Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2

Ini castnya Sunmi yaa..


Karena memasuki musim gugur, daun yang tumbuh berwarna merah dan keemasan. Seperti pohon Gingko dan Maple. Memang sangat indah, apalagi jika melihat pemandangan dari tebing atau gunung. Akan banyak yang berwisata ke daerah Pulau Nami atau wisata tebing yang lain. Seperti Sunmi tahun kemarin yang berwisata ke Pulau Nami bersama dengan teman-teman kantor.

Tiba di gedung kantor, Sunmi bersinggah di kafe lantai dasar sebelum memulai kerjanya. Ia memesan Coffe Latte.

Jam baru menunjukkan pukul tujuh lebih tiga puluh menit. Ia berangkat terlalu pagi karena tidak bisa tidur semalam. Jaraknya dari rumah ke kantor hanya sekitar 30 menit naik subway, kereta bawah tanah. Karena kantornya yang berada di Seoul Square, tidak jauh dari tempatnya tinggal, di Hannam-dong.

Mengenai pertukaran karyawan, ia harus menunggu Direktur yang akan kembali dari Amerika, karena posisinya berada di tim pemasaran yang diketuai oleh Direktur Kim.
Sambil memegang-megang gelasnya, Sunmi melihat Jin Ah memasuki kafe dengan gembira.

“Annyeong hasseo. Jal jasseo?” sapa Jin Ah.

Jin Ah sedikit gapil mulut, dengan rambut curly sepundak dan bibirnya selalu berwarna merah menyala. Tinggi sekitar 165cm, dengan mata yang sipit khas orang Korea.

“Annyeong. Sangat nyenyak sampai terjaga hingga pagi,” keluh Sunmi. “Aku sudah dua tahun pertukaran karyawan tapi sampai saat ini belum kembali ke negara asalku. Kontraknya ‘kan hanya satu tahun.” Menyeruput kopinya, Sunmi mengungkapkan apa yang ada dihatinya.

Jin Ah hanya tersenyum. “Tunggu sampai Direktur datang, baru ada keputusan.”

Jin Ah juga memesan kopi untuk penyemangatnya memulai pagi yang cerah. Secerah wajahnya untuk menyambut kedatangan Direktur Kim. Direktur yang digadang-gadang memiliki segudang hobi dalam bidang olahraga sehingga membuat tubuhnya membentuk, sangat memesona.

“Direktur Kim akan datang minggu ini, jangan lupa persiapkan ucapan selamat datang nanti.”

Sambil membawa kopinya, Jin Ah berpamitan pada Sunmi untuk segera ke lantai atas—kantornya— mengerjakan laporan yang belum ia selesaikan. “Duluan,” pamit Jin Ah.

“Ya.” Sunmi malas jika nanti berurusan dengan Direktur Kim. Harusnya ia mengirim formulir melalui faximile tentang kontraknya yang hanya satu tahun. Tidak perlu menunggu kedatangannya hingga satu tahun berikutnya. Bahkan sekarang, jika dihitung sudah melebihi satu tahun berikutnya.

Sunmi yang sudah sangat merindukan kedua orang tuanya hanya bisa bertukar pesan melalui ponsel. Ia yang cantik seperti Eommanya, namun wajahnya mirip dengan Appa. Berkulit putih, rambut berwarna blonde sepunggung, dengan alis tebal dan bibir mungil.

Kopi yang di gelas sudah tandas, saatnya Sunmi beranjak dari tempat yang ia duduki. Jam sudah menunjukkan pukul delapan empat puluh menit. Jam kerjanya dimulai dari jam sembilan pagi dan pulang jam enam sore. Jika lembur bisa sampai jam delapan atau sembilan malam.

Sunmi yang memakai kemeja lengan pendek berwarna putih, dipadukan dengan rok mini di atas lutut berwarna hitam dengan sweeter yang diikat di pundaknya dengan sengaja. Rambut sepunggung dibiarkan terurai namun sebagian rambut atasnya diikat ke atas seperti dicepol. Memakai sepatu sneakers karena dia tidak terbiasa memakai high heels, namun tetap cantik.

Mematut dirinya di depan cermin, dengan menambahkan liptint di bibir mungilnya yang indah. Sunmi bersiap untuk naik ke ruangannya di lantai 15.

Belum sempat duduk di tempat kerjanya, Direktur Park—pengganti Direktur Kim selama beliau bertugas di Amerika—memanggil.

Menaruh tas yang ia bawa di meja, Sunmi berjalan ke ruangan Direktur Park.

Ruangan Direktur terletak di sudut ruang lantai ini, cukup besar dan seperti menyempil karena di buat seperti masuk ke ruang kamar. Sebelah depan kiri ada meja sekretaris dan di sebelah kanan ada tempat fotocopy dan pantry yang menjadi satu ruangan. Sedang karyawan lain dibuat menjadi satu ruangan dengan kubikel masing-masing.

“Minggu ini Direktur Kim tiba, kamu harus memperkenalkan dirimu karena saat kamu datang beliau sudah pindah tugas ke Amerika.”

“Baik.” Sambil mengangguk dan mencatat apa saja yang dikatakan oleh Direktur Park.

Di Korea Selatan memang terkenal dengan mencatat dan menulis apa saja perintah yang diberikan oleh atasan. Meskipun itu hanya satu perintah, juga akan dicatat oleh Sunmi. Kurang efektif memang.

“Tentang laporan yang kemarin lembur sudah jadi?” Direktur Park masih melihat laptopnya tanpa melihat ke Sunmi.

“Ya. Sudah aku serahkan pada bagian keuangan. Jumlah total laba sekitar ... .”

“Sudah dibilang serahkan kembali ke aku. Ambil dan bawa ke sini.”

Sunmi membungkukkan badannya dan berpamitan pada Direktur Park.

Dengan jalan cepat, sedikit berlari Sunmi menemui Jin Ah yang bertugas sebagai input data yang telah Sunmi berikan.

“Laporan yang aku berikan selasa malam mana?”
“Ada pada Eun Bi, sekarang dia sedang tidak masuk,” jawab Jin Ah sambil menginput data laporan yang lain.

“Apa?” Dengan terkejut, Sunmi langsung ke meja Eun Bi. Jin Ah hanya melongo melihat Sunmi sibuk mencari map laporan di meja Eun Bi. “Huh, akhirnya.”

“Laporan ini harus diserahkan pada Direktur Park sekarang,” ucap Sunmi pada Jin Ah. Ia pun langsung melesat ke ruangan Direktur Park.

Beruntungnya Sunmi yang selalu mengenakan sepatu sneakers jadi tidak membuatnya kesusahan dalam berjalan maupun berlari. Sunmi tidak ingin Direktur Park menunggunya terlalu lama. Karena dia tidak suka pada karyawan yang tidak disiplin dan kurang cekatan. Padahal Sunmi selalu diprotes oleh karyawan lain, terutama Direktur Park perihal sepatu yang ia kenakan.

Setelah mengetuk pintu, Direktur Park mempersilakan masuk.

“Ini.” Menyerahkan laporan dengan wajah menunduk.

“Ok. Silakan kerjakan laporan yang sudah ada di mejamu dan nanti setelah jam istirahat akan ada meeting dengan CEO kita.”

Sunmi membungkukkan badannya. “Baik.” Kemudian meninggalkan ruangan Direktur Park.

Jika dipikir-pikir, ia bukan sekretaris bukan juga orang penting yang harus ikut meeting dengan para atasan. Di sini, ia hanya sebagai karyawan biasa yang tidak bisa menolak perintah atasan.

Direktur Park sangat disiplin dan cekatan. Tidak memandang dengan siapa ia berbicara, selalu dengan nada tegas meskipun sopan. Memang tampan, tapi terkenal dengan bujang lapuk a.k.a tidak ada perempuan yang berani dekat dengannya.

Pernah dekat dengan Eun Bi. Hanya kencan sekali namun tidak lama Direktur Park menjauh. Hingga kini, Eun Bi yang kelihatan masih berharap pada direktur Park. Dulu pernah bilang, jika ia akan menunggu Direktur Park hingga pertahanan ego dan gengsinya runtuh tak tersisa.

🥟🥟🥟

Hari ini tidak lembur. Jadi bisa menghirup udara sore hari dan melihat swastamita di ufuk barat.

Setelah membeli kopi, Sunmi duduk di bangku taman depan gedung kantor dan kopinya ia taruh di sebelah. untuk melihat indahnya swastamita, Sunmi menunggu sambil membayangkan indahnya jika bersama keluarga di sini. Sunmi merindukan keluarganya yang berada di Thailand. Sangat romantis jika melihat matahari terbenam dengan orang terdekat.

Memikirkan hal itu membuat Sunmi membuka mata dengan cepat-cepat setelah memejamkannya. Ketika membuka mata, ia melihat Direktur Park duduk hadapannya.

Sunmi langsung berdiri dan membungkukkan badannya. “Direktur Park, bagaimana Direktur bisa berada di sini?”

Dengan setelan jas yang masih rapi ia kenakan, berwarna hitam yang sangat mencolok dengan warna kulitnya. Hanya saja, jas yang ia kenakan sudah dilepas, ditaruh di sebelahnya. Direktur Park duduk dengan santai, kaki kanan berada di atas kaki kiri dan kedua tangannya dimasukkan ke saku celana. Dengan wajah yang masih sama seperti di kantor, datar, namun tatapannya teduh.

“Ini tempat umum.”

Iya juga ya. Sunmi merasa bodoh menanyakan hal itu pada orang datar seperti dia. Wajah yang seperti layar ponsel.

Belum sempat meminum kopi yang ia beli tadi, Sunmi memutuskan untuk pergi dari tempat duduknya, demi menghindari Direktur Park.

Lagi-lagi langkahnya dihentikan, Sunmi menoleh karena tangannya ditarik oleh Direktur Park.

“Kopinya ketinggalan,” ucapnya datar. Matanya melirik pada kopi yang berada di bangku tempat Sunmi duduk tadi.

“Untuk Direktur saja.”

Sunmi hendak melepaskan tangan direktur Park, namun pegangan tangannya sangat erat.

“Maaf.” Direktur Park mengangguk kemudian melepaskan tangannya.

Suasana menjadi canggung. Sunmi hanya berdiam diri, tidak tahu harus bagaimana. Dengan memundurkan tubuhnya satu langkah.

“Untuk masalah di kantor, maaf jika aku sudah memperlakukanmu seperti robot yang harus bekerja lembur setiap hari.” Direktur Park masih berdiri di hadapan Sunmi.

Sunmi hanya bergeming. Tanpa mengatakan apa pun.
“Minggu ini Direktur Kim akan kembali, dan aku juga harus kembali ke pekerjaanku dulu—Chief Operating Officer, orang yang bertanggung jawab atas operasional internal perusahaan, seperti operasional kantor, karyawan, dan bisnis. Yang bertugas sebagai mengatur perusahaan, menghubungkan antara karyawan dengan CEO dan mengatur bisnis inti— kita tidak akan bisa bertemu sering-sering seperti sebelumnya.”

“Bisakah kita kencan besok sore?”

Sunmi yang mendengar langsung melotot dan menatap Direktur Park. Tidak percaya dengan apa yang Direktur Park katakan.

“Mungkin ini terdengar mendadak, tapi aku sudah mengagumimu sejak beberapa bulan terakhir.” Direktur Park masih berdiri menghadap Sunmi dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

“Maaf, besok aku tidak bisa.” Sebelum berbalik, Sunmi membungkukkan badan dan pergi meninggalkan Direktur Park.

Sunmi hanya berpikir bagaimana bisa Direktur Park menyukainya. Ia adalah teman Eun Bi. Jika mengiyakan kencannya itu hanya akan merusak pertemanannya dengan Eun Bi. Lebih baik ia menghindar dari pada harus merusak pertemanannya.

Sunmi juga tahu, di Korea Selatan, jika seseorang berkencan dengan lawan jenis itu menandakan mereka saling memiliki rasa.

Masih menyusuri jalanan kota Seoul yang indah. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Gawainya berdering.

“Iya, hallo.”

“Kamu lembur lagi?”

“Tidak Eomma, ini sudah jalan pulang.”

“Ya sudah, hati-hati di jalan.”

Telepon dimatikan, Sunmi menghela napas panjang. Tetangga yang merangkap sebagai orang tua bagi Sunmi. Entah, bagaimana jika tidak ada tetangga sebaik dia yang selalu memerhatikan kegiatan Sunmi selama dua tahun lebih berada di Seoul.

Berjalan ke arah subway, menuruni tangga satu per satu hingga sampai di bawah. Sunmi masih terkejut dengan apa yang diucapkan Direktur Park tadi. Berdiri sambil menunggu subway tiba, Sunmi mendengarkan lagu dari earpodnya. Subway juga sering ia gunakan untuk perjalanan berangkat pulang kerja atau berkeliling ke sekitar Seoul dengan teman kantornya, Jin Ah dan Eun Bi pada hari minggu.

Tbc 😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro