Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11

Seok Jin dan Nara mengobrol cukup lama dengan Na Byul yang duduk di samping kasur Nara, hanya sebagai pendengar. Obrolan itu mungkin akan berlangsung lebih panjang jika suster tidak datang untuk menjemput Nara karna sudah waktunya kemoterapi.

Sehingga, disinilah Seok Jin dan Na Byul sekarang. Di kamar inap Nara, hanya berdua, dalam ruangan tertutup dengan suasana yang hening. Na Byul sempat bingung sedikit karna Seok Jin bisa diam padahal biasanya selalu mengganggunya. Sempat terlintas di benaknya kalau ia harus mencari suatu topik tapi masalahnya, tidak ada topik. Na Byul bukanlah orang yang suka mencari topik.

"Kim Na Byul."

Oh, terimakasih. Dia bisa membuka suaranya lebih dulu.

"Terimakasih sudah membawaku untuk bertemu dengan temanmu yang ternyata fansku itu."

Na Byul sedikit terkejut, karna sebenarnya... harusnya dia bukan yang berterimakasih?

Ia menoleh ke arah Seok Jin yang tengah menatapnya. "Bukankah harusnya aku yang berterimakasih? Kenapa jadi kau?"

Seok Jin menggeleng pelan, "aku berterimakasih juga. Sudah lama aku tidak merasakan perasaan ini. Perasaan senang setelah menghibur seseorang yang memang sedang butuh dihibur. Nara baik."

Sebuah senyum tipis terbit di wajah Na Byul dan mengangguk pelan. "Terimakasih karna sudah datang. Maafkan aku jika ini merepotkanmu."

"Tidak. Tidak merepotkan sama sekali. Aku senang bisa bertemu dengan temanmu juga. Apakah aku boleh datang lagi?"

"Wah, dia pasti akan dengan senang hati menerima kehadiranmu."

Seok Jin jadi terkekeh mendengar lontaran dari Na Byul itu, "apa aku membuat acara kasih sayang saja dirumah sakit ini ya? Sepertinya menarik."

"Oh? Bolehkah?"

"Boleh lah. Tentu saja boleh."

"Agensimu? Sudah memperbolehkan?"

"Ah iya. Aku harus bicara dulu dengan agensiku nanti. Tapi tak apa lah, jika memang mereka tidak mau, aku bisa mengadakannya sendiri. Aku ada uang ini."

Gantian Na Byul yang terkekeh sekarang karna mendengar ide dadakan Seok Jin itu. Ternyata Seok Jin tidaklah seburuk yang ia kira.

"Kau tau.. Ada alasan kenapa aku tidak menyukaimu."

Tiba-tiba Seok Jin menoleh dan menatap menilik Na Byul dengan mata menyipit, "benar. Kenapa kau terlihat seperti memusuhiku ya?"

"Sebenarnya kita pernah satu sekolah waktu SMA dulu. Ada kejadian kenapa aku tidak menyukaimu saat itu. Ini akan sedikit panjang. Jadi kau serius ingin dengar?"

Kalian mungkin tidak dapat melihatnya, tapi saat ini Na Byul hampir tertawa melihat tatapan Seok Jin padanya karna seperti anak kecil yang sedang merengek minta permen kepada orang tuanya.

"Jadi, dari sekolah pun kau sudah populer, kau tau itu kan?"

"Tentu saja aku tau. Aku kan terganteng di--" Perkataan itu keluar begitu saja dari mulut Seok Jin dengan percaya diri, tapi ia segera menutupnya kembali saat melihat tatapan jengah dari Na Byul. "Oke lanjutkan."

"Aku sering melihat anak-anak perempuan memberikan cokelat dan surat di mejamu di kelas. Tapi entah bagaimana aku melihat coklat-coklat itu malah sampai di orang lain, surat-surat itu kutemui di tempat sampah kelas. Bukankah itu terlalu keterlaluan?"

"Hei. Aku ada alasan untuk hal itu tau."

"Dengarkan lagi. Aku juga pernah melihatmu menolak seorang perempuan dengan hanya menggeleng dan pergi begitu saja dari sana. Keterlaluan sekali menurutku. Aku sampai kesal melihatnya. Makanya aku tidak suka denganmu."

Wah. Seok Jin tidak percaya ini. Rasanya ia seperti difitnah kali ini. Benar-benar di depan wajahnya.

"Hei. Biar ku luruskan disini ya." Seok Jin menarik napas panjang dan mulai bercerita dengan senyum yang dipaksakan. "Cokelat itu aku berikan kepada yang lain karna aku mendapat terlalu banyak. Untuk apa aku bawa pulang jika tidak dimakan. Daripada nantinya dibuang, lebih baik aku bagi kepada yang lain. Surat, surat itu sebenarnya ingin kubawa pulangpun, aku bingung untuk apa. Karna aku bukan orang yang suka menyimpan surat dulu, kau harus tau jika aku mendapat hampir puluhan surat dalam seminggu. Mau ditaruh dimana. Dan saat itu ketahuan oleh guru, jadi aku diminta untuk membuangnya."

Kepala Na Byul mengangguk paham. Akhirnya mulai kelihatan alasan kenapa dulu Seok Jin melakukan itu. "Tapi tidak menjelaskan yang terakhir."

Geraman lelah mulai terdengar dari Seok Jin yang malah membuat Na Byul gemas melihatnya. Loh, tunggu. Bukan gemas. Tapi memang terlihat lucu sih.

"Kau tau, dalam sehari aku bisa dipanggil ke belakang sekolah tiga-empat kali. Pernah juga sampai dipanggil guru karna dikira aku ingin membully anak perempuan, padahal aku yang diseret oleh teman-temannya kesana. Yang kau lihat saat itu, mungkin karna aku sudah lelah hari itu dan tidak ingin berbasa-basi untuk memberikan jawaban."

Na Byul benar-benar tertawa kecil mendengar penjelasan dari Seok Jin. Tidak dapat ia bayangkan bagaimana kewalahan Seok Jin saat itu. Membayangkannya saja membuat dirinya tertawa. Pasti menjengkelkan sekali itu.

"Baiklah, baiklah. Maafkan aku," kata Na Byul jujur masih dengan tertawa.

"Kau tertawa? Kau pikir itu lucu heh? Aku benar-benar dibuat kesal loh itu."

"Yang mengalami itu memang kesal, tapi aku yang sebagai pendengar hanya tertawa karna membayangkan betapa kesal dan kewalahannya kau saat itu." Na Byul masih terus tertawa, bahkan tawanya tidak berhenti.

Mengundang tatapan halus dari Seok Jin yang sedang tersenyum melihat perempuan yang belakangan ini hadir di pikirannya. Jika dipikirkan secara seksama, sepertinya ia memang menaruh perhatian pada perempuan ini. Melihatnya tertawa kecil seperti ini, membuatnya ikut senang dan tersenyum.

Merasa sedang diperhatikan, membuat Na Byul jadi berdeham dan berhenti tertawa. "Kenapa kau melihatku seperti itu?'

Seok Jin hanya menjawab dengan mengendikkan kedua bahunya, "ternyata kau bisa tertawa juga."

"Aku masih manusia."

"Dan kembali lagi menyebalkannya."

"Tapi, kenapa kau bisa semenyebalkan itu sih?"

"Kau tidak terbalik? Kau juga menyebalkan."

"Kau ingin mencari ribut denganku?"

"Kau yang mulai."

"Ish!"

"Baiklah. Tolong jelaskan kata menyebalkan bagaimana yang kau maksud?"

"Kenapa kau bisa bergaya percaya diri sekali? Aku tau kau ganteng--"

"Jadi kau mengakuinya?"

Na Byul jadi terdiam sesaat menatap Seok Jin jengah lagi. 'berbicara denganmu memakan energiku setengah, kau tau?"

Dan jawaban Seok Jin tentu saja gelengan kepalanya, "tidak. Jadi, lanjutkan."

"Ya itu. Terlalu percaya diri. Kau juga seperti orang yang biasa saja padahal banyak rumor tak baik tentang mu."

Seok Jin kembali menarik napas panjang dan menatap udara kosong di depannya. "Karna jika memikirkan hal itu semua, aku mungkin sudah gila beneran. Lebih baik berpura-pura gila daripada aku gila beneran, bukan?"

"Maksudnya?"

"Aku pernah memikirkan rumor jelek, berita jelek, gosip dan lainnya tentangku saat aku masih rookie, tapi saat itu aku kena mental, sampai berobat ke psikiater. Lalu aku memutuskan untuk tidak bergantung dengan obat dan dokter, melainkan mengubah cara pandangku, cara berpikirku, kelakuanku. Aku bersikap seperti itu, yang menurutmu terlalu percaya diri dan menyebalkan, itu caraku agar aku tetap waras dan tidak terlalu memusingkan yang lain," jelasnya dengan pelan dan setelahnya menatap ke arah Na Byul yang juga lagi menatapnya. "Jadi, kau sudah mengerti?"

Kim Na Byul, perempuan itu tersenyum dalam dengan tulus, dan mengangguk.

***

Nara sudah kembali dari ruang kemoterapi, dan Seok Jin memang sengaja sampai Nara kembali ke kamarnya baru dia pulang. Pamit dulu lah gitu dna mungkin sedikit berbicang lagi.

Tapi Nara sudah terlihat lelah sekali saat kembali ke kamarnya. Jadi Seok Jin hanya pamit pulang, diantar oleh Na Byul yang ikut ke mobilnya karna di dalam ruangan sudah ada bumonim Nara.

"Terimakasih lagi hari ini," ujar Na Byul tulus.

Seok Jin tersenyum di balik maskernya, meskipun tidak terlihat, tapi Na Byul dapat melihatnya dari mata Seok Jin yang seakan ikut tersenyum. "Aku juga berterimakasih. Ucapkan salamku lagi padanya ya."

"Maafkan aku karna bersikap menyebalkan padamu."

"Itu maeryeok mu kok," jawab Seok Jin asal tapi benar. (daya tarik)

"Hati-hati di jalan."

"Kau juga nanti." Seok Jin melambaikan tangannya dan hendak menutup pintunya, tapi tak jadi karna ia teringat satu hal. Dia turun mobil lagi, membuat Yoo Bin sudah duduk di kursi pengemudi itu jadi bingung.

Seok Jin mengulurkan tangannya pada Na Byul, menarik tatapan bingung dari perempuan itu. "Berarti sekarang kita teman?" Sebenarnya Seok Jin sedikit berhati-hati dan jantungnya seakan berdetak sangat cepat karna takut uluran tangannya tidak disambut, artinya mereka tidak berteman.

Tapi senyuman lega dan senang terbit di wajahnya saat Na Byul menyambut uluran tangannya dan berkata, "teman."

Kalian tidak tau betapa senangnya dia saat itu.

[TBC]

----------

16 Oktober 2024

HELLOOO, selamat membaca~!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro