Bab 11[REPOST]
Dress hitam panjang half soulder dengan belahan satu jengkal di atas lutut melekat sempurna menampilkan lekuk tubuh Jana yang sudah siap mengisi sesi live kedua. Namun sebelumnya Jana melakukan sesi photoshoot untuk dokumentasi dan iklan banner di website.
Kalau di sesi live yang pertama tadi Jana sibuk mengendalikan kegugupannya sendiri, kali ini fokusnya berbeda. Sesekali matanya tertuju pada Prasa dengan sederet pertanyaan di otaknya. Whats wrong with him? Beberapa kali Prasa terang-terangan bersikap posesif pada Jana. Ini bukan lagi mengarah pada professionalitas. Akan tetapi menurut Jana lebih condong ke personality. Dan apa alasannya? Beberapa kali Jana bertemu langsung dengan manik mata laki-laki itu, tajam dan mengancam. Sementara Jana hanya membalasnya dengan dengusan. Terdengar di depan sana seorang host memanggilnya untuk inframe.
"Baik, kita akan ngobrol-ngobrol sebentar dengan salah satu punggawanya DeGantium dan sekaligua memperkenalkan model pria perdana DeGantium. Kalian bisa mengajukan pertanyaan di kolom chat live. Selalu ya, jangan lupa follow dan tap love. Di pertengahan live nanti akan ada give away voucher belanja di DeGantium. Ayo, ayo, kapan lagi DeGantium hujan voucher dan hadiah. Oke, next, kita sambut Ibu Janarie Lukito. Dan tentu kalian sudah nggak asing lagi kalau dengar kata DeGantium pasti keingat sama sosok cantik yang bikin karya-karya desainer kita jadi kebanjiran orderan. Kemudian ada Rajendra Prasa. Mas Prasa ini paket komplitnya Bu Jana. Ganteng banget nggak sih? Model pria pertama yang nantinya akan mengisi hari-hari kalian di live seasonnya DeGantium!"
Empat sofa sudah tersedia di studio live tersebut. Dari pantauan sudut mata Jana, viewers meraih kepala 2jutaan. Benar-benar meledak, diluar perkiraan. Seluruh anak IT bekerja keras memantau event ini jangan sampai kacau di tengah jalan. Di atas box kaca sana seorang Darren berdiri serius menonton event ini. Tempat dimana ia biasa sidak setiap kali, memantau para model melakukan tugasnya. Dan kini keadaan berganti dirinya yang sedang di pantau oleh sang kepala suku. Demi event ini dia rela turun langsung, menyerahkan sebagian pekerjaannya pada Tiran sebagai wakil CEO.
Sekilas Jana memberikan senyum sebelum duduk di sofa sesuai arahan sang host. Setelahnya ada Prasa yang turut duduk tepat di sisi Jana.
"Bagaimana? Bisa diceritakan konsep dari event valentine ini? Dan mengapa memutuskan untuk tidak mengambil model dari luar? Karena kan biasanya setiap perusahaan pasti akan menampilkan apa yang sedang hits atau viral." seorang host memberinya pertanyaan pertama setelah sedikit berbasa-basi bertanya kabar pada Jana.
"Baik. Awalnya seperti tahun-tahun lalu, DeGantium selalu mengadakan event. Kesuksesan demi kesuksesan, akhirnya tahun ini kita memutuskan untuk membuat sesuatu yang beda. Sekaligus semacam syukuran karena saat ini kita bisa memenuhi masukan dari teman-teman untuk membuka fashion pria. Selama ini fokusnya kan kita untuk wanita saja nih. Nah setelah beberapa kali pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk menarik model yang beruntungnya lagi jadi rebutan. Udah gitu tanpa agency. Model dan juga atlet Taekwondo. Wahh, pertama dengar agak ngeri juga. Tapi waktu ketemu pertama kalinya, kami langsung oke," jawab Jana melemparkan tatapan pada laki-laki di sampingnya yang kemudian dibalas dengan senyum menawan. Paling menawan apalagi setelan jas hitam mendukung semua penampilannya.
"Nah, untuk konsepnya. Kiblatnya kali ini dari kami sendiri. DeGantium kan istilahnya saat ini bersyukurnya menetap di puncak. Sudah mapan, sudah bukan bayi yang baru merangkak lagi. Konsepnya ini kita ambil, kita yang mendewasa. Elegan, mature. Kebetulan ada Mas Digtya yang konsep rancangan busananya apa yang kita mau. Kita ambil dia selain karena konsepnya sesuai, juga kita punya tujuan sendiri. Kalau bukan dari kita yang menyediakan wadah untuk desainer lokal berkembang, siapa lagi? Harapannya, jika memang bisa, setelah di DeGantium dia akan berkembang besar. Kemudian untuk modelnya kenapa saya sendiri? Ini saya mengajukan juga ke Bapak lho kenapa kok saya?" jawab Jana diakhiri dengan tawa renyahnya. Di sini, hilang sudah semua kegugupannya. Ia seperti mendapatkan semua keberanian dan rasa percaya dirinya.
"Oya? Terus apa tanggapan Bapak?"
"Pak Darren, ijin menjawab ya?" ucap Jana terkekeh, melemparkan tatapannya pada Darren. Dilihatnya Darren menjawabnya OK dengan kode tangannya.
"Jadi, kata Bapak waktu itu, Jana, kita bisa aja ambil dari luar. Tapi saya nggak mau. Saya mau orang-orang tahu, ini lho DeGantium. Se-special itu DeGantium buat kami. Sampai-sampai kita ambil jalur penuh resiko ini."
Jawaban Jana membuat dua host yang mengisi acara berdecak kagum. Jawaban cerdas dari Darren kala itu yang sama sekali tidak pernah terpikir olehnya.
"Saya boleh buka jas?" ucap Prasa memecah suasana. Sontak semua mata tertuju padanya. Pun sama dengan Jana.
Tatapannya pada Prasa bernada Kenapa? Ada apa? Kamu mau membuat acara ini berantakan kah? Namun seorang host dengan cepat mempersilakan Prasa. Laki-laki itu mengangguk, berkata terima kasih sambil membuka jas hitamnya menyisakan kemeja putih kerah sanghai layer hitam di kerah. Tanpa banyak bicara, tangannya membentangkan jas hitam itu kemudian melabuhkan di paha Jana yang memang terekspos dengan sangat jelas.
Apa yang dilakukan Prasa membuat Jana menahan napas. Ini entah sudah keberapa kali Prasa melakukan itu tanpa alasan yang jelas. Sementara bagi yang lain termasuk dua host yang memandu acara, apa yang dilakukan Prasa malah menghadirkan respek yang luar biasa. Orang-orang lantas memberinya tepuk tangan di luar konteks menutupi model pakaian yang sedang dipertontonkan.
"Thats so sweet! Nggak salah DeGantium ambil tema Romansa In Frame! Atau jangan-jangan beneran ada romansa terselubung di dalam frame ini?" seorang host melemparkan godaan yang menurut Jana, setelah ini malah akan menegaskan rumor yang merebak di DeGantium.
"Wow! Prasa kamu banyak dapet love dari viewers!"
Sementara Prasa tersenyum lebar. Kehadiran model baru itu mendapatkan perhatian lebih. Di luar prediksi, acara Q and A malah jadi lebih panjang dari durasi yang sudah ditentukan. Lewat dari jam makan siang, Jana baru selesai sesi live yang kemudian dilanjut dengan sesi live para model seperti biasanya.
Begitu keluar dari studio, Jana menyandarkan tubuhnya di dinding, menghirup banyak-banyak udara. Hawa panas pun kini terasa sudah membakar tubuhnya seiring dengan rasa lega sudah menuntaskan sebagian tanggungjawabnya. Kakinya sedikit tertatih menuju ke Lift.
"Jana!"
Sial! Kenapa dia lagi? Lenguh Jana tanpa berniat menoleh atau berhenti. Namun langkahnya kalah dengan langkah lebar laki-laki itu.
"Mau kemana?"
"Ke ruangan saya. Kenapa?"
"Nggak bagus berkeliaran kayak gini. Aku kan udah bilang, kamu nggak tahu apa yang ada di otak laki-laki lihat kamu kayak gini," ucap Prasa sambil menutupi belahan paha Jana dengan Jas kemudian mengaitkan lengan membuat simpul di pinggang ramping Jana.
"Prasa, stop. Kamu nggak perlu kan begini. Kamu pasti tahu rumor yang lagi wangi di sini."
"Nggak tahu dan nggak mau tahu," jawabnya singkat kemudian melenggang pergi.
Jana hanya mendesah singkat. Lagi, laki-laki itu tidak bisa diprediksi serangan dan gerakannya. Sesaat pintu lift terbuka. Jana melangkah masuk, masih dengan setumpuk dugaan untuk Prasa. Laki-laki yang sudah menghebohkan jagad live beberapa menit lalu.
"Feb?" panggil Jana sembari membuka pintu ruangannya. Tangannya segera melepas Jas yang mengait di pinggangnya.
Febi mengangkat wajah, cukup terkejut karena bosnya kembali ke ruangannya padahal event belum selesai. Dia segera beranjak mengambilkan minuman jus dari lemari pendingin mungil di sudut ruangan untuk Jana yang sudah menghempaskan tubuhnya di sofa. Terlihat cukup lelah.
"Kamu udah dapat apa yang saya suruh cari belum?" tanya Jana seraya menerima sebotol jus dari tangan Febi.
"Sudah, Bu. Ibu mau saya bacakan apa baca sendiri?"
"SS ke saya aja. Nanti malam saya baca sendiri. Makasih ya, Feb. Gimana Geiz bisa ngerjain nggak?"
"Bisa, Bu. Masih sedikit meraba. Barusan Mbak Lely ke sini."
"Oke, makasih ya, Feb. Saya boleh minta tolong lagi nggak?"
"Boleh dong, Bu."
"Office girl siapa hari ini?"
"Mbak Yani."
"Bilang ke dia, tolong bikinin teh saya. Boleh ya?"
"Baik, Bu."
Jana tersenyum tipis kemudian merebahkan tubuhnya ke sofa. Untuk hari ini dia merasa lebih lelah dari biasanya. Kurang tidur sudah pasti. Belum lagi menahan semua kegelisahan dan ketakutannya. Takut acaranya gagal. Dan saat ini acaranya sudah sukses dia bawakan sebagian. Rasanya tubuhnya kali ini hanya daging tanpa urat dan tulang.
"Ibu mau ijin pulang aja atau gimana?"
"Belum selesai, Feb. Nanti malam masih ada gala diner. Saya ke sini biar nggak pusing amat. Maaf ya, ganggu kerja kamu."
"Nggak apa-apa, Bu. Saya cuma takut nanti ibu sakit."
"Saya masih oke kok."
"Jana!"
"Bapak, Bu."
"Bukain aja nggak apa-apa."
Benar. Darren bergegas masuk dengan berapi-api begitu Febi membukakan pintu. Jana mengangkat sedikit tubuhnya, hanya bersandar pada tumpukan bantal sofa. Dia melihat wajah sumringah dari Darren yang segera duduk di sudut kanan Jana.
"Kenapa?"
"Saya udah bilang kalau kamu yang bawain ini pasti pecah. Sukses pakai banget. Apalagi waktu Prasa buka jasnya buat kamu. Followers kita meledak dong. Omset, jangan ditanya lagi. 300%," ucap Darren dilengkapi dengan kedipan mata untuk Jana.
"Bu Jana memang kenapa Pak?" tanya Febi menginterupsi.
"Nanti kamu nonton sendiri di kategori tayangan ulang ya. Saya nggak salah ambil judul memang. Romansa in Frame."
"Oh, apa ini ada hubungannya dengan bunga aster?" tanya Febi dengan polosnya. Sontak Jana terbangun, memberinya tatapan peringatan. Kan saya bilang jangan keceplosan!
"Bunga Aster?" tanya Darren tidak mengerti
"Nggak. Saya minta tolong sama dia hadiah buat mama saya ulang tahun," jawab Jana dengan cepat sebelum Febi keceplosan lagi. Apalagi kalau Darren sudah memberinya tatapan penuh selidik. Hanya lewat tatapan saja, seorang Febi bisa bicara apapun tanpa sensor.
***
Tbc
Aku lagi pengen yang manis-manis buat sarapan. Kalian belum gumoh kan? Kalau udah kasih tau ya biar nanti ada pait paitnya dikit 🤣🤣🤣
Selamat hari selasa, jangan nelangsa sama asa yang belum juga jadi nyata.
11 January 2022
Salam,
S Andi
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro