22
Hari itu adalah Natal, dan salju lembut turun di atas kota Seoul yang dingin. Seok Jin datang menjemput Na Byul dengan mobilnya sesuai janji temu mereka terakhir, senyum lebar terpatri di wajahnya ketika ia melihat sosok Na Byul yang keluar dari apartemennya.
Na Byul tampak cantik meskipun berpakaian sederhana—sweater krem oversized dan jeans biru. Rambut hitamnya tergerai alami, wajahnya tampak segar meski tanpa riasan tebal.
Seok Jin tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memuji penampilan Na Byul. "Kau... cantik sekali," ucapnya dengan nada serius.
Na Byul yang tidak terbiasa dengan pujian seperti itu, merasa wajahnya memanas. "Tolong jangan berlebihan, Kim Seok Jin-ssi," jawabnya, berusaha mengabaikan rasa malunya. Ia berdeham, menatap jalanan di luar dibalik jendela mobil, untuk mengalihkan perhatian, tetapi senyum tipis tak bisa ia sembunyikan. Hatinya terasa sedikit lebih ringan, meski ia tahu ada kebimbangan di dalam dirinya.
Seok Jin tertawa kecil saat melihat Na Byul berusaha menutupi rasa malunya. "Aku serius. Aku tidak pernah melihatmu seperti ini sebelumnya," katanya, tetap fokus menyetir.
Na Byul mengangkat bahu ringan, mencoba menghilangkan canggung itu, dan mereka pun mengobrol dengan santai sepanjang perjalanan. Suasana mobil terasa nyaman dan hangat, jauh dari suasana formal atau kaku. Meskipun masih ada kegelisahan di hati Na Byul, ia menikmati kebersamaan ini, seperti seolah-olah masalah yang selama ini menghantui mereka menghilang untuk sesaat.
***
Setelah berkendara selama beberapa saat, mereka akhirnya tiba di tujuan—taman bermain yang kosong. Saat Na Byul melihat pemandangan itu, ia langsung menyadari sesuatu.
"Klise," ucap Na Byul dengan senyum tipis, tatapannya mengarah pada taman bermain yang sepi.
Seok Jin tertawa kecil. "Apa? Menyewa taman bermain hanya untuk kita berdua di hari Natal? Aku pikir ini romantis untuk para perempuan," jawabnya, mencoba membela diri sambil melirik ke arah Na Byul.
Na Byul memutar bola matanya dengan geli. "Romantis? Lebih seperti drama remaja yang berlebihan," godanya, tapi ia tidak bisa menutupi rasa hangat yang muncul di hatinya. Meskipun klise, ia tahu bahwa ini adalah salah satu cara Seok Jin menunjukkan perhatian.
Saat mereka keluar dari mobil, angin dingin segera menyergap tubuh Na Byul. Seok Jin, tanpa ragu, segera melepas syalnya dan dengan lembut memakaikannya di leher Na Byul. "Kau pasti kedinginan. Pakai ini," ucapnya, memperhatikan bagaimana syal itu melingkar dengan sempurna di leher Na Byul.
Na Byul tertegun sejenak. Ia merasa tersentuh oleh perhatian Seok Jin yang tanpa basa-basi. "Terimakasih, tapi kau sendiri bagaimana?"
"Aku baik-baik saja," jawab Seok Jin sambil tersenyum. "Aku akan merasa lebih hangat jika tahu kau tidak kedinginan."
Na Byul tersenyum tipis, tapi tak bisa menyembunyikan rasa malunya. Perlahan mereka berjalan memasuki taman bermain yang kini hanya milik mereka berdua. Tanpa seorang pun yang memperhatikan, mereka bisa bebas menikmati setiap wahana yang ada. Dari roller coaster yang memacu adrenalin hingga rumah hantu di siang hari yang tentunya tetap saja seram, mereka memainkan semuanya, tertawa dan bercanda seperti anak-anak yang lepas dari beban.
Di sela-sela keseruan, Seok Jin tiba-tiba berbicara dengan nada yang lebih serius. "Aku bilang ke agensiku bahwa aku tertarik padamu. Dan bahwa kita sedang dekat. Kau tau itu, kan?," ucapnya dengan tatapan yang dalam, penuh keyakinan. Na Byul mengangguk. "Aku serius untuk hal itu."
Na Byul berhenti sejenak, terkejut mendengar pernyataan itu. "Kau... serius?" tanyanya sambil menatap Seok Jin.
Seok Jin mengangguk. "Aku tidak ingin ada yang salah paham atau spekulasi yang aneh. Aku serius tentang kita."
Na Byul terdiam sesaat, lalu tersenyum kecil. Dia merasa hatinya dipenuhi oleh campuran antara kehangatan dan ketidakpastian. Dia tak menyangka bahwa Seok Jin akan terbuka seperti ini, tapi di sisi lain, semua ini masih terasa seperti mimpi baginya. "Kau... benar-benar tidak main-main ya?" Na Byul mencoba bercanda untuk mengurangi ketegangan, tetapi hatinya berdebar.
Seok Jin hanya tersenyum kecil sambil menganggukkan kepala. "Tidak, aku tidak main-main."
Seok Jin lalu mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Na Byul. Tangan mereka bersentuhan, hangat di tengah dinginnya udara. Na Byul tersenyum malu-malu, tetapi ia merasa nyaman dengan Seok Jin di sampingnya.
Mereka berjalan beriringan di sepanjang jalan taman bermain, sesekali tersenyum malu saat bertukar pandang. Seok Jin memecah keheningan dengan berkata, "Kau senang hari ini?"
Na Byul hanya mengangguk sambil tersenyum, dan itu sudah cukup bagi Seok Jin. Dia kemudian meminta izin sebentar dan pergi ke sebuah toko kecil di dekat mereka. Tak lama, Seok Jin kembali dengan setangkai bunga di tangannya.
"Selamat Natal, Kim Na Byul," katanya sambil menyodorkan bunga itu.
Na Byul menerima bunga tersebut dengan senyuman, "gomawo. Selamat Natal, Kim Seok Jin."
***
Malam mulai tiba, dan langit semakin gelap. Lampu-lampu taman bermain mulai menyala, menciptakan suasana yang magis. Seok Jin menggandeng tangan Na Byul dan mengajaknya naik komidi putar (merry-go-round). Keduanya duduk di salah satu kursi yang bergerak perlahan, suasana terasa tenang dan romantis.
Saat mereka berputar di atas komidi putar, Seok Jin tiba-tiba menoleh ke Na Byul dan berkata, "Ehem." Mendengar Seok Jin yang berdeham, menarik perhatian Na Byul untuk melihat Seok Jin juga. "Kim Na Byul, narang sagwillae?" (Maukah berpacaran denganku?)
Na Byul terkejut. Ia menatap Seok Jin dengan mata yang membesar sebelum akhirnya terkekeh kecil. "Seriusan? Kau ngajak aku jadian di komidi putar? Bukankah biasanya di kincir angin?" tanyanya setengah tak percaya.
Seok Jin mengangkat bahu, wajahnya sedikit memerah. "Aku... tidak berani di kincir angin. Terlalu tinggi," jawabnya jujur, membuat Na Byul tertawa kecil.
"Jadi... kau takut ketinggian?" Na Byul terkekeh, merasa lucu melihat sisi lain dari Seok Jin yang tidak pernah ia duga.
"Jangan menertawakanku," jawab Seok Jin sambil cemberut, tetapi Na Byul masih tertawa. Ia tidak bisa menahan diri. Melihat Seok Jin, sosok aktor yang biasanya terlihat sempurna dan tak terkalahkan, ternyata punya ketakutan yang sangat manusiawi, membuatnya merasa lebih dekat dengannya. "Nae yeoja dwaejullae?" (Maukah kau menjadi wanitaku?)
Mendengar pertanyaan itu kembali, Na Byul merasa bimbang. Ia tidak langsung menjawab pertanyaan Seok Jin. Dengan perlahan, Na Byul memutar bola matanya dan mengabaikan pertanyaan itu, memilih untuk menikmati suasana tanpa memberikan jawaban. Ia masih belum yakin apakah ia siap menjalani hubungan dengan Seok Jin, apalagi dengan segala konsekuensinya.
Mereka tetap melanjutkan malam itu, tertawa dan bercanda bersama, tetapi ada rasa canggung yang perlahan menyusup di antara mereka.
***
Malam itu setelah mereka berpisah, Na Byul masih memikirkan pertanyaan Seok Jin di komidi putar. Ia duduk di kamarnya, menatap layar ponselnya yang penuh dengan pesan dari Seok Jin. Seok Jin jelas tidak main-main dengan perasaannya, dan itu membuat Na Byul semakin bimbang.
"Apa aku benar-benar sanggup menghadapi semua ini?" pikir Na Byul. Skandal yang baru saja berlalu masih menyisakan bekas di hatinya. Hate comments, rumor, dan perhatian yang tidak diinginkan membuatnya merasa tertekan. Meski Seok Jin bersikap manis dan perhatian, Na Byul tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa hubungan dengan seorang aktor besar seperti Seok Jin akan selalu dipenuhi tantangan.
Sementara itu, Seok Jin juga merasa resah. Pesannya yang dikirim sepanjang malam tidak mendapat balasan dari Na Byul. Ia mengerti bahwa Na Byul mungkin butuh waktu untuk memikirkan semuanya, tetapi rasa khawatirnya tak bisa hilang begitu saja. Ia takut Na Byul akan menjauhinya, takut bahwa beban hate comments dan perhatian publik akan membuat Na Byul mundur.
[TBC]
---------------
23 November 2024
hmmm setelah ini... kalian uda bisa mengatakan salam perpisahan sama pasangan ini ges:')
Tapi kira-kira, mereka bakal pacaran gak ya?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro