Love Or Whatnot - LOW - 30 (TAMAT)
Jangan lupa vote, komen, share, dan follow akun WP ini + IG @akudadodado.
Thank you :)
🌟
Hari ke-363
"Enough with the pity party. Gue nggak betah lama-lama lihat lo bengong lihat keluar jendela dan dipenuhin perasaan mellow." Raya menarik comforter-nya sementara Jethro berdiri di pintu dengan pundak yang menyender di sana.
"Gue masih sakit, Raya."
"Nope. Dokter bilang lo sudah okay makanya kemarin bisa keluar dari RS."
Sahabatnya itu sama sekali tidak mengindahkan penolakannya dan memaksa Ariel untuk berdiri dari ranjang. Raya dan Jethro menginap di apartemennya semalam. Menolak untuk pulang meskipun ia mengatakan kalau bisa melakukan apa pun sendiri. Ia sedikit kasihan dengan Jethro yang harus tidur di kasur lipat yang mereka beli kemarin.
"Kita keluar, cari matahari dan setelah itu makan sarapan yang dikirimin nyokap lo." Raya menggeretnya keluar dan Jethro mendorong punggungnya dengan kedua tangan.
"Gue malas keluar apartemen," keluhnya.
"Kalimat apa yang sering lo bilang kalau gue lagi galau?" Raya berpura-pura berpikir lalu menepuk kedua tangannya tidak lama kemudian, "'Patah hati nggak bikin hidup lo berhenti berputar, pun dengan tanggung jawab lo'. Kerjaan lo terbengkalai, Ri. Masih ada Fanny yang perlu lo gaji dan kasih benefit nantinya. Masih ada mimpi-mimpi yang harus lo kejar. Memangnya semua itu bakalan datang sendiri? Kan enggak. Lo nggak bisa dapatin itu semua dengan kerja keras tanpa istirahat yang cukup atau dengan membiarkan diri lo larut dalam patah hati selama berhari-hari. Demi Tuhan, ini sudah lebih dari dua minggu dan gue baru tahu dari nyokap lo pas keluar dari RS?" cerocos Raya sepanjang jalan hingga mereka tiba di taman apartemen.
Sinar matahari menyapa kulit pucatnya dan ia membiarkan kehangatan memasuki setiap pori-pori sementara Raya masih terus mengoceh mengenai hal yang membuatnya kesal. Otaknya dipenuhi kabut gelap dan tidak ada yang dapat membuatnya berpikir jernih, sehingga ia membiarkan Raya mengoceh terus hingga lelah baru ia menceritakan apa yang terjadi.
"Jadi jangan salahin Asa. Karena memang gue yang bohong sama dia," tutupnya.
"Bukan bokap lo yang maksa buat pernikahan ini?" tanya Raya setelah keterkejutannya hilang.
"Sedikit, tapi gue selalu bisa menolak. Nothing to lose, 'kan? Toh, gue juga nggak hidup dari uang bokap lagi."
"Jangan-jangan lo..." Raya menggantungkan kalimatnya sementara Jethro mengikuti pembicaraan mereka dalam diam.
"Gue jatuh cinta sama dia dari lama. Dari waktu pertama ketemu sewaktu remaja di acara yang bokap gue datangin," lanjutnya dengan senyuman tipis. Setiap kepingan kejadian saat pertama kali ia jatuh cinta masih sangat jelas di dalam kepalanya, tapi yang paling berkesan adalah kali ketiga ia melihat Asa.
Asa yang berdiri di ujung ruangan dengan balutan jaket serta kemeja dan pantalon tampak sangat bosan. Ia dapat melihat anak laki-laki itu menguap tujuh kali semenjak tiba satu jam yang lalu. Rambut yang saat datang sangat rapi dan disisir ke belakang itu sudah berantakan lantaran tangannya yang tidak berhenti dilarikan di sana. Begitu pun dengan jas yang kini dilepaskan oleh Asa dan blazer yang sudah dilepaskan dan tersampir di tangan.
Ariel menarik napas panjang dan berjalan kaku menuju tempat Asa. Rasa penasaran akan apa yang membuat cowok itu bosan membuatnya menelan rasa takut menghampiri cowok itu. Ia berdiri di samping Asa dengan bakso yang berada di tangan. Diam cukup lama karena tidak tahu harus menyapa Asa dengan kalimat apa. Namun yang tidak disangkanya adalah cowok itu yang lebih dulu menyapanya.
"Baksonya enak?"
Ariel yang gugup tidak dapat mengeluarkan kata-kata sebagai jawaban sehingga hanya menganggukkan kepala dua kali.
"Gue mau ambil, ah," kata Asa kemudian dan menjauh darinya.
Embusan napas lega keluar dari mulut Ariel, tetapi juga sedih karena cowok itu pergi sebelum mereka sempat bercakap-cakap. Ia memilih memakan baksonya dan terus menunduk hingga ujung matanya melihat sepatu berwarna hitam yang kembali berdiri di sampingnya. Ariel menoleh dan melihat Asa di sana, sibuk memakan bakso. Mereka memang tidak lagi bercakap-cakap selain dua kalimat itu lantaran lidahnya kaku, tetapi keberadaan Asa sudah membuatnya gembira bukan kepalang.
Jehtro menyenggol sikunya, menarik Ariel dari bayangan masa lalu yang kembali menghangatkan dada. Kedua sahabatnya tengah menatapnya, menunggu untuk melanjutkan perkataannya tadi.
"The marriage may be fake, but my feeling is real. Sayangnya gue memulai dengan kebohongan dan karena ketamakan gue. Gue tahu Asa punya Gita, thanks to social media, tapi gue juga tahu kalau itu adalah kesempatan terakhir gue buat dekat sama dia." Ariel mengesah. "Memang gue yang salah, sih. Dan gue juga tahu kalau pernikahan ini punya jangka waktu."
"Jadi, lo beneran cerai?" tanya Jethro. "Gue kira kalau kalian dalam fase baik-baik aja setelah Gita putus dari dia. Asa kelihatan nyaman dekat lo dan dia juga menginap di sini kan waktu kita datang buat nonton di hari minggu sebelum lo sibuk kerja?" katanya tidak percaya.
"Dia kelihatan care banget sama lo juga."
"Gue rebound girl-nya dia." Ariel terkekeh, "Dia masih punya perasaan yang dalam buat Gita. Dan setelah perceraian ini, dia bakalan pulang ke Gita."
**
Hari ke-1.095
Matahari mentereng dari jendela ruang kerjanya. Awan bergerak perlahan melewati jendela dan menutupi langit biru muda. Terlalu terang hingga Ariel harus menyipitkan mata, tetapi itu tidak serta merta membuatnya menutup venetian blind yang bertengger di sepanjang sisi kanannya. Ia menikmati warna-warna yang muncul di sana lebih dari panas yang dihantarkan matahari melalui jendelanya. Kepalanya menyender ke sandaran kursi, membiarkan tubuhnya terbuai angin pendingin ruangan serta matanya dimanjakan oleh pemandangan di luar jendela. Kekosongan mengisi telinganya. Ini sempurna.
"Mbak, ada tamu." Fanny yang masih setia bekerja dengannya dan kali ini menjadi asisten yang mengatur jadwal-jadwalnya, mengetuk pintunya sekali dan melongok melalui pintu yang terbuka kecil.
"Bisa nanti aja? Aku masih harus lihat layout yang baru diselesaiin Lily." Kalimatnya memang seperti itu, tapi Ariel tidak mengalihkan matanya dari jendela besar. Layout yang ada di layar komputernya dibiarkan begitu saja dengan alasan ia perlu mengistirahatkan mata dari layar yang terus menerus ditatapnya.
Fanny menutup pintu itu lalu tidak sampai satu menit kembali lagi dan mengetuk pintu. "Katanya ada yang penting."
"Kalau nggak ada bikin janji sebelumnya, tolak aja. Kamu bikin janji temu dulu. Aku males ketemu sama orang yang datang dadakan dan belagak penting banget. Dikira aku nggak punya kerjaan lain?"
"Ya, emang sekarang lagi nggak ada. Makanya Mbak bisa nontonin awan," jawab Fanny dan Ariel memelototi asistennya itu hingga pintu tertutup.
**
Hari ke-1.096
"Mbak, orang yang kemarin datang lagi." Fanny mengetuk pintu dan kali ini tidak sekedar melongok, asistennya itu memasuki ruangan alih-alih hanya mengintip.
"Sudah bikin janji temu sama kamu? Kalau nggak ada, tolak aja."
"Sudah, makanya ini aku kasih tahu ke Mbak."
"Siapa, sih? Ilustrasi apa? Nggak sama Lily atau kamu aja ketemuannya?" cerocosnya sembari membereskan meja agar tidak berantakan. Pasalnya, ia lebih sering memiliki klien dari luar negeri dan pertemuan mereka lebih sering melalui daring. Jarang sekali yang langsung bertatap muka seperti sekarang.
"Mantan suami Mbak." Jawaban polos Fanny membuat gerakan Ariel berhenti seketika, sama seperti jantungnya yang juga tiba-tiba saja lupa caranya berdetak. "Aku suruh masuk, ya."
"Fan!" teriakannya diabaikan oleh Fanny yang sudah menutup pintu. Ariel memikirkan cara untuk keluar dari ruangan ini dan jendela jelas bukan pilihan bagus. Pasalnya ia berada di lantai belasan. Jika melompat dari sini ia otomatis menjadi rempeyek.
Sebelum ia dapat memikirkan cara kabur lainnya, pintu ruangannya sudah terbuka dan matanya bertemu dengan netra berwarna cokelat gelap yang terakhir kali menatapnya penuh kebencian. Tenggorokannya kembali tercekat dan menahan laju kalimat pun jalur pernapasan.
"Hai."
END
9/5/22
Halo, karena sudah lewat dari setahun tamatnya cerita ini di tanggal 9/5/22 dan target tidak juga sampai, maka 10 ekstra partnya hanya dapat dibaca di Karyakarsa Dadodado yaa. Lagi ada potongan 10.000 dengan menggunakan kode BACADADO. Monggo dipakai :)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro