Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 13

Hari libur, Sunmi mengajak Esther berjalan-jalan ke ujung gang rumahnya, bermain ke rumah Nyonya Kim. Ingin mengenalkan Esther lebih dekat dengan keluarga Nyonya Kim agar mereka mau menerima kehadiran Esther yang sering bersama Sunmi.

“Yoo Ra, apa Eomma ada?” tanya Sunmi ketika pintu terbuka dan Yoo Ra berada di balik pintu.

“Eomma.” Sambil melirik ke dalam, Yoo Ra terlihat terbata-bata seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan. “Anak siapa?” Yoo Ra berjongkok, menyamakan tingginya dengan Esther. “Hey, namamu siapa?” tanya Yoo Ra sambil memegang pipi Esther.

Esther langsung membungkuk, “namaku, Esther. Jang Esther.”

“Kau manis sekali.” Yoo Ra menatap Sunmi yang sedang tersenyum, “marganya sama sepertimu,” ucapnya dan langsung berdiri lagi menghadap Sunmi.

“Aku juga tidak tahu. Mungkin ayahnya marganya Jang.” Sunmi melihat ke dalam lagi, “Eomma, ada?”

“Huh?” Terlihat sekali jika Yoo Ra gugup. “Eomma, a .... ada,” jawabnya terbata-bata.

“Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan? Kau terlihat gugup,” balas Sunmi dengan senyum manisnya dan mengelus lengan Yoo Ra.

“Tidak. Tidak ada.” Yoo Ra melambaikan kedua tangannya. “Ayo, masuk,” ucapnya kemudian.

“Siapa yang datang?” teriak Eomma dari dalam. Saat Yoo Ra akan menjawab, Eomma terlebih dulu berkata, “ah, kau. Ada apa?”

“Eomma,” pekik Yoo Ra.

“Kenapa? Kenapa dia membawa anak ini kemari?” jawab Nyonya Kim melirik Yoo Ra. Yoo Ra hanya mencebikkan bibirnya dan melirik Sunmi.

“Sudahlah. Aku membawa Esther kemari karena ingin mengenalkan Esther pada kalian,” terang Sunmi. “Esther, beri salam pada Nenek,” ucapnya pada Esther.

Esther langsung memberi salam dan membungkukkan setengah badannya. “Perkenalkan, namaku, Jang Esther.” Esther tersenyum ketika melihat Yoo Ra.

Yoo Ra berjongkok lagi di depan Esther, membawa rambutnya yang berada di depan dada ke belakang punggung. “Panggil aku, Kakak saja. Aku tidak mau di panggil bibi karena usiaku masih muda, kau mengerti?” Esther langsung mengangguk dan tersenyum, serta memberikan kedua jempolnya pada Yoo Ra sama sepertinya.

“Ayo, masuk,” putus Nyonya Kim pada akhirnya.

Mereka memasuki ruang tengah, di samping tangga. Ruangan ini di desain seperti ruangan depan, ruang tamu. Hanya saja, ruang tengah bergabung dengan dapur yang dibatasi tembok setengah badan. Dan juga, ada beberapa patung kecil-kecil yang keluarga Nyonya Kim koleksi.

Ada patung anime kesukaan Yoo Ra, ada patung deformatif kesukaan Nyonya dan Tuan Kim. Patung deformatif itu patung yang berubah dari bentuk aslinya sehingga menghasilkan bentuk baru namun tidak meninggalkan bahan aslinya. Patung yang berada di lemari penyimpanan itu ada patung yang terbuat dari bahan kaca, dari kuningan campur emas, dan dari bahan besi. Banyak sekali yang Nyonya Kim jadikan favoritnya, yang paling ia sukai adalah patung kecil yang dibuat mirip dengan Nyonya Kim saat masih muda.

Selain itu juga ada miniatur mobil yang kecil-kecil seperti mobil asli, semua miniatur yang berada di rak adalah mobil yang pernah Tuan Kim miliki dan ada sebagian yang saat ini masih Tuan Kim simpan di garasi.

“Apa kau sudah sarapan?” tanya Nyonya Kim setelah duduk di ruang tengah, Nyonya Kim baru kembali dari dapur.

“Esther, ditanya Nenek itu dijawab,” ucap Sunmi pelan memperingatkan Esther.

“Sudah, Nek,” ucap Esther pelan. Esther sangat takut terhadap Nyonya Kim karena dari hari pertama melihat Esther sudah terlihat tidak suka padanya. Esther juga merasa, kehadirannya akan mengganggu hubungan Sunmi dengan Nyonya Kim.

“Apa kau mau makan cumi dengan gurita? Nenek masak mandu tadi, kau mau mencicipinya?” tawar Nyonya Kim pada Esther yang duduk di hadapannya. Sunmi dan Esther duduk di sofa panjang, Yoo Ra duduk di sofa single sedangkan Nyonya Kim duduk di kursi besar, depan Yoo Ra.

Esther melihat Sunmi, meminta persetujuan dari Sunmi apakah ia boleh memakannya atau tidak. Sunmi mengangguk. Ini salah satu contoh kecil jika Nyonya Kim sudah mau menerima Esther meskipun bukan cucu yang sebenarnya. Setidaknya menerima kehadiran Esther jika berada disisi Sunmi.

“Iya, mau,” jawab Esther yang lebih semangat dari pertama Nyonya Kim bertanya tadi. Mungkin Esther juga merasakan apa yang Sunmi rasakan, jika Nyonya Kim sudah mau menerima kehadiran Esther.

Nyonya Kim kembali ke dapur lagi untuk mengambil mandu yang ia masak, dibantu Sunmi untuk membawa minum dan Jjampong pedas yang Nyonya Kim masak.

Mandu adalah camilan pangsit yang berisi berbagai macam pilihan, dan yang Nyonya Kim buat adalah kulit pangsit yang diisi cumi-cumi dan gurita, dicocol dengan saus kecap dicampur minyak wijen sedikit.

“Silakan dimakan,” ucap Nyonya Kim pada Esther. Esther tersenyum, langsung mengambil sumpit lalu memakannya. “Sangat enak,” ucapnya seketika membuat Nyonya Kim tersenyum. Ini adalah kali pertama Sunmi melihat Nyonya Kim tersenyum karena Esther. Sebelum-sebelumnya terlihat seperti tidak menyukai Esther.

Sunmi ikut tersenyum dan membelai puncak kepala Esther. “Habiskan jika kau menyukainya.”

Esther langsung melihat Nyonya Kim, “apakah boleh?”

Nyonya Kim hanya berdehem jika ia mengizinkan. Esther langsung melahapnya dengan suka cita.

“Hey, pelan-pelan makannya!”

“Habis ini enak sekali, Eomma,” ungkapnya dengan mulut mengembung disisi kanan dan kiri. Semua tertawa menyaksikan kegemasan dari Esther.

Sunmi, Yoo Ra dan Nyonya Kim mulai memakan Jjampong. Jjampong adalah olahan mie seafood pedas khas Korea Selatan. Makanan yang berasal dari orang China yang bermukim di Nagasaki, Jepang membuat makanan ini terkenal dengan sebutan khas Korea Selatan.

“Bolehkah aku makan jjampong?” tanya Esther pada Nyonya Kim.

“Kau mau ini?” Yoo Ra menunjuk Jjampong miliknya. Esther mengangguk mantap.

“Tidak boleh, bukankah kau alergi dengan daging? Ini ada dagingnya,” ucap Nyonya Kim menjelaskan.

Sunmi melihat ke arah Nyonya Kim. Sunmi belum menceritakan apa yang boleh atau tidak boleh dimakan oleh Esther, tapi Nyonya Kim sudah mengetahui ini.

Nyonya Kim terlihat salah tingkah ketika Sunmi melihat dengan mata terkejut. Kaget. “Bukankah .... kemarin kau sendiri yang bilang jika Esther alergi daging padaku,” ujar Nyonya Kim terbata-bata.

Sunmi menghentikan makannya, “kapan? Bukankah aku belum mengatakan apa pun pada Eomma?”

“Sudahlah, lupakan.” Nyonya Kim kembali memakan Jjampongnya. “Esther, kau harus makan banyak.” Esther pun mengangguk sesekali minum air putih.

Sunmi hanya diam. Memikirkan apakah dirinya telah mengatakan pada Nyonya Kim atau belum.

“Nanti bulan November kau mau menonton lampion di Seoul? Tanya Yoo Ra untuk memutus kecanggungan Nyonya Kim. Beliau terlihat lebih lega.

“Kapan?”

“Nanti tanggal 5. Jika kau mau, bisa bareng denganku.”

“Sungguh? Baiklah kalau begitu.” Sunmi menanyai Esther, “Esther, kau mau menonton lampion dengan eomma dan Eonnie Yoo Ra?”

“Mungkin tidak, karena Appa akan mengajakku pergi saat Appa sedang berada di Seoul.”

Sunmi hanya mengelus lengan Esther dan menyuruhnya melanjutkan makan. Mereka masih memakan Jjampong dan sesekali terlihat tertawa melihat Esther dengan kelucuannya. Nyonya Kim sesekali masih melirik ke arah depan.



#Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro