Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 4



Direktur Kim membawa Sunmi rapat ke daerah Incheon. Di kota Songdo. Kota yang terkenal Smartest city itu menampilkan kota yang sangat indah, tidak kalah dengan Seoul. Di sana, kolega dari Direktur Kim sedang liburan keluarga. Sambil menyelam minum air istilah lainnya, berlibur sambil mengerjakan pekerjaan kantor.

Distrik Bisnis Internasional Songdo terdapat tempat wisata yang sangat indah, menyusuri sungai menggunakan kayakan, atau perahu kecil yang bisa diisi dua orang. Atau menggunakan kapal feri kecil yang berwarna coklat kayu yang memuat banyak penumpang seperti saat ini, yang Sunmi gunakan. Untuk melihat-lihat sekitar Songdo, menggunakan kapal feri pun cukup menyenangkan.

Di sebelah kiri terdapat taman, dan kanan terdapat tempat hewan seperti rusa dan kelinci.

Jembatan setapak di buat untuk para pejalan kaki menyeberangi sungai dari tempat hewan ke taman.

Ada juga gedung Treebowl, tempat yang berada di tengah seperti tiga mangkuk yang berdiri dengan ujung gedung datar benar-benar seperti mangkuk. Tempat itu tidak dibuka untuk umum, namun akan dibuka jika ada pameran atau pertemuan. Setelah menyusuri sungai, kolega dari Daegu—Lee Kwung So— mengajak Sunmi dan Direktur Kim ke gedung Treebowl.

Untuk membahas kerja sama yang akan dilanjutkan setiap tahunnya, Direktur Kim meminta Sunmi mencatat apa yang Tuan Lee sampaikan.

Sambil santap sore yang Tuan Lee sediakan, mereka mengobrol santai mengenai produk yang akan mereka kembangkan menjadi produk unggulan kalangan high and middle end.

Santapan yang disediakan ada kesukaan Sunmi, yaitu ramyeon.

“Apa kau suka ramyeon? Kau menghabiskan satu mangkuk,” tegur Direktur Kim dengan berbisik namun masih terdengar oleh Tuan Lee.

“Tidak apa-apa, habiskan semua jika kau menyukainya.” Tuan Lee tersenyum melihat Sunmi memakan ramyeon satu mangkuk.

Sunmi hanya tersenyum melihat kekesalan Direktur Kim. “Bukankah kau juga menghabiskan kimchi yang ada di piring besar itu?” Mata Sunmi melirik pada piring besar yang tersisa setengah dari kimchi yang awalnya penuh.

Direktur Kim terlihat salah tingkah dengan ucapan Sunmi. Dia mengalihkannya pada hal lain.

“Tuan Lee, maaf jika kami sangat memalukan. Maaf, merepotkanmu juga,” ucap Direktur Kim sungguh-sungguh.

“Tidak apa-apa. Anggap saja kita ini keluarga. Bukankah kita sudah menjalin hubungan bertahun-tahun? Ini tidak masalah,” jawab Tuan Lee dengan mengunyah bibimbabnya.

“Ayo, di makan lagi hidangannya.”

“Terima kasih banyak,” ucap Direktur Kim dan Sunmi secara bersamaan.

“Kalian ini sangat lucu, seperti kucing dan anjing saja.” Tuan Lee tertawa.

Sunmi dan Direktur Kim saling melirik enggan. Mereka akan bertindak sangat memalukan jika melihat makanan kesukaan terhidang di meja makan. Meskipun Tuan Lee sangat baik namun Sunmi malu jika Tuan Lee mengetahui dirinya telah menghabiskan ramyeon satu mangkuk.

Setelah menghabiskan ramyeon, Sunmi tidak ingin makan lagi. Rasanya sudah cukup mempermalukan diri sendiri di hadapan client. Berbeda halnya dengan Direktur Kim yang masih memakan kimchi dengan olahan gurita kecil yang dibumbui gochujang.

“Benar-benar memalukan,” bisik Sunmi di telinga Direktur Kim. Sunmi menoleh, tersenyum pada Tuan Lee.

Direktur Kim langsung terdiam, menghentikan makannya. Meminum sedikit air putihnya lalu mengelap sekitar mulutnya.

“Kenapa tidak dihabiskan?” tanya Tuan Lee.

“Sudah sangat kenyang. Makanannya sangat lezat, makanya habis banyak.” Direktur Kim tersenyum, dengan menampilkan gigi putihnya yang rapi.

Pelayan merapikan meja, diganti dengan hidangan penutup. Ada dasik, yaitu makanan yang terbuat dari biji-bijian atau gandum yang beraneka warna dan cara membuatnya dicetak di papan dasik dan ditekan agar timbul seperti huruf cina. Dan cara makannya dengan sambil minum teh.

Ada pula hwajeon, yang terbuat dari kue beras, madu dan kelopak bunga. Pada musim gugur seperti saat ini, hanya ada bunga krisan dan bunga jengger. Dari tampilannya sangat menggoda Sunmi untuk memakannya. Kue yang hanya ada pada saat festival Samjinnal dan ulang tahun Sang Buddha, kini ada di hadapannya. Sunmi memakannya, benar-benar enak hingga membuatnya tersenyum Pada saat gigitan pertama. 

Yang terakhir ada patbingsu atau es serut Korea. Jangan ditanya lagi, Sunmi benar-benar merasa sedang berada di surga karena makanan yang terhidang adalah makanan kesukaannya semua. Sunmi mengembangkan senyum saat melihat es serut berada di hadapannya. Es serut yang terdapat topping marshmallow, kacang-kacangan, pasta kacang merah dan susu itu membuat Sunmi tersenyum semakin lebar.

“Silakan di makan!” ajakan dari Tuan Lee membuat Sunmi tidak sabar untuk mengambil es serutnya.

“Terima kasih banyak,” ucap Sunmi dan Direktur Kim bersamaan.

“Kendalikan dirimu,” bisik Direktur Kim pada Sunmi.
Sunmi langsung diam, melihat Direktur Kim dengan tatapan kesal.

“Ada yang kurang?” tanya Tuan Lee.

“Ah, tidak. Ini sudah lebih dari cukup,” jawab Direktur Kim.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh, pertemuan tadi merupakan pertemuan yang sangat menyenangkan bagi perut Sunmi. Sudah lama tidak memakan es serut.

Sekarang saatnya perjalanan pulang. Di dalam mobil, Sunmi berada di sebelah Direktur Kim, yang duduk di belakang supir. Gawainya berdering, menampilkan jika Sang Eomma telepon.

“Iya, Eomma. Sunmi belum tahu kapan kembali ke Thailand karena pertukaran karyawan diperpanjang.”

“Appa ingin berbicara penting denganmu nanti.

“Apa ada masalah?”

“Eomma belum yakin, nanti bulan depan Eomma dan Appa akan ke Korea,”

“Baiklah, sampai jumpa nanti,” putus Sunmi.

Setelah memasukkan gawainya ke dalam tas, Direktur Kim meliriknya.

“Apa?” ketus Sunmi

“Orang tuamu?”

“Iya. Karena dirimu, aku tidak bisa pulang ke Thailand. Aku sudah sangat merindukan orang tuaku, kau tahu?” Dengan melipat kedua tangan di depan dada, Sunmi menghadap ke Direktur Kim.

“Hey, bukan aku yang membuat keputusan. Kenapa kau selalu menyalahkanku?” Direktur Kim membela dirinya dengan tangan memegang ipad.

“Sudahlah. Sangat melelahkan jika ribut denganmu.” Sunmi berbalik, menghadap ke jendela luar.

“Iya sudah.” Direktur Kim kembali fokus pada ipadnya.

Sunmi yang tiba-tiba tertidur, membuat kepalanya terjatuh ke pundak Direktur Kim namun tangannya dengan cekatan memegangi kepala Sunmi agar tidak terbentur tulang bahunya. Direktur Kim yang memang memandangi Sunmi hanya bisa memegang kepalanya agar tidak terjatuh lagi.

“Kau sangat manis, benar kata Eomma,” gumam Direktur Kim dengan pelan.

Setelah perjalanan satu jam lebih, tiba di gang rumah Sunmi. Mengucek mata dengan pelan, Sunmi merenggangkan kedua tangannya.

“Eh, sudah sampai?” tanya Sunmi dengan wajah celingukan ke kanan dan ke kiri. “Benar.” Sunmi langsung menoleh pada Direktur Kim dengan seribu pertanyaan.

“Bagaimana Direktur Kim tahu alamat rumah saya? Apa kau mengikutiku setiap aku pulang?”

Direktur Kim langsung mendorong pelan dahi Sunmi dengan telunjuknya agar wajahnya tidak terlalu dekat dengan Direktur Kim. Sunmi langsung menepis tangan Direktur Kim.

“Apa gunanya aku menjabat sebagai Direktur jika tidak tahu alamat rumah karyawannya?” Dengan wajah sok cool, Direktur Kim menghadap ke depan dengan tangan di masukkan ke saku celana.

Sunmi langsung berpikir jika itu memang benar. Bukan karena Direktur Kim yang membuntutinya. Untuk apa juga ia membuntuti seorang karyawan biasa seperti dirinya? Tidak masuk akal. Sunmi menggeleng-gelengkan kepala.

“Jangan turun jika kau masih ingin bersamaku,” tutur Direktur Kim.

Sunmi langsung bergegas, mengenakan tasnya dan membuka pintu mobil. Tanpa mengucapkan apa pun.

“Terima kasih banyak sudah diantar,” teriak Direktur Kim dari dalam mobil dengan kaca yang ia buka setengah.

Sunmi berbalik, dan melihat saat mobil itu melaju. “Dasar, orang gila,” ketusnya.



#Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro