Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12

Tak terasa ternyata sebulan itu secepat ini. Berkat kedatangan Seok Jin ke rumah sakit untuk menemui Nara waktu itu, hubungannya dan Na Byul menjadi membaik. Selama bertemu pun, mereka tidak menjaga jarak apalagi ribut. Yoo Bin saja awalnya sampai bingung kenapa mereka berdua bukannya saling melempar tatapan membunuh, tapi malah mengobrol dan tertawa bareng.

Tapi setelah diceritakan oleh Seok Jin, barulah Yoo Bin mengangguk paham apa alasannya. Karna dia juga tau Na Byul bukanlah orang yang bisa tidak menyukai orang lain tanpa alasan yang jelas.

Ah, sebulan ya. Oh iya, hari ini merupakan hari terakhir dari mereka syuting di perpustakaan. Pengambilan scene sudah dilakukan dari pagi, dan kini langit sudah gelap, bahkan suhu di depan juga terasa semakin dingin.

Syuting yang dilakukan selama dua bulan di perpustakaan, dari dekorasi yang biasa saja, sampai dengan dekorasi menyambut natal, akhirnya selesai.

Semua kru syuting, pemain, staf artis dan lainnya saling tertawa kecil dan mengucap terimakasih satu sama lain. Seok Jin, sebagai tanda terimakasih, ia juga membelikan sarung tangan musim dingin untuk persiapan salju datang untuk semua yang ada disana. Dia juga tidak lupa membelikan makanan yang enak tadi siang untuk tanda terimakasih lainnya.

Tak lupa, ia juga membelikannya untuk staf perpustakaan yang sudah sedikit diganggu selama masa psyuting berlangsung.

Tapi khusus Na Byul, berbeda.

Seok Jin mengajak Na Byul untuk bertemu sebentar di dekat rak buku paling ujung perpustakaan dan memberikan sebuah paperbag berwarna soft pink padanya.

"Untukku?" Seok Jin mengangguk. "Kenapa?"

"Terima saja. Aku juga memberikannya untuk yang lain."

Na Byul mengintip sedikit dari luar, dan sepertinya itu adalah jaket dan sebuah kotak kecil yang belum tau isinya apa. "Gomawo."

Seok Jin mengangguk untuk menjawabnya dengan senyuman tipis di wajahnya. "Hah... Apakah aku masih bisa bermain kesini jika aku tidak syuting?"

"Ini bukan tempat main," ujar Na Byul iseng meledeknya.

"Bukan itu maksudnya, kau tau, kan."

Kekehan terdengar dari perempuan itu saat mendengarnya karna melihat Seok Jin kesal. "Main saja. Ini tempat umum, bukan tempat pribadi juga."

"Terimakasih."

"Lagi?"

"Kapan aku berterimakasih?"

Na Byul mengangkat paperbagnya dan menunjuk itu seraya berkata, "ini?" Terkadang Na Byul suka tidak habis pikir dengan pikiran pria ini.

"Ah, benar juga. Yauda, diterima saja sih."

"Cih."

"Seok Jin-ssi. Ayo kumpul untuk foto terakhir."

Mendengar bahwa ada panggilan untuk Seok Jin, baik itu si perempuan maupun si lelaki, menoleh ke arah ruang tengah dari balik rak buku. "Sepertinya kau dipanggil."

"Bukan sepertinya, tapi memang aku yang dipanggil."

"Jin!"

"Gamnida!" jawabnya sedikit teriak. "Aku pergi dulu. Sampai ketemu lagi."

***

Pada hari liburnya kali ini, Na Byul tidak pergi ke rumah sakit, karna hari ini keluarga besar Nara ingin datang menjenguk, jadi dia memilih untuk tidak mengganggu acara keluarga dadakan itu.

Jadi disinilah dia sekarang. Sedang bersantai, tidur-tiduran diatas kasurnya menatap langit-langit ruangannya tanpa tau harus melakukan apa.

Drrttt drrttt

"Halo?" Suara Na Byul sedikit serak karna tenggorokannya terasa kering saat menjawab teleponnya itu.

"Putriku. Mwohae?"

Mendengar suara yang tak asing di telinganya ini, Na Byul memilih untuk melihat siapa yang meneleponnya. Pada layar hapenya tertera nama eomma dan membuat Na Byul tersenyum manyun sepersekian detik setelahnya.

"Bersantai. Aku sedang libur hari ini. Apakah eomma baik-baik saja di London?"

Yap. Dia sudah bilang jika orangtuanya punya butik yang sudah terkenal, kan? Appa dan eomma membangun bisnis itu bersama. Eomma mendesain pakaian dan semua yang berhubungan dengan fashion, dan appa yang mengurus bagian bisnis dan manajemennya. Hm, lebih mudahnya, back office bagian appa dan front office bagian eomma.

Walauapun mereka berdua sudah bercerai dan memilih jalannya masing-masing, mereka masih berbisnis bersama yang mungkin bagi sedikit orang itu aneh. Tenang saja, aku pun juga merasa aneh kok. Tapi katanya mereka profesional dan bisa memisahkan antara bisnis dan pribadi, dan Na Byul terima-terima saja selama itu tidak menyulitkannya. Hanya satu persyaratan mereka terkait bisnis ini saat bercerai, perusahaan itu harus diwariskan padaku, bukan anak dari orang lain dari pasangan mereka yang baru. Entah itu menguntungkanku atau tidak.

Dan sekarang, eommanya dari kabar terakhir yang ia tau, sedang mengadakan fashion week di London.

"Baik. Jangan lupa untuk makan ya. Kapan-kapan kau bisa ikut kesini. Kapan kau ingin mengambil alih bisnis ini?"

"Sepertinya kita sudah bicara masalah ini. Aku belum tertarik dengan dunia fashion ataupun bisnis seperti kalian berdua."

"Belum, bukan tidak. Jadi kau bisa mencari taunya dulu mulai dari sekarang, kan?"

"Eomeonim," helaan napas terdengar di sela-sela kata-kata Na Byul sebelum ia melanjutkan kalimatnya. "Jika ingin bicara masalah ini, lebih baik saat tatap muka agar menghindari perselisihan. Oke?"

"Kau ini selalu memanggilku dengan eomeonim jika menyangkut hal yang kau tidak suka. Baiklah, jaga diri baik-baik disana. Mungkin tahun baru eomma baru bisa kembali ke Korea. Sampai nanti."

"Nep. Hati-hati."

Dan akhirnya setelah 5 menit telepon itu berlangsung, bisa berhenti juga. Jika berlangsung lebih lama, mungkin Na Byul bisa tertidur karna bosan.

Nah, sekarang apa yang harus ia lakukan?

Nonton seru sepertinya? Menonton ulang Hospital Playlist di Netflix.

Dia sedang tidak ingin nonton yang rumit-rumit dan Hosplay selalu menjadi tontonannya jika ia ingin yang santai dan menghibur. Oke, nonton itu saja.

Drrttt drrttt

Siapa lagi kali ini yang ingin mengganggu waktu liburnya.

Kim Seok Jin:
hei kau sedang sibuk?

Oh? Ada apa tiba-tiba manusia ini mengirimkan pesan padanya?

Kim Na Byul:
tidak. knp?

Kim Seok Jin:
kau mau bertemu?
ktmu di cafe depan apartmentmu
10 menit lagi aku sampai

Kim Na Byul:
oke

Sebenarnya dia malas untuk bergerak dari tempat tidurnya, tapi tawaran untuk bertemu dengan Seok Jin sepertinya menarik untuk dilakukan.

***

Dengan kaus hitam dipadukan dengan celana panjang warna creme, menampilkan fashion yang sangat simpel, tidak seperti perempuan-perempuan lain yang ingin bertemu dengan Seok Jin. Perempuan yang rambutnya diikat satu dan duduk disamping jendela ini terlihat sangat simpel tapi menarik untuknya.

Jadi itu tidak masalah untuk Seok Jin. Dia berdeham sendiri dan tersenyum lalu mengetuk jendela itu pelan, mengundang perhatian Na Byul yang tadinya sedang memainkan jarinya sendiri, jadi melihat kearah luar jendela tempat Seok Jin berdiri sekarang.

Seok Jin kembali berjalan masuk ke dalam cafe dan duduk di depannya Na Byul masih dengan senyuman di wajahnya.

"Kau sudah menunggu lama?"

"Tidak. Paling lima menit. Kau datang lebih cepat daripada perkiraanku malah," jawab Na Byul jujur.

Menyadari bahwa Na Byul duduk di bawah pendingin ruangan dan tidak memakai jaket, membuat Seok Jin melepas jaket yang dipakainya dan memberikannya pada Na Byul. "Pakailah. Kau akan kedinginan nanti."

"Eh? Tak apa. Toh ini pendinginnya tidak nyala, kan sedang dingin juga di depan. Tidak terlalu dingin."

Ah, benar juga. Kenapa dia tidak memikirkan hal itu ya. "Pakai saja." Toh cuaca memang cukup dingin. Seok Jin juga bingung kenapa perempuan yang duduk depannya ini tidak memakai jaket padahal cuaca cukup dingin begini. Beruntunglah dia memakai dua jaket hari ini.

Mau tidak mau Na Byul menerima dan memakai jaketnya. "Terimakasih."

"Kau kemari tidak memakai jaket?"

Na Byul menggeleng pelan, "tidak. Untuk apa. Toh disini tidak terlalu dingin. Dari apartemen kesini hanya nyebrang saja."

"Tetap saja. Cuaca cukup dingin di depan. Hari ini saja sudah 15 derajat."

"Kau bertemu denganku hanya untuk berkelahi denganku?"

Seok Jin terkekeh mendengar celetukkan Na Byul yang sudah tampak jengkel dengannya. "Tidak. Aku ingin memberikanmu ini." Tangannya mengeluarkan satu amplop kepada Na Byul dari saku jaket dalamnya.

"Apa ini?"

"Buka lah."

Na Byul membuka amplop itu dan menarik secarik kertas bertuliskan tiket premier film yang akan diadakan dua hari lagi. "Tiket?"

Kepala Seok Jin mengangguk menjawabnya. "Film terbaruku. Aku ingin kau datang. Kau bisa, kah?"

"Hm, aku perlu melihat jadwalku hari itu."

"Yah..."

"Tapi akan kuusahakan." Mendengar jawaban Na Byul itu membuat Seok Jin yang tadinya sudah menundukkan kepalanya, menjadi tersenyum dengan mata berbinar menatapnya. "Kau hanya datang untuk memberikanku ini?"

"Iya. Memang kau kira kenapa?"

"Kenapa tidak menitipkan pada Yoo Bin oppa saja?"

"Memang kenapa? Kan aku bisa memberikannya sendiri.

Mata Na Byul memutar kesal. Apakah orang ini tidak sadar bahwa sejak dia masuk tadi sampai sekarang, beberapa orang sudah menatapnya hati-hati? Apakah dia lupa bahwa dia ini seorang bintang yang sedang naik daun?

"Kau lupa kalau kau artis?" bisik Na Byul dengan suara yang sangat pelan dan sedikit memajukan tubuhnya ke arah Seok Jin. "Daritadi kau dilihati oleh orang-orang."

Ah, Seok Jin juga baru ingat masalah itu. Kenapa dia tidak sadar ya. Perkataan Na Byul itu menyadarkannya untuk memasang maskernya dengan tepat dan topinya sedikit diturunkan. "Aku lupa."

"Babo."

"Hei? Kau mengataiku apa?"

Na Byul terkekeh dan menggeleng. "Tak ada. Yauda, kau pulang saja. Aku akan mengusahakan untuk datang," katanya sambil menunjukkan amplop yang ada di tangannya.

"Kau mengusirku?"

"Bukan ngusir. Tapi kau tidak mau dikerumuni fans saat ini, kan?"

Benar juga. "Baiklah. Aku balik dulu. Kau hati-hati."

"Kau yang seharusnya hati-hati. Kau kesini sama siapa?"

"Nyetir sendiri. Parkir di parkiran apartemen."

"Oh, baiklah. Silahkan kembali," kata Na Byul sambil ingin mencoba melepaskan jaket Seok Jin yang tengah dipakainya.

Melihat dan memprediksi apa yang akan dilakukan Na Byul, membuat Seok Jin menahannya untuk melepaskan jaketnya. "Kau pakailah. Jangan sampai sakit. Ingat untuk selalu memakai jaket di musim dingin, seberapa dekatpun tempat itu."

"Baik. Baik."

"Yauda, aku pergi dulu ya."

"Baiklah. Hati-hati di jalan."

"Ingat untuk datang," ujarnya sambil berlalu melewati pintu cafe.

Na Byul hanya bisa mengangguk paham dan tersenyum tipis menjawabnya.

Ada-ada saja.

Tak dikira mereka bisa mengobrol dan bercanda seperti ini sekarang. Padahal awalnya mereka bermusuhan. Lebih tepatnya, dia yang tidak menyukai Seok Jin.

Mengingat bagaimana dia tidak suka Seok Jin dulu, membuat Na Byul jadi menggelengkan kepalanya dan tersenyum sendiri.

Takdir tidak ada yang tau.

[TBC]

----------

19 Oktober 2024

eak, ada yang uda temenan ges, jadinya agak berbeda nihhh wkwkwkw

happy reading!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro