Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Love Or Whatnot - LOW - 17



Jangan lupa vote, komen, share, dan follow akun WP ini + IG @akudadodado.

Thank you :)

🌟


Dinamika kehidupannya sedikit berubah selama enam bulan terakhir. Asa pulang cepat hampir setiap malam dan mereka makan malam bersama. Entah Asa yang memasak atau mereka memesan makanan. Mereka jauh lebih sering mengobrol dibandingkan sebelumnya dan jika tidak sedang kencan di hari minggu dan jika Ariel tidak pergi juga dengan para sahabatnya, mereka akan menonton film bersama. Namun, karena hari ini Ariel pergi dengan Jethro dan Raya, ia baru pulang pukul sembilan malam. Setahunya, Asa juga pergi dengan Gita. Pulang di bawah jam tujuh hanya akan membuatnya menunggu pria itu terlalu lama dan membuat pikiran-pikiran buruk bercokol di dalam kepalanya. Contohnya, istri malah menunggu suaminya pulang kencan dengan pacarnya. Padahal jelas-jelas hubungan mereka tidak seperti itu.

"Lo ngapain anterin gue sampai depan pintu apartemen gini, sih?" Ariel merengut. Melirik Jethro yang berdiri di sampingnya dengan cengiran sementara Ariel hampir kehilangan kesabaran untuk tidak mengeluarkan isi tas ke lantai hanya untuk mencari kunci sialan itu. Mereka menghabiskan malam minggu di apartemen milik Raya dan Jethro kebagian untuk mengantarnya pulang.

"Karena gue mau lihat lo beneran okay, nggak? Lo kan jarang ceritain lagi betapa brengseknya suami lo itu." Jethro menyenderkan bokong di dinding sebelah pintu. Matanya terkunci pada gerakan kasar Ariel untuk mencari kunci dengan gantungan original character yang digambar sahabatnya itu. Sama seperti gambar yang ada di mug keramat yang tidak diizinkan oleh Ariel untuk digunakan oleh orang lain.

"Ya, karena nggak ada yang bisa diceritain. Hubungan gue sama dia baik-baik aja," balasnya gemas. Memangnya apa yang mau diceritakan? Asa yang masih berhubungan dengan Gita? Atau perasaannya yang semakin dalam?

Jethro tidak lantas percaya pada ucapannya, tapi memilih untuk membahas masalah yang ada di depan mata. "Gantungan kunci sebesar wajah lo itu memangnya kurang gede sampai nggak ketemu juga? Lo yakin bawa kunci nggak, sih?" Jethro bertanya gemas lantaran sudah lima menit di sini tapi kunci itu tidak juga terlihat.

Ariel tiba-tiba terdiam. Matanya terlepas dari tas berukuran besar dengan banyak kantong di sekelilingnya yang kini sudah teruka semua. Pentablet sakti yang selalu Ariel bawa pun sudah berpindah ke tangan Jethro dengan ancaman kalau jatuh ia akan meminta sahabatnya itu mengganti dengan keluaran terbaru yang jauh lebih mahal. "Gue ..." Ariel lalu teringat kalau saat pergi tadi ia sempat meletakkan kunci di meja makan dan hanya access card-nya saja yang selalu dibawa lantaran berada di dompet kartu. "Nggak bawa," katanya lemah.

Jethro menepuk wajah frustrasi. Lima menit berdiri di sini dan Ariel ternyata lupa membawa kuncinya. "Kenapa suami lo nggak ganti kunci pintunya dengan yang bisa pakai passcode atau access card juga, sih? Dia kira-kira pulang jam be-"

Pintu yang terbuka membuat Jethro berhenti mengomeli Ariel yang hanya manyun. Pasrah kulit telinganya menjadi tebal dan panas jika Jethro sudah mulai memberikan ceramahnya. Pria itu akan mirip seperti mertua yang ceriwis dan belum apa-apa, Ariel sudah kasihan dengan calon menantu dari Jethro nantinya.

"Kunci lo ketinggalan di konter dapur." Suara serak Asa membuatnya mengangkat pandangan lagi agar dapat melihat ke pria itu. Rambutnya basah dan satu tangan pria itu tengah mengelap rambut di bagian belakang. Aroma musk tercium dari tubuh di hadapannya, membuatnya yakin kalau Asa baru mandi. Pakaian tidur Asa yang berupa kaos dan celana pendek pun sudah melekat di tubuhnya.

Asa baru pulang? tanyanya di dalam hati.

"Kan," ketus Jethro di sampingnya yang membuat Ariel melotot, tapi tidak diindahkan oleh sahabatnya itu. "Teledor lo itu emang yang harus dikurangin, Ri." Dan kaki Ariel melayang ke atas sepatu Jethro, menginjaknya kencang sambil melotot seperti ibu tiri di sinetron.

Jethro meringis kesakitan dan kedua sudut bibir Ariel tertarik ke atas. Puas melihat penderitaan sahabatnya itu.

Asa memiringkan tubuhnya agar Ariel dan Jethro dapat masuk ke dalam apartemen. Ia memang tidak pernah berbincang-bincang dengan sahabat dari Ariel itu, tapi pernah beberapa kali bertemu lantaran ayah mereka berdua merupakan rekan bisnis. Ia pernah juga melihat mereka berdua bersama-sama di Bali dan tampak akrab satu sama lain.

"Ngapain lo ikutan masuk?" tanya Ariel ketus. Melirik melewati bahunya pada Jethro yang jalan terpincang-pincang di belakang.

"Minta minum sama mau istirahatin kaki yang lo injak," jawab Jethro tak kalah ketus. Mendorong bahu Ariel untuk berjalan lebih cepat setelah mengucapkan permisi pada Asa.

"Ada kedai kopi di bawah."

"Gue nganterin lo dari ujung ke ujung, seengaknya balas budi lo bawain gue minum. Itu sudah bare minimum fee. Mana dipalak beliin cat air yang mahalnya amit-amit lagi." Jethro menggerutu dan melesakkan bokongnya di sofa.

"Lo kalah taruhan." Ariel membalas gerutuan sahabatnya itu sementara kakinya melangkah ke dapur. "Ngomel lagi, gue kasih air keran," ancamnya. Tangannya yang hendak mengambil gelas di konter atas dapur berhenti saat melihat ada makanan di atas kompor. Salah satu dari makanan yang sering dibuat oleh Asa: spaghetti. Tapi kali ini dengan meatball yang membuat air liurnya langsung membanjiri mulut dan perutnya yang sudah terisi tadi malah berdendang minta diisi lagi.

"Lho, Sa, enggak jadi keluar tadi?" tanyanya heran begitu melihat Asa juga berada di area dapur. Mengambil gelas, mengisi dengan jus dan memberikannya pada Ariel.

"Kasih ke temen lo."

"Nggak jadi keluar?" ulang Ariel lagi karena tidak puas belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. "Eh, bukannya tadi lo berangkat duluan dibanding gue?"

"Ntar aja ceritanya. Sana, kasih minumnya." Asa menunjuk ke ruang tengah dengan dagu.

Ekspresi kelelahan Asa baru ini masuk ke perhatiannya setelah sejak tadi sewot terhadap Jethro. Alih-alih melihat wajah segar setelah mandi, Asa justru terlihat sehabis melakukan kerja rodi. Ariel menatap pria itu bingung, tapi tetap mengikuti perkataannya. Memberikan minuman kepada Jethro yang sibuk dengan ponsel. Entah karena memang kehausan atau pria itu memang jelmaan onta, satu gelas jus jeruk habis dalam sekejap. Setelah memberikan nyinyiran padanya. "Tumben banget gue nggak dikasih air mineral doang."

"Cepat pulang sana."

Jethro mengabaikan Ariel, ia justru mengendus-endus udara di sekitar. "Ini wangi banget, deh. Ada makanan apa?" Jethro berdiri, melihat ke arah dapur lalu didorong oleh Ariel untuk segera keluar dari sana. Mendorong tubuh besar seperti milik Jethro benar-benar menguras tenaganya. Saat pria itu masih mengintip, tubuhnya sama sekali tidak dapat digerakkan. "Pantesan lo mau ngusir gue. Ada meatball kesukaan lo ternyata." Setelah mengatakan hal ini, baru Ariel dapat mendorong Jethro hingga ke depan pintu dan mengucapkan selamat tinggal dengan pintu yang ditutup tepat di wajah sahabatnya itu.

27/4/22

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro