03
Kim Na Byul
Karena hari ini aku juga menggantikan shift Bomin, jadi aku baru bisa pulang sekarang. Jam segini, lebih tepatnya, jam sebelas malam, saat langit sudah menggelap sepenuhnya dan jalanan sudah sepi. Setelah memereskan perpustakaan, memang biasanya sekitar jam segini baru bisa pulang, walaupun jam tutup perpustakaan di jam sepuluh.
"Kau akan langsung pulang?"
Aku menggangguk lelah dan tersenyum kecil pada Joomin yang hari ini bekerja bareng denganku, "iya. Kau juga?"
"Sepertinya tidak. Aku mau ke rumah temanku dulu. Dia memintaku untuk menemaninya dulu katanya."
"Baiklah. Kunci utama ada di kau ya berarti? Besok aku off karna sudah menggantikan Bomin hari ini. Jadi aku tidak isa memberikan kunci besok."
"Baiklah. Tiati kau dijalan ya!"
"Kau juga!" kataku sambil melangkah menjauh dari perputaskaan.
Malam ini terasa agak hangat. Walaupun tidak terlalu hangat tapi tidak dapat dikatakan dingin juga. Selain itu, aku merasa lelah sekali hari ini, jadi tidak terlalu memikirkan cuaca dingin atau hangat sekarang. Satu-satunya hal yang berputar di kepalanya adalah kasur di rumah. Kepalaku sudah berat, dan mata nyaris menutup, seolah tubuhku ini menuntut segera beristirahat.
Drrrttt drrrttt
Ponselku bergetar pas sekali saat bis datang di depanku ini. Aku baru bisa melihat ponsel saat sudah duduk di dalam bis.
"Ya?"
"Na Byul-ah. Kau bisakah membantuku?"
Keningku berkerut bingung, siapa yang menelepon semalam ini. Dan ternyata itu suara Yoo Bin.
"Apa?"
"Bisakah kau menjawab sendiri pertanyaan mengenai dirimu?"
"Eh? Maksudnya? Siapa yang bertanya?"
"Seok Jin."
Lagi-lagi manusia itu. Kenapa manusia itu seperti tidak bisa meninggalkan dirinya sendiri ya? Kerjaannya mengganggu terus.
"Oppa, bilang saja kau tidak tahu. Kalau dia penasaran, suruh dia bertanya langsung padaku. Walaupun aku ragu dia cukup berani untuk itu."
"Baiklah. Maaf mengganggumu malam-malam."
"Tak apa."
Yoo Bin menutup telepon dengan cepat, mungkin merasakan ketidaknyamananku. Aku mendesah panjang. Lagi-lagi, Seok Jin. Pria itu tak pernah berhenti mengganggu.
Aku tak habis pikir. Kenapa Kim Seok Jin ini selalu mengganggunya ya? Kenapa ia terkesan begitu penasaran terhadap dirinya?
"Merepotkan sekali."
***
Sejujurnya, tidurku masih terasa kurang. Karena entahlah, mungkin karna aku menghadapi orang yang merepotkan kemarin -Kim Seok Jin- jadinya energiku terkuras banyak mungkin ya. Saat aku bangun pagi ini, mataku serasa tidak ingin terbuka. Sekujur tubuhku terasa tidak bertenaga. Lemas gitu.
Tapi aku harus bersiap, karna mau ke rumah sakit lagi menemui Nara, keetulan hari ini aku libur dan Nara ada jadwal kemoterapi juga. Jadi aku bisa menemaninya untuk kemoterapi.
Segera setelah aku selesai bersiap, aku langsung bergegas pergi ke rumah sakit. Lebih cepat sampai, lebih baik.
Karna terlalu lelah dan lama menunggu bis, yah, pada akhirnya aku memilih untuk membawa mobilku saja. Aku punya mobil, hanya saja jarang dipakai karna terlalu malas menyetir mobil dan beradu di jalanan yang macet. Jadi aku lebih suka naik kendaraan umum saja.
"Eo, Nara-ya. Aku sudah mau sampai rumah sakit. Kau tunggu sebentar ya!"
"Tak apa. Pelan-pelan saja. Disini ada eomma-ku juga."
"Baiklah. Sebentar ya!!"
Ting!
Pintu lift terbuka begitu sampai di lantai basement tempat semua mobil terparkir dengan rapi. Kakiku langsung bergegas melangkah keluar dengan cepat menuju mobil karna sebenarnya ini sudah mau telat.
"Hai!"
Heok! Jantungku rasanya seperti berhenti saat seorang lelaki tiba-tiba melompat keluar dari mobil sebelah mobilku terparkir. Tubuhku spontan melangkah mundur, dan nafasku tertahan sesaat. Jantungku berdebar kencang, antara kaget dan kesal.
"Kau?!" Mataku membulat memelototi manusia yang sedang menyengir dengan topi dan kacamata di depanku ini. "Sedang apa kau disini?" ujarku sambil terus berjalan dan mencari kunci di tasku untuk membuka pintu mobil, yang entah kenapa malah sedikit sulit dicari saat ini. Apakah aku meninggalkannya di atas? Sepertinya tidak, karna tadi sebelum aku turun, aku sudah memasukkannya ke dalam tas, kok.
"Aku sedang main ke rumah Yoo Bin hyung, lalu melihatmu keluar dari lift."
Hah. Manusia ini sepertinya memang niat sekali untuk menggangguku.
Eo? "Chajattda!" Ternyata aku menaruhnya dalam dompet. Huft. Benar-benar memang Kim Na Byul. "Yauda pergi saja. Jangan menggangguku." Pintu mobilku sudah ingin kututup saat si Seok Jin ini malah menahan pintuku, membuatku mendengus kesal sekali. Aku sudah telat, kenapa manusia ini malah menggangguku sih.
"Kurasa, mengikuti kau jauh lebih seru daripada sekadar main ke rumah hyung. Siapa tahu kau butuh teman di perjalanan?"
"Aku sibuk. Bisakah kau pergi saja? Atau lebih baik kau naik sekarang."
Ku kira si artis ini tidak akan naik ke mobil, tapi ternyata dia malah naik, membuatku terheran-heran sebentar melihat manusia ini yang duduk di sampingku. Aku buru-buru menyalakan mesinku dan hendak menginjak gas, sebelum akhirnya Yoo Bin muncul di depan mobilku.
Dug dug dug.
Telunjuk Yoo Bin menunjuk seseorang yang duduk di sebelahku ini, menggerakannya maju mundur, memanggil Seok Jin ini untuk keluar. "Jinpakha, keluar sekarang kau."
Aku menoleh ke sampingku ini dan menatapnya kesal, "cepat keluar dan jangan menggangguku. Bisa?"
Seok Jin akhirnya membuka pintu mobil dan keluar. Aku masih dapat mendengar samar-samar Yoo Bin mengomelinya karna sembarangan saja naik ke mobilku tanpa memikirkan akan ada rumor nantinya atau tidak. Tapi aku tidak ada waktu untuk mendengarkan itu semua. Aku langsung menginjak gas kencang, melaju di jalan raya menuju ke rumah sakit, beradu dengan banyaknya mobil.
***
"Eomeonim." Melihat mamanya Nara sudah duduk di depan pintu rawat inapnya Nara, sepertinya temanku itu sudah terlebih dahulu masuk ke ruang kemoterapi.
Mamanya menoleh ke arahku dan tersenyum hangat. Tanganku menyalimnya dan ikut duduk di sampingnya. "Tadi Nara sempat bertanya apakah kau sudah sampai atau belum. Dan dia sedikit khawatir sebelum masuk ke ruang kemo," ujarnya saraya tersenyum.
"Nara.. Anak yang kuat kok, Eomeonim."
***
Kim Seok Jin
"Ya! Kau ini memang tidak ada takutnya ya?!"
Sedari tadi Yoo Bin sudah berceloteh panjang lebar karna aku masuk ke mobil Na Byul tadi. Sudah sekitar 10 menit sepertinya sejak aku duduk di kursi penumpang mobil ini, dan omelan itu masih terdengar.
"Ani.. Hyung, aku kan sudah melihat kiri kanan juga sebelum naik. Dan terlihat aman-aman saja."
"Tetap saja. Harusnya aku tidak membiarkanmu membujukku untuk membiarkan kau yang datang ke apartemenku tadi." Aku hanya menggaruk tengkukku karna tidak bisa membantah lagi. "Sudah, kau bisa turun. Ingat langsung ke ruangan CEO Kim ya. Aku memarkirkan mobil dan menunggu di luar."
"Baiklah."
Sesuai 'suruhan itu', aku melangkahkan kakiku kearah ruangan CEO, sambil sesekali tersenyum saat melewati orang-orang.
Tuk tuk
"Masuklah."
Waw. Ada apa ini. Sepertinya bukan hanya aku saja yang dipanggil ke ruangan CEO ini. Ada kepala tim A yang bertugas untuk urusanku salah satunya dan beberapa artis lainnya.
"Duduklah dulu."
"Ada apa?"
Kepala tim ku itu menyodorkan 3 naskah drama yang sepertinya ditawarkan kepadaku kali ini. "Tim kami sudah membaca banyak naskah yang ditawarkan kepadamu, dan dari 15 naskah tersebut, tiga naskah ini lah yang paling cocok dengan baewoo-nim."
Kepalaku mengangguk-angguk dan berdecak pelan, "baiklah. Ada lagi?"
"Tidak ada. Tapi, dipertimbangkan saja baik-baik dulu." Aku mengangguk paham.
"Kalau begitu, aku pamit dulu. Aku masih perlu shooting pakaian."
***
Cekrek. Cekrek.
"Bagus. Coba tatapan yang santai sedikit, Seok Jin-ssi," ujar sang fotografer yang mengarahkan pose untuk pemotretan kali ini.
Aku mencoba berbagai pose yang akan terlihat cocok dengan pakaian ini.
"Bagus. Bagus." Fotografer berhenti sejenak, melihat kameranya. "Baiklah. Istirahat dulu sebentar. Siapkan pakaian terakhirnya juga."
Akhirnya.
Aku duduk di kursi tunggu sementara cordi dan makeup noona datang ke arahku. Membenarkan makeup dan pakaian selanjutnya yang akna aku pakai.
"Hahhh." Yoo Bin memberikanku tumbler minumanku yang ku terima dengan helaan napas.
Beberapa menit sekali aku menghela napas. Aku sangat penasaran kenapa Na Byul begitu tidak suka denganku. Apakah aku pernah berbuat salah sebelumnya ke dia?
Yoo Bin meminta noona-noona itu untuk pergi dulu sementara dia menoel pundakku. "Kau ada apa lagi?"
"Hyung. Kenapa Na Byul sepertinya benci sekali denganku?"
Kali ini, helaan napas bukan terdengar dariku, tapi dari Yoo Bin. "Dari tadi kau menghela napas karna itu?" Aku mengangguk. "Apakah kau tidak cukup ditolak berteman dengan Na Byul kemarin itu? Kau masih ingin berteman dengannya lagi?" Aku mengangguk lagi.
"Aku penasaran sekali kenapa dia sebegitu tidak sukanya denganku. Apakah aku seburuk itu? Aninde. Orang-orang suka denganku, kok."
Yoo Bin menggeleng-geleng kepalanya, entah kenapa. "Neon stalker-nya?"
"Ha?? Engga! Aku Cuma penasaran, kok."
Beneran. Aku cuma penasaran.
[TBC]
-------------------------
18 September 2024
hadir lagiii hehehehe semoga kalian suka yawww. ditunggu kelanjutan cerita merekaa wkkwkw
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro