Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16

Rumor itu mulai menyebar, awalnya hanya bisikan kecil di media sosial tentang kedekatan Kim Na Byul dan Kim Seok Jin. Namun, semakin hari, desas-desus itu semakin membesar, seperti bola salju yang terus bergulir, menimbulkan masalah baru bagi Na Byul.

Semuanya dimulai kembali setelah foto-foto Na Byul menghadiri premier film terbaru Seok Jin bocor ke publik. Media dan netizen segera merespons dengan spekulasi liar. Pertama, mereka mempertanyakan alasan Na Byul hadir di acara itu, terutama mengingat dirinya bukanlah seorang selebriti yang sering terlihat di karpet merah. Beberapa mulai berbisik bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertemanan antara mereka.

Namun, masalahnya tidak hanya berhenti di sana. Seiring waktu, rumor semakin gila dan tak terkendali. Ada satu rumor yang mengatakan bahwa Na Byul sebenarnya telah melakukan aborsi setelah hubungan rahasia dengan Seok Jin. Hal ini memicu gelombang kebencian besar dari para haters yang semakin berani menyebarkan cerita tersebut di internet.

"Na Byul, apa kau sudah lihat postingan terbaru itu?" suara Nara terdengar penuh kekhawatiran melalui telepon. "Mereka bilang kau--"

"Aku tahu," potong Na Byul, berusaha tetap tenang. Namun, ada getaran dalam suaranya yang tak bisa disembunyikan. "Aku sudah membacanya."

Na Byul menatap cermin di depannya, memerhatikan bayangan dirinya yang terlihat lelah. Seluruh hal ini mulai memengaruhi fisiknya juga. Kantung matanya lebih dalam, tubuhnya terasa lebih berat setiap kali ia berjalan. Dia tau ini adalah bagian dari harga yang harus ia bayar karena terlibat dengan seseorang seperti Kim Seok Jin, seorang figur publik yang selalu dikelilingi oleh sorotan media.

"Seok Jin sudah tahu soal ini. Dia marah besar," lanjut Na Byul. "Dia bahkan sudah menyewa beberapa pengacara terkenal untuk menuntut haters-haters itu."

Dan memang benar. Seok Jin tidak bisa menerima rumor yang tak berdasar itu. Sejak mendengar berita tersebut, dia bergegas mengambil tindakan. Telepon-telepon dilakukan, tim hukumnya dikerahkan, dan dia berjanji untuk membersihkan nama baik Na Byul. Tapi meski begitu, Na Byul tahu bahwa proses ini tidak akan mudah.

Malam itu, Seok Jin meneleponnya. Suaranya terdengar serak, seperti orang yang belum tidur semalaman.

"Kim Na Byul, aku sudah menghubungi pengacara-pengacara terbaik. Mereka akan menuntut semua haters yang menyebarkan fitnah ini."

"Aku tidak apa-apa," jawab Na Byul pelan. "Kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku bisa cuti dari pekerjaanku untuk sementara waktu. Lagipula, aku butuh istirahat."

"Tidak, ini tidak adil. Kau tidak seharusnya menjadi korban dari semua ini," balas Seok Jin dengan nada marah. "Mereka harus membayar atas apa yang mereka lakukan."

Na Byul tahu betapa pedulinya Seok Jin padanya. Tapi ia juga merasa lelah harus menghadapi semua drama ini. Kadang-kadang, ia berharap bisa hidup normal lagi, jauh dari sorotan publik, jauh dari tudingan orang-orang yang tidak tahu kebenarannya.

Namun, itu hanyalah harapan kosong. Kenyataan telah berubah dan tidak ada jalan kembali.

"Na Byul, kau yakin ingin kesini?" tanya Nara saat mereka bicara melalui telepon. "Kau tahu bagaimana situasinya sekarang."

"Aku tidak apa, Nara. Yang penting kau harus fokus sembuh dulu."

***

Na Byul mengenakan topi besar dan masker untuk menutupi wajahnya saat menuju rumah sakit. Ini sudah jadi rutinitas barunya sejak rumor buruk tentang dirinya beredar. Ia tak bisa lagi naik bis atau berjalan santai di tempat umum seperti dulu. Sekarang, setiap langkahnya terasa waspada, seolah mata-mata ada di mana-mana.

Bagaimanapun, kondisinya tidak terlalu baik belakangan ini, dan meski Na Byul sendiri sedang berada dalam tekanan berat, ia tetap merasa bahwa Nara yang lebih membutuhkan dukungan.

Saat tiba di bangsal tempat Nara dirawat, Na Byul sempat berhenti di depan pintu, menarik napas dalam-dalam. Ia menyesuaikan maskernya lagi sebelum mengetuk pintu perlahan.

"Na Byul?" suara Nara terdengar lemah, namun tetap penuh rasa senang.

Na Byul masuk dan tersenyum, meski Nara tak bisa melihatnya dengan jelas di balik masker. "Hei, bagaimana kabarmu hari ini?" tanyanya sambil meletakkan tas di samping tempat tidur Nara. berusaha kuat di depan temannya.

Nara tertawa kecil, meskipun suaranya terdengar serak. "Seperti biasa. Tidak banyak perubahan, tapi aku masih di sini, kan?"

Na Byul mendekat dan menggenggam tangan Nara yang tampak lebih kurus dibandingkan terakhir kali mereka bertemu. "Aku tahu kau kuat."

Mereka berbicara beberapa saat, mencoba mengalihkan pembicaraan dari rumor yang sedang menghantui Na Byul. Namun, Nara tetap bisa merasakan sesuatu yang berbeda. Ada ketegangan dalam gerak-gerik sahabatnya itu. Na Byul mungkin terlihat tenang, tapi Nara tahu lebih baik daripada siapa pun.

"Kau baik-baik saja?" tanya Nara, suaranya lembut namun penuh perhatian. "Kau tidak perlu berusaha kuat di depanku."

Na Byul terdiam sesaat, lalu menghela napas. "Aku akan baik-baik saja. Yang penting sekarang adalah kau. Jangan khawatirkan aku, fokus saja ke pemulihanmu."

"Tapi aku khawatir. Kau tahu aku selalu begitu," balas Nara dengan senyum lemah. "Aku dengar tentang apa yang terjadi. Aku bisa membacanya di internet, walaupun aku mencoba menghindarinya."

Na Byul menunduk. "Aku tidak ingin kau terbebani dengan semua itu. Kau sudah punya cukup banyak yang harus dihadapi."

Nara menatap Na Byul dengan lembut, meskipun matanya tampak lelah. "Tapi kau sahabatku. Aku peduli. Aku tidak ingin kau merasa sendirian."

Kata-kata Nara menusuk Na Byul dalam-dalam. Meskipun ia berusaha kuat, ada bagian dari dirinya yang merasa benar-benar sendirian di tengah badai rumor ini. Ia tersenyum kecil di balik masker, merasa terharu dengan perhatian Nara meski dalam kondisi yang begitu lemah.

"Gomawo," kata Na Byul pelan. "Geunde jinjjaya, aku bisa melewati ini. Seok Jin juga sudah melakukan banyak hal untuk membantu, bahkan sampai menyewa pengacara."

Nara mengangguk perlahan. "Kau tahu, Na Byul-ah, aku tidak bisa melakukan banyak hal sekarang, tapi aku selalu di sini untukmu. Jika kau butuh bicara, atau hanya ingin ada seseorang yang mendengarkan, aku selalu ada."

Na Byul menguatkan genggamannya di tangan Nara. "Kau sudah melakukan lebih dari cukup, Nara. Aku bersyukur kau masih di sini untukku."

Mereka duduk dalam keheningan sesaat, merasakan kebersamaan yang hangat di tengah segala kerumitan hidup masing-masing. Di luar, dunia mungkin sedang penuh dengan kebencian dan tuduhan, tapi di dalam ruangan kecil ini, hanya ada dua sahabat yang saling peduli.

[TBC]

------------

02 November 2024

kalo aku yang jadi Na Byul, mungkin aku gak akan sekuat itu ges:')

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro