Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 8



Sunmi pulang bersama Direktur Kim untuk mengantar Esther terlebih dahulu. Cahaya terang yang semakin berwarna oranye digantikan oleh sinar bulan yang menampakkan cahayanya. Esther telah tertidur di samping Sunmi dengan rengkuhan tangan di bahu Esther. Kepala yang bersandar di dada Sunmi, sangat terlihat jelas jika gadis kecil itu lelah seharian menemani Sunmi bermain ke rumah Jin Ah.

Sunmi yang tidak tega mengatakan jika dirinya bukan eommanya, hanya bisa menyayangi Esther layaknya anak sendiri meskipun Sunmi belum mempunyai anak. Hanya tahu dari kakaknya saat merawat Sang keponakan.

Sunmi telah menelepon Myeong Sung untuk menanyakan alamat rumah, hanya beda 2 jalan dari rumah Sunmi.

“Biar aku yang menggendongnya,” ucap Direktur Kim saat Sunmi akan menggendong Esther masuk ke dalam rumah Myeong Sung. Sunmi hanya menurut dan berjalan di sisi Direktur.

“Myeong Sung, maaf, jika pulang malam.” Sunmi meminta maaf ketika pintu rumahnya terbuka, menampilkan sosok Myeong Sung.

“Tidak apa-apa. Esther lebih senang jika seharian bersamamu dari pada bersamaku. Mari masuk!”
Mereka memasuki rumah Myeong Sung. Sebelah kanan terdapat Sofa ruang depan. Masuk ke dalam sebelah kiri ada ruang tengah dan dapur. Kamar Esther berada di bawah bersama Myeong Sung.

Myeong Sung membawa alih Esther untuk dibawa ke kamar bersama Sunmi. Direktur Kim hanya menunggu di ruang depan.

“Kau tahu? Esther selama dua hari ini selalu tersenyum lalu menyebut kau ibunya ketika tidur,” cicitnya ketika tiba di kamar.

“Sungguh? Apa kau tidak mengatakan apa-apa tentang ibunya yang telah meninggal?” Sunmi duduk di tepi ranjang, di bawah Esther ditidurkan.

Myeong Sung membenahi selimutnya agar menutupi sedada Esther, kemudian duduk di kursi depan ranjang, dan menghadap Sunmi. “Kau tahu? Dulu, saat ibunya belum meninggal dan masih bisa melihat Esther untuk terakhir kalinya. Dia mengatakan agar Esther jangan tahu tentang ibunya hingga usia remaja. Maka dari itu, aku sangat menjaga rahasia ini hingga Esther remaja.”

Sunmi mendadak syok dengan permintaan terakhir ibu Esther. “Apa aku harus berpura-pura menjadi ibunya hingga usia Esther remaja juga?” Sunmi tampak keberatan dengan yang Myeong Sung ucapkan.

“Seiring berjalannya waktu mungkin Esther akan paham jika kau memiliki kehidupan sendiri, dan bukan kau ibunya,” ungkap Myeong Sung.

“Semoga saja. Aku pulang dulu.” Sunmi berdiri, membungkukkan badan dan berpamitan.

“Aku tidak mengantar sampai depan, ya? Hati-hati di jalan,” ucap Myeong Sung sambil mengelus lengan Sunmi.

Sunmi keluar dan melihat Direktur Kim fokus pada benda pipihnya hingga tak menyadari jika Sunmi sudah keluar kamar.

“Menginaplah di sini jika kau ingin. Aku bisa pulang sendiri,” ketusnya ketika tiba di depan Direktur Kim.

Direktur Kim yang sedang bermain gawainya langsung menengok ketika Sunmi sudah keluar rumah. Myeong Sung tidak mengantar sampai depan rumah.

“Hey, kau ini tidak tahu terima kasih atau bagaimana?” pekik Direktur Kim sambil sedikit berlari mengejar Sunmi.
Tangan Sunmi ditarik, untuk menghentikan langkahnya hingga menabrak dada Direktur Kim. “Apa kau tidak dengar? Masuklah, aku antar sampai depan rumah.”

Dengan enggan, Sunmi langsung masuk mobil bagian belakang, bersamaan dengan Direktur Kim. Mobil melaju dengan pelan.

Untuk meredam amarahnya, Direktur Kim sengaja menirukan suara musik dengan gaya sedikit menggeleng-gelengkan kepala.

“Apa kau sudah gila?” tanya Sunmi.

Direktur Kim masih sibuk dengan dunianya, karena lagu yang ia putar pada ponselnya sedikit keras. Dengan menengok ke jendela, Direktur Kim tahu jika sudah sampai di depan gang rumah Sunmi. Mematikan musik pada ponselnya, Direktur Kim menoleh pada Sunmi.
“Gila karenamu.” Memegang tangan Sunmi sebelum ia turun, Direktur berkata lagi. “Jangan jatuh cinta pada pria mana pun. Aku akan membuat kau jatuh cinta denganku,” ucapnya di telinga kiri Sunmi.

“Apa yang kau katakan? Benar-benar tidak waras.” Sunmi melepaskan tangan Direktur Kim lalu keluar dan tak lupa mengucapkan terima kasih karena telah di antar.


🥟🥟🥟


Sunmi telah berganti pakaian dengan memakai piyama. Lampu kamar yang telah diganti dengan lampu tidur—sedikit redup— agar tidurnya bisa nyenyak malam ini setelah memakai masker pada wajahnya, bermain ponsel sebentar untuk melihat siapa saja yang telepon dan mengirim pesan.

Tapi, sebentar. Ada nomor tak dikenal masuk menanyakan kabarnya? Sunmi tidak mengenal banyak orang di Korea. Juga, tidak punya banyak teman. Temannya hanya rekan kerja, Myeong  Sung dan Yoo Ra.

Tanpa ambil pusing, Sunmi mengira nomor itu salah kirim ke nomornya. Ada panggilan tidak terjawab dari Nyonya Kim, dan Direktur Park juga. Karena seharian ini ponselnya sengaja di silent agar tidak terganggu dengan telepon yang masuk, pikirnya.

Melihat pesan masuk, ada pesan dari grup kakao talk yang bernama Penjualan. Grup yang berisi dari Divisi Keuangan Pemasaran yang beranggotakan Sunmi, Jin Ah, Eun Bi, Yoo Jung dan juga Min Young.

Jin Ah : Apa kalian sudah tidur?

Eun Bi : Kenapa? Apa kau belum mengantuk?

Jin Ah : Ah, kau lagi.

Yoo Jung : Jangan berisik, waktunya untuk tidur. Besok masih banyak laporan yang belum dikerjakan.

Min Young : Benar, tidurlah, Jin Ah. Kenapa kau selalu mengganggu malam-malam begini?

Jin Ah : Hey, Sunmi. Keluarlah!

Yoo Jung : Diamlah

Min Young : Diamlah

Jin Ah : Kalian ini. SUNMI....

Sunmi : Ada apa? Sudah malam, aku mengantuk.

Jin Ah : Ada gosip baru yang aku dengar. Besok saja ceritanya, jangan di sini. Okey.

Sunmi menutup grupnya. Ia tidak berminat mendengar gosip yang akan Jin Ah katakan. Gosip yang tidak pernah jauh dari ‘orang gila’ itu. Sunmi tidak ingin membahasnya.
Masker yang ia kenakan sudah kering, saatnya Sunmi membasuh mukanya dengan air hangat. Dengan berjalan ke arah wastafel depan kamar mandi dan membawa air hangat untuk cuci muka. Sunmi bersenandung pelan lagu yang sangat ia sukai dari boygrup BTS, The Truth Untold.
Entah kenapa, dari lagu tersebut membuat Sunmi bisa sangat tersentuh hatinya. Kadang malah menangis hanya mendengarkan lagunya saja.

Setelah dirasa puas, Sunmi berbalik ke arah tempat tidurnya. Wajahnya sudah fresh dan tidak seperti belum mandi.

Sunmi sangat rutin jika mengenai masker dan perawatan wajah, tidak ingin ada jerawat yang muncul di permukaan kulit wajahnya yang halus, juga tidak ingin melakukan perawatan ke Dokter Kulit, hanya cukup memakai skincare dan masker harian secara rutin wajahnya akan glowing seperti orang-orang Korea pada umumnya. Bak porselen yang sangat mengkilap.

Selalu memanjatkan doa, Sunmi berharap segera berkumpul dengan keluarganya dan memiliki orang yang dicinta dan juga mencintainya dengan tulus.

“Manusia hanya bisa berharap, namun Tuhan-lah yang berkehendak dan menghendaki,” lirihnya sebelum tidur.


#Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro