Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Love Or Whatnot - LOW - 21



Jangan lupa vote, komen, share, dan follow akun WP ini + IG @akudadodado.

Thank you :)

🌟


"I can't get it. Kenapa cewek-cewek di film roman selalu punya pikiran kayak kalian?" ini adalah gerutuan kesepuluh yang didengarnya keluar dari mulut Asa. Bahkan setelah film tamat dan layar menampilkan nama-nama kru dan pemerannya.

"Finally, someone with some common sense." Jethro yng duduk di lantai sambil selonjoran mengutarakan kesenangannya. "Akhirnya gue punya teman sepenanggungan setelah bertahun-tahun harus berhadapan dengan 'aw, kenapa manis banget' atau 'aw, he is hot' pada pria yang sangat posesif dan memiliki perut kotak-kotak. Kalau lo mau lihat perut kotak-kotak, gue juga punya." Jethro mengangkat kaos yang dikenakannya sehingga perut yang memang kotak-kotak itu terlihat. Tapi bukannya menyukai apa yang diperlihatkan oleh pria itu, Ariel dan Raya mengernyit jijik.

Tangan Ariel menampar perut pria itu kencang lalu berjalan ke pantri. "Perut hasil kerja keras lo di gym itu sudah dilihat dan dipegang oleh banyak cewek di luar sana. Dan hanya Tuhan yang tahu bagian tubuh apalagi yang sudah menempel di sana."

"A lot of tongue," balas Jethro seraya mengelus perutnya yang pedas terkena pukulan Ariel dan paduan suara jijik disuarakan oleh Ariel dan Raya.

Raya menyusul Ariel ke pantri dan dari tatapan yang sahabatnya itu berikan, mereka akan lebih lam di sana karena akan ada yang perlu mereka bicarakan.

"Kenapa suami lo ada di sini?"

Apartemennya yang kecil membuat jarak pantri dan sofa tidak sampai sepuluh langkah sehingga mereka harus bergosip dengan bisikan yang nyaris dapat didengar oleh telinganya sendiri. Ariel tidak yakin apakah dua orang pria yang tengah menonton TV dengan siaran ulang bola dan suara yang cukup kencang untuk mengisi seluruh apartemen. Untuk sekarang mereka aman.

Ariel melirik melalui bahunya untuk memastikan tak ada dari kedua pria itu yang meninggalkan sofa. "Gue bisa apa kalau dia minta dengan mata besarnya itu sewaktu gue mau ke sini?"

"Jadi dia minta diajak ke sini?" Raya berdiri di sampingnya dengan tangan terlipat sementara Ariel memindahkan makanan dan camilan yang mereka pesan dua puluh menit yang lalu. Lima porsi kentang goreng dengan keju yang meleleh di atasnya, lalu beberapa jenis dumplings, dan enam porsi nasi campur karena para pria mengatakan satu porsi tidak cukup.

Ariel kembali melirik ke belakang. Para pria sudah sibuk fokus ke layar datar yang memperlihatkan dua puluh pria yang mengejar satu bola. "Well, dia nggak nanya beneran. Cuma sulking di sofa setelah nanya gue mau ke mana dan bilang mau ke sini." Siapa yang dapat mengalihkan pandangan ketika Asa yang seorang pria dewasa duduk di sofa dengan bahu turun dan terlihat seperti anak yang kehilangan orangtuanya.

"That, even worse," sahut Raya.

Kepala Ariel mengangguk menyetujui. Susah untuk mengabaikan pria dewasa yang tampak hilang arah, plus dengan kesedihan yang mengisi sekitarnya selama satu bulan terakhir. "Dia perlu hiburan dan terpenjara di apartemen bukan hal yang baik."

"Lo tahu nggak ini plotnya kayak cerita-cerita yang kita tonton? Si perempuan mau perbaikin si cowok yang rusak. Entah masalah keluarga atau masalah percintaan kayak dia sekarang. Masalahnya Ri, lo nggak punya kewajiban untuk memperbaiki perasaan Asa karena ini semua akan berakhir nggak sampai tiga bulan lagi."

"Gue punya, Ray. Kalau lo lupa, ini semua terjadi karena gue yang menikah sama dia."

"Ya, tapi lo nggak bisa nolak kalau bokap lo yang minta kan? After he played his guilt trap card."

Ariel tidak langsung menjawab tetapi ia dapat bernapas lega ketika Jethro yang kelaparan memanggil mereka. "Gue lapar."

"Kalau mau cepat, siapin sendiri." Raya berteriak dekat dengan telinganya hingga Ariel mendengar dengingan. Raya dan suaranya yang menggelegar.

Raya membawa dua buah piring ke coffee table, disusul dengan Ariel yang juga membawa hal serupa. Mereka harus kembali lagi ke pantri untuk membawa sisa makanan dan menatanya agar meja kecil itu muat menampung semuanya.

"Duduk sini, Ri." Melihat Ariel yang akan duduk di lantai, Asa mengangkat bokong dan mempersilakan perempuan itu duduk di sana menggantikannya.

Apartemennya yang errr compact membuat tidak banyak ruang untuk benda-benda lain. Dan juga ia selalu makan di depan TV. Plus, meja yang diperlukannya hanyalah meja kerjanya dan demi ribuan gambar yang sudah dibuatnya di sana, ia tidak akan mengotori meja itu dengan sisa makanan atau air yang berasal dari embun minuman dingin miliknya.

Nasi campur yang tengah mereka makan ini adalah favoritnya. Isiannya adalah kentang balado, daging iris yang diberi bumbu, mie goreng dan yang terakhir, yang selalu menjadi favoritnya: kerupuk ikan. Ia selalu membeli kerupuk ekstra untuk dirinya sendiri karena kedua sahabatnya tidak segila itu untuk kudapan renyah yang memberikan rasa gurih di mulut. Mereka lebih ke makanan manis, sedangkan Ariel sendiri lebih menyukai rasa umami. Meskipun timbangannya selalu berdemo setelah itu.

"Minta kerupuknya," Asa akan menyambar kerupuk di sebelahnya jika saja Ariel tidak lebih cepat mengambil makanan favoritnya itu. "Minta, dong. Lo kan punya lima lagi."

"Lo minta kerupuk sama Ari sama kayak ngajak perang. Dia nggak bakalan kasih kerupuknya tanpa perlawanan." Jethro berucap dengan mulut penuh daging dan nasi. Kepalanya menggeleng dengan wajah serius. Seakan apa yang diberitahukannya adalah perihal hidup dan mati.

Asa memberikan tatapan sebal pada Ariel yang memeletkan lidahnya. Tetap tidak mau memberikan kerupuk pada pria itu. Sudah cukup ia merelakan satu hal tanpa Asa ketahui.

"Sama kayak bakso. Itu bisa perang dunia ketiga kalau lo berani ambil jatahnya dia." Raya menambahkan tanpa pikir panjang. Suapan terakhir Ariel menggantung di udara. Matanya melotot pada sahabatnya yang hanya memberikan tatapan bloon sambil terus mengisi mulutnya dengan makanan. Tidak membaca gerak-geriknya yang meminta perempuan itu untuk diam. "Kalau sudah ketemu bakso. Itu bisa dicampur sama makanan apa pun dan dia tetap bakalan menikmatinya."

Asa mendongak dan melihat ke arahnya dengan alis yang terangkat. Oh, she is so busted. Bagaimana caranya dia bisa keluar dari sini tanpa membuat Asa mengungkit hal ini atau tiba-tiba mengalami amnesia dan pura-pura tidak tahu akan pertanyaan yang ia tahu akan pria itu tanyakan setelah ini. Namun pria itu tidak mengatakan apa pun setelah melemparkan tatapan penuh tanya dan kembali fokus ke makanannya.

Ariel mendapatkan ketenangan sesaat karena Jethro dan Raya belum kelihatan akan pulang hingga pukul sembilan Raya tumben-tumbennya menguap. Tapi yang membuatnya curiga adalah sikutan Raya pada pinggang Jethro lalu lirikan yang diberikan perempuan itu ke arahnya, memberikan kode diam-diam pada pria yang hanya mengernyitkan alis dan menatap sinis.

"Kita harus pulang," kata Raya singkat dan mereka berdua menghilang dari apartemennya.

1/5/22

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro