SMA
Saat itu, Hanako beserta sahabat-sahabatnya dan pacar mereka berkumpul di rumah Akashi, di malam setelah upacara kelulusan.
"Nii-chan, kita mau kumpul dimana?" tanya Hanako ketika mereka tiba di istana milik Akashi.
"Kumpul saja di kamarku," Akashi menyerahkan jas nya pada butler pribadinya yang bernama Kai.
"Oh ya Kai, siapkan camilan dan minuman. Antar ke kamarku," ucap Akashi.
Kai menundukkan sedikit kepalanya, tanda hormatnya pada tuan mudanya, "baik, tuan muda. Saya permisi dulu."
Sebelum Kai benar-benar pergi, ada seseorang yang merangkul bahunya, "Kai, bawakan yang biasa ya, untukku," Hanako mengedipkan sebelah matanya yang hanya ditanggapi sebuah anggukan oleh Kai. "Saya permisi dulu, nona." Hanako langsung melepaskan rangkulannya setelah Kai meminta izin untuk permisi.
Setelah Kai pergi, Midorima langsung menarik tangan Hanako, hingga tubuh gadis itu menempel dengan Midorima, "tidak bisakah kau bersikap seperti wanita dewasa, nanodayo? Kau itu sudah mau SMA, hilangkan sifat genitmu itu nanodayo," bisik Midorima tepat di telinga Hanako. "Dan bukannya aku peduli padamu, nanodayo," lanjutnya.
Hanako menggedikkan bahunya dengan cuek. Selalu saja begitu, pikir Hanako. Tanpa memedulikan Midorima, Hanako langsung masuk ke dalam rumah Akashi. Untuk mencari perlindungan, Hanako langsung menggandeng tangan kanan Akashi yang di sebelah kirinya Akashi ada Airi yang dirangkul mesra oleh Akashi. Kalau sudah begini, ia bisa terbebas dari rasa cemburu Midorima yang menurutnya abstrak itu.
Midorima hanya bisa menelan rasa kesalnya seorang diri saat melihat Hanako menggandeng lengan Akashi. Bahkan, terkadang hati kecilnya suka berkata, kalau Hanako dan Akashi itu sangat cocok jika menjadi sepasang kekasih.
Akashi yang memiliki kriteria wanita yang bermartabat, serta Hanako yang memiliki kriteria pria yang punya aura kepemimpinan yang tinggi. Akashi dan Hanako terlihat saling melengkapi. Sial! Setiap ia melihat kesempurnaan Hanako saat bersanding dengan Akashi itu selalu membuat emosi Midorima naik.
"Midochin kenapa mukamu jelek sekali?" Tanya Murasakibara saat pria itu, beserta pacarnya berjalan di sebelah Midorima.
"Berisik kau, Murasakibara-kun," ucap Midorima dengan sebal.
Menyadari ada yang tidak beres dengan Midorima, Mayumi langsung tersenyum penuh arti, "jangan bilang, kalau kau barusan cemburu," Mayumi nenatap penuh selidik ke arah Midorima.
"Cemburu? Cih, yang benar saja, nanodayo."
Mayumi tidak percaya jika Midorima saat ini merasa tidak cemburu. Sekarang Mayumi malah menertawakan sikap bodoh Midorima, "hahaha, kau itu ya, tidak pernah bisa berubah," Mayumi menggeleng-gelengkan kepalanya disela tawa kecilnya. "Jangan sampai kau menyesal karena sifat tsundere mu itu, Mido-kun," lanjut Mayumi sedikit menasehati.
"Kau itu apa-apaan sih, Mayumi-san. Aku tidak tsundere, nanodayo," Midorima mengucapkannya sedikit ketus. Hal itu membuat Mayumi tersenyum penuh arti lagi pada Midorima.
"Sudah Himechin, jangan melihat Midochin seperti itu lagi," ucap Murasakibara saat ia telah duduk di sofa besar yang ada di kamar Akashi. Murasakibara langsung menarik pinggang Mayumi, hingga gadis itu terduduk diatas pangkuan Murasakibara.
Gadis itu memukul pelan dada Murasakibara, "ish, malu mura-kun. Banyak orang," bisik gadis itu, walau bisikannya masih terdengar oleh Midorima.
Midorima duduk di ujung sofa sebelah kiri. Sementara yang lainnya duduk menyebar di ruangan itu. Ada yang duduk di sofa, kursi, kasur, jendela, dan ada yang duduk di meja kerja Akashi. Hanya meja besar di tengah ruangan yang tidak diduduki oleh orang-orang yang ada disitu.
Tiba-tiba Hanako duduk di atas pangkuan Midorima yang membuat Midorima sedikit terkejut, tapi rasa keterkejutannya langung ditutupi.
"Mau green tea?" Hanako menawari Midorima dengan senyum tipis yang terlihat menawan dimatanya. Perlakuan manis Hanako berhasil membuat wajah Midorima memerah.
Midorima membuang pandangannya ke arah lain. "Untukmu saja, nanodayo."
"Tapi bukankah sejak tadi kau belum minum apapun? Minumlah... walau hanya sedikit," Hanako menyerahkan gelas green tea nya pada Midorima.
Akhirnya, mau tidak mau, Midorima meminumnya juga. Kalau perkataan Hanako tidak dituruti segera, ia akan semakin merajuk seperti anak kecil. Dan itu selalu membuat Midorima sebal. Sebal karena sikap kekanakan Hanako dapat membuat debaran jantungnya semakin cepat.
"Nah... begitu dong," Hanako tersenyum manis, lalu mengambil gelas Midorima yang sudah diminum sedikit. Ia letakkan gelas itu di meja besar yang ada di depannya. Lalu duduk bersandar di dada bidang milik Midorima.
Dengan duduk di pangkuannya Midorima, dan bersandar di dada bidangnya, Hanako bisa merasakan debaran jantung Midorima yang begitu kencang.
"Hanako-cchi, setelah ini kau mau masuk ke SMA mana-ssu?" Tanya Kise yang duduk bersender di meja kerja Akashi. Sementara Akashi duduk di kursi kerjanya dengan Airi yang berada di pangkuan Akashi.
"Aku ya?" Hanako malah balik bertanya pada Kise yang ditanggapi anggukan semangat dari Kise. "Aku mau masuk SMA yang dekat dengan rumahku sajalah. Paling aku akan masuk Seirin," jawab Hanako dengan enteng yang mendapat pelototan dari pria yang ia sandari.
"Yah, yah, Hanako-cchi jangan masuk Seirin dong-ssu..." ucap Kise sedikit merajuk. "Hanako-cchi masuk Kaijou saja ya-ssu..." pinta Kise.
Hanako menggeleng pelan, "tidak ah, aku malas. Lebih dekat Seirin, daripada Kaijou," tolak Hanako halus.
Kise langsung berjalan menghampiri Hanako, lalu duduk di lantai, tepat di depan Hanako sambil menggenggam kedua tangan Hanako.
Midorima yang menyaksika hal itu langsung kesal. Bahkan wajahnya sekarang telah memerah karena menahan amarah, "ngapai kau pegang-pegang tangan Hanako seperti itu, nanodayo? Kau seperti pengemis saja nanodayo," ucap Midorima langsung menusuk ke hati Kise.
"Midorima-cchi... hidoi-ssu..." Kise memasang wajah sedihnya. "Iya, aku memang sedang berperan sebagai pengemis-ssu... lebih tepatnya, aku sedang mengemis pada Hanako-cchi, agar ia mau masuk Kaijou-ssu..." Kise menarik-natik tangan Hanako dengan manja, layaknya anak kecil meminta permen pada ibunya.
"Memangnya kalau aku masuk Seirin kenapa?" Tanya Hanako.
Kise memasang wajah sedihnya, "kalau Hanako-cchi masuk Seirin, Emi-cchi tidak akan mau masuk Kaijou-ssu..."
Hanako tersenyum manis yang membuat Kise merasa sedikit lega, karena sepertinya Hanako akan mengabulkan permintaannya, "itu sih deritamu, Ki-chan," ucapan yang keluar dari mulut Hanako memang manis, tapi kata-katanya sungguh menyakitkan.
"Hwaaa!!! Hanako-cchi jahat-ssu..." Kise langsung nangis bombay mendengar perkataan Hanako. "Hanako-cchi harus masuk Kaijou-ssu... gak mau tau-ssu..." Kise menarik-narik tangan Hanako.
"Tidak Ryouta, Hana-chan akan masuk Rakuzan," Akashi berucap dengan mutlak.
"Heh!? Tidak bisa begitu dong, akashi-cchi..." protes Kise.
Akashi langsung menatap Kise dengan tatapan yang mematikan, "tidak bisa, Hanako-chan harus masuk ke SMA Rakuzan, dan ucapanku barusan sudah tidak dapat diganggu gugat lagi!" Tegas Akashi.
Hanako langsung bangkit dari duduknya, begitu juga dengan Kise, "tidak bisa begitu, onni-chan," protes Hanako yang langsung mendapat anggukan setuju dari Kise.
"Iya, Akashi-cchi tidak boleh egois seperti itu-ssu... Hanako maunya masuk Kaijou."
Akashi langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Hanako dan Kise. "Kau berani menentangku, Ryouta?" Walaupun badan Akashi lebih pendek dari Kise, tapi hal itu tetap tidak berpengaruh. Kise langsung merinding ketakutan seperti itu dipandangi oleh Akashi.
"Ti-tidak Akashi-cchi..."
Akashi langsung mengalihkan pandangannya pada Hanako, "kau, nona Tomoko, harus masuk ke Rakuzan. Tidak ada penolakan lagi, nona."
"Tidak bisa begitu Akashi-kun," tiba-tiba saja Kuroko sudah berada di sebelah Akashi. Hal itu membuat Akashi dan Kise kaget bukan main. "Kalau Hanako-chan mau masuk Seirin, ya biarkan saja. Itu kan pilihannya."
"Kau sih akan menang banyak, Kuroko-cchi. Soalnya kalau Hanako-cchi masuk Seirin, otomatis Hikari-cchi masuk Seirin-ssu..." dumel Kise.
"Pokoknya, Hana-chan harus masuk Rakuzan!" Tegas Akashi tidak menerima penolakan.
Hanako memandangi Midorima denhan tatapan memelasnya, berharap pria itu akan menyelamatkannya dari pertikaian yang membuatnya sakit kepala.
"Masuklah ke Shuutoku," ucap Midorima. Bukannya membantu Hanako, Midorima malah semakin menambah maslahnya.
Dengan perasaan kesal, Hanako berucap sedikiy teriak, "sekeras apapun kalian merayuku, aku akan masuk Seirin!" Setelah berkata seperti itu, Hanako langsung pergi meninggalkan ruangan itu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro