu sama anak yang punya televisi."

Suasana yang cukup kaku akhirnya pecah karena gurauan Audy. Agni sendiri tidak menyangka statusnya sebagai putri dari Ganang Raja, sangat mempengaruhi bagaimana orang-orang di sekitarnya bersikap. Maksudnya, yang ia hadapi sekarang adalah para musisi hebat papan atas. Akan tetapi, mereka masih menunjukkan kegugupan saat bertemu dirinya. Menurutnya, itu tidak masuk akal.

"Ah, elah," Agni menghela napas. "Biasa aja sama gue. Gue tetep produser cranky yang nggak bisa ngapa-ngapain tanpa kalian."

"Kita cuma shock dikit aja kok, Mbak," tutur Leona.

"Kalau gue sendiri sih nggak keberatan. Soalnya kalau kerja bareng orang dalam, biasanya bonus tumpah-tumpah," kelakar Regan menyeringai.

"Gitu ya, Mas?" Agni melirik Regan tersenyum tipis. "Thanks for your attention, ya guys. Kalau nggak ada yang ditanyain, bisa langsung ke wardrobe room."

Ketika para artist bubar menuju ruangan masing-masing untuk menyelesaikan make up dan berganti baju, Agni mempercepat langkahnya mengejar Kaivan. Ya, dia butuh berbicara dengan lelaki itu, menghapus garis-garis kabur yang telanjur terbentuk di antara mereka. Lelaki itu menoleh dengan satu alis menukik naik saat merasakan lengannya ditarik.

"Ada waktu sebentar?" tanya Agni setengah berbisik karena tak mau mengundang perhatian orang lain.

"Kenapa, Ni? Ada, kok," jawab lelaki itu tersenyum lembut.

"Ada yang mau gue omongin ke lo."

"Masalah kerjaan?"

Agni menggeleng, lalu mengedarkan pandangan mencari ruangan yang tidak terpakai. "Can we?" Ia lalu memutar tumit berjalan menuju ke salah satu ruang properti yang kosong.

Kaivan pun mengekori Agni. "Alright. Lo kelihatan uneasy banget. Kalau ini masalah lo anaknya Pak Ganang dan lo belum sempat cerita gue nggak ada masalah sama sekali, karena gue tahu lo pasti punya alasan."

Tak lupa, Agni pun menutup pintunya kembali sebelum menghadap Kaivan yang terlihat cukup bingung dengan gelagat aneh dirinya. Wanita itu mengembuskan napas panjang sebelum membuka mulut. "First of all, gue minta maaf ajak lo ngobrol padahal harusnya lo siap-siap buat syuting. Dan, bukannya cari tempat sama waktu yang enak, malah ke ruang kosong begini."

"Ni, lo kenapa, sih? Formal banget, deh." Kaivan tertawa sumbang. "Kayak sama siapa aja."

Agni menyugar rambut dan memberanikan diri untuk menatap lelaki itu tepat di matanya. "Kaivan, I know your intention selama ini deketin gue apa. I am not blind and I appreciate it. But, I am so sorry I can't make it happen. Maaf banget udah jahat ke lo, dan bikin lo percaya ada kesempatan buat lo untuk punya hubungan sama gue. I am deeply sorry, Kai. I know what I did is wrong, and is alright if you feel dissapointed on me."

Kaivan terhenyak beberapa saat, mulutnya sedikit membuka. "Oh, oh. Okay," kata lelaki itu kemudian. "So, what the matters? Kenapa tiba-tiba?"

Agni ingin menarik rambutnya keras-keras saat melihat kekecewaan yang terpancar dari sorot mata Kaivan. Damn. "Nggak tiba-tiba sebenarnya. Kemarin gue melakukan kesalahan, yaitu berpikir lo bisa masuk ke hidup gue untuk menggantikan seseorang."

"Terus, lo akhirnya sadar kalau deket gue adalah kesalahan?"

"Bukan gitu, Kai," sangkalnya. "Gue hampir jadiin lo pelarian. Jadiin lo samsak tinju buat hati gue yang lagi nggak karuan waktu itu. Sekarang, gue sadar, gue nggak bisa manfaatin orang seenaknya gitu lagi."

Kaivan mengulas senyum tipis. "Makasih udah jujur ke gue, Ni. Kalau ditanya apa gue baik-baik aja, enggak sih sebenarnya. Tapi, apa boleh buat?" Ia mengelus pundak Agni membuat wanita itu berjengit.

"Gue tahu gue udah jahat banget sama lo, but please forgive me?"

Lelaki itu terkekeh. "No need to beg, Agni. I forgave you. Gue minta maaf juga, kalau misal sikap gue ke lo, membebani lo dan bikin lo merasa harus balas perasaan gue."

Agni menggeleng, merasa lega sekaligus bersalah, karena telah menyakiti orang sebaik Kaivan.

***

Kepulauan Bahama, yang terkenal dengan dataran pantai pasir putih menawan dan blue lagoon, menjadi tujuan berlibur Agni dan Raki tahun ini. Keduanya memang selalu meluangkan waktu untuk berkencan, menikmati banyak aktivitas yang tidak bisa mereka lakukan, di tempat yang jauh. Semakin jauh, semakin aman, dan semakin menyenangkan. Mereka bisa sesuka hati berpergian, makan di pinggir jalan, mencoba tempat-tempat wisata, tanpa perlu takut ketahuan.

Akan tetapi, kali ini sedikit berbeda. Tidak hanya untuk berlibur, ada acara pernikahan yang harus mereka datangi. Sahabat Raki di bangku kuliah yang berasal dari Prancis—Armand, mengundangnya sebagai groomsmen, sejak enam bulan lalu, karena tahu persis bagaimana kesibukan lelaki itu. Armand menikahi gadis Malaysia, bernama Layla, putri salah satu pengusaha minyak terbesar dari Negeri Jiran.

Tidak hanya Raki, Agni pun sangat bersemangat. Ini pertama kalinya mereka mendatangi pesta pernikahan sebagai pasangan. Tanpa ketakutan akan ada yang mengenali mereka. Toh, mereka akan berada di benua yang sangat jauh dari Indonesia. Namun, ada masalah di sini. Waktu tersisa dua minggu sebelum mereka harus berangkat dan wanita itu belum juga menemukan gaun yang cocok. Dan di sinilah dia, duduk di lantai kamar membongkar tas belanjaan.

"Beli apa lagi sih, Babe?" tanya Raki yang berbaring miring di tempat tidur dengan tangan menyangga kepala.

"Another dress and some bikinis." Agni mengeluarkan mini dress hitam berlengan panjang dari Balmain, dengan model perfectly suit the body, dan taburan mutiara putih yang menyebar di seluruh permukaan. Selain itu, ia juga mengeluarkan maxi dress merah muda pucat dari Prada, dengan krystal strap yang memiliki model cut out back. "Lebih suka yang mana?" tanyanya beranjak berdiri seraya mengepaskan gaun tersebut ke badannya bergantian.

"I don't think black suits for wedding party, especially at the yacht," komentar Raki. "The pink one is better."

"Warnanya cocok sama seragam groomsmen kamu, kan? Beige ya warnanya? I still think maroon is the best when it pairs with beige, but I don't want to confuse people and make they think I am one of the bridesmaid."

Raki terkekeh sembari bangkit dari posisi tidurnya dan duduk bersila. "Coba lihat mana bikininya? Seingatku, kamu udah beli bikini minggu lalu."

Agni mengedikkan bahu, meletakkan dua gaun di tangannya ke atas sofa, dan mengambil sekotak bikini yang baru dibelinya. "They're cute. I can't help it." Wanita itu duduk di samping sang kekasih dan memberikan kotak itu di hadapan Raki.

Lelaki itu melihatnya satu per satu beberapa pasang bikini dengan kening mengernyit. Sungguh, dia tidak bisa membedakan dengan bikini yang satu minggu lalu Agni beli. "Yang putih ini sama kayak yang kemarin."

"Beda dong, Sayang. Ini bawahannya pakai strap," jelas Agni. "Kalau yang ini gimana? Do I look good in red? Ini pertama kalinya beli warna merah." Ia mengangkat satu pasang thong bikini berwarna merah marun.

"Hell, yes. You would look stunning, I know it." Raki menyeringai. "Kamu nggak pakai apa-apa juga cakep." Agni mendecakkan lidah sembari memutar mata membuat lelaki itu terkekeh dan menarik sang kekasih ke pelukannya dan menghujani dengan ciuman.

"Ih, Mas Raki!" Agni tertawa geli sambil berusaha mendorong dada Raki.

"Aku kangen tahu! Kita lama nggak ketemu. Masa gitu aja nggak peka. I really want to hug you all day." Raki berhenti menciumi Agni, tapi tetap mendekap gadisnya sembari memberi usapan lembut di punggung.

"Pas nikahan Mbak Reva di Bali juga udah. Sampai hampir telat ke bandara karena kamu nggak mau bangun." Agni mendengkus.

"Maksudnya seharian kemarin kamu kerja dan baru pulang jam dua pagi. Terus, tadi pagi juga buru-buru ke kantor lagi. Apa sih, yang dikejar?"

Giliran Agni yang terkekeh geli. "Aku harus kelarin kerjaan, karena dua minggu lagi cuti lama. Jangan sampai timku keteteran, apalagi performance 'Rock the Stage' udah tayang live."

"Alasan diterima. Udah nggak sabar spending time with you in Bahama. Aku kangen juga ternyata sama Armand."

"He seems nice sih, and hot," celetuk Agni mengingat beberapa waktu lalu Raki melakukan panggilan video dengan sahabatnya itu. "Dia tahu kamu orang penting di sini, kah?"

"Nope. Dia cuma tahu aku workaholic."

Agni mengangguk-angguk. Ia menempelkan wajahnya pada dada bidang Raki, menghisap wangi parfum bercampur dengan aroma alami badan Raki, yang selalu berhasil membuatnya relaks. "Ada yang mau aku omongin sama kamu," tuturnya setengah berbisik.

Usapan di punggung Agni berhenti sejenak. "Oke," katanya sebelum kembali memberi usapan, tapi kali ini di belakang kepala sang wanita.

"Kemarin aku udah ngomong sama Kaivan tentang perasaan dia ke aku and apologized to him for what I did. For leading him to believe that I have same feeling for him."

"So now, you and him are good? Aku nggak akan lagi lihat dia courting kamu ugal-ugalan kayak kemarin?"

"He understands it well. But I feel bad for him. He is good man. Tapi, aku malah manfaatin dia buat lepas dari kamu."

Raki menahan napas saat mendengar pengakuan kekasihnya. Ia tahu, gadisnya juga sempat mengalamai pergolakan batin untuk mempertahankan hubungan penuh resiko ini atau melangkah menuju tujuan yang lebih pasti. Akan tetapi, ia mencoba untuk tak menghiraukannya. Asal Agni kembali padanya, tetap memilihnya, itu sudah lebih dari cukup.

"Yaya, aku juga mau bilang sesuatu sama kamu." Lelaki itu menarik napas panjang. "Kejadian kemarin beneran bikin aku takut, I'll lost you. Berhari-hari menebak apa yang bakal kamu lakuin. Terus, harus lihat kamu dekat dengan cowok lain, itu siksaan terberat. And I know, kalau kamu mau, Kaivan bakal menggantikan posisi aku di hidupmu and I can't do anything karena aku tahu, he deserves it. Benar katamu, he is kind, he adores you, he is wealthy so I know your life will fine.

"Jadi, aku mau minta sama kamu satu hal. Kalau kamu udah nggak yakin bisa hidup sama aku, tolong langsung ngomong. I'll let you go eventho it hurts me. Tapi, kalau kamu mau bertahan sama aku, I'll do anything, everything, to make us happen. To make you happy. To make you feel loved every day. Promise me, Yaya?" Raki menunduk, mengangkat dagu Agni untuk menatap wajahnya, tapi malah menemukan mata gadis itu berkaca-kaca.

Senyum lembut dengan tatapan paling teduh pun terpancar dari lelaki itu. "Kenapa malah nangis?" tanyanya sembari mengelus puncak kepala Agni, menyingkirkan anak-anak rambut yang terurai di keningnya.

"I love you," cicit Agni dengan suara gemetar.

"I love you too, kesayangan Mas Raki."

Agni mengerucutkan bibirnya. "Sekarang, cium aku buruan."

"Hah? Kok tiba-tiba?" Kedua alis Raki menyatu ke tengah kening.

"Tanggung jawab, udah bikin aku nangis. Now, kiss my pain away."

Tawa kecil lolos dari bibir Raki. "My pleasure, Your Majesty. I'll kiss you until you beg for more."

🎬🎬🎬

Siapa yang mau ikut liburan Yaya-Raki ke Bahama? Angkat tangan 🙋🏻‍♂️🙋🏻‍♂️🙋🏻‍♂️🙋🏻‍♂️🙋🏻‍♂️

Yang nanyain kapan momen Yaya-Raki muncul, mereka bakal muncul (hopefully banyak) di part depan yaaa 🥳🥳

Makasih udah semangatin akuu😭 rasanya kok, kuinget-inget kerjaanku minta semangat terus🤣🥲

Yang mau intip gimana cantiknya bahama


CU,
Oktyas✨🫶🏼

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro