Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

✉ 1 ✉

Felix keluar dari mobil Toyota Alphard berwarna silver bersama dengan Jeno, saudara tirinya. Felix melangkahkan kaki memasuki area sekolah dengan langkah cepat-cepat, meninggalkan Jeno yang tertinggal jauh di belakangnya.

Begitulah Lee Felix, siswa SMA Tunas Bangsa kelas XI IPS 4, yang tidak menyukai saudaranya itu. Dia tidak akan mau di dekat Jeno, kecuali jika dalam keadaan terpaksa.

Jeno sudah tertinggal jauh di belakangnya, kini langkah kakinya mulai santai. Felix memandang lurus ke depan. Dia melihat punggung seseorang yang sangat familiar baginya, berjalan sepanjang koridor. Sudut bibir Felix terangkat, kemudian dia berlari mendekati cowok itu. Semakin dekat, lalu ia merangkul cowok itu. Yang dirangkul sontak kaget. Diliriknya Felix dengan penuh tanda tanya dan dahinya berkerut. Dia adalah Han Jisung atau kerap dipanggil Jisung, sahabatnya Felix.

Jisung mengibas tangan yang merangkul di lehernya. “Kebiasan deh ngagetin gue!” ketusnya tampak sebal.

Felix hanya tersenyum dan mereka berjalan santai menuju kelas sambil berbincang-bincang.

“Lu udah selesai PR MTK?” tanya Felix mengharapkan sesuatu.

“Udah. Kenapa? pasti lu mau pinjam ya?” Jisung menebak.

“Hehe, tau aja lu,” jawab Felix sambil terkekeh.

Jisung memutar bola matanya, kemudian jalan dengan langkah panjang-panjang meninggalkan Felix yang masih senyum-senyum tidak jelas. Felix tersadar bahwa dia ditinggalkan. Dia mengejar Jisung. Setelah dekat, dia memohon dipinjamkan buku PR. Berbagai cara Felix lakukan, dari aegyo, gelitikin Jisung, sampai memeluk sahabatnya. Jisung merasa risih dengan tingkah konyol sahabatnya itu. Dia juga tidak tega. Dengan pertimbangan yang tidak matang, dia mengizinkan Felix menyontek tugasnya.

“Ok. Gue pinjamin. Please, lepasin gue. Malu tau diliatin orang. 'Ntar dikira gue meho, terus nggak ada cewek yang mau sama gue gara-gara lu,” ucap Jisung seraya mencoba melepaskan pelukan Felix yang bisa dibilang cukup kuat.

Felix mendengar itu langsung melepaskan pelukannya. Dia terkekeh sambil mencubit pipi Jisung gemas.

“Jisungku cowok paling cakep seantero negeri. Terima kasih pake buanyak my best plen,” pujinya jika ada maunya.

Jisung melotot. Pipinya terasa sakit karena Felix merarik lemak itu terlalu kuat.

“Sakit goblok. Felix please, deh! Jangan kayak gini di muka umum. Gue malu.” Jisung mulai menaikan suaranya. Felix jika gilanya kambuh suka begini dan dia menjadi sasarannya.

“Sorry.” Felix sedikit menunduk dengan wajah cemberut.

Jisung menghela napas kasar, lalu masuk ke kelasnya. Felix menaikkan wajahnya dan mengikuti Jisung.

Felix duduk di sebelah Jisung. Jisung duduk di kursinya. Dia langsung mengeluarkan buku tulis dari ransel hitamnya, lalu dilemparkan ke meja Felix.

Felix tersenyum lebar sambil mengambil buku yang mendarat di mejanya. Ketika memeriksa isi yang ada di dalam tasnya, buku PR-nya tidak ada. Dia menepuk jidatnya, karena teringat bahwa buku itu di loker. Dia bergegas lari menuju loker untuk menjemput bukunya.

Felix sudah tiba di depan loker yang berada di depan kelasnya. Dia membuka kode gembok lokernya. Setelah terbuka, ditariknya gagang plastik tersebut. Tampaklah tumpukan buku-buku yang tidak rapi seperti tumpukan sampah. Dia menarik salah satu buku bersampul biru dan saat itu juga sebuah amplop  merah muda mendarat di sepatunya.

Felix jongkok, tangan kanannya masih memegang buku. Diopernya buku itu ke tangan kirinya. Dia mengambil amplop itu, lalu kembali tegak. Dibukanya isi amplop itu dan membaca coretan tinda di kertas putih.

Hai Felix
Semoga hari-harimu menyenangkan

Hanya dua baris kalimat. Namun, tidak tertulis siapa pengirimnya. Felix menaikkan sebelah kanan sudut bibirnya sambil berdeham. Tanpa pikir panjang, ia meremas amplop dan juga kertas itu hingga membentuk sebuah bola, lalu melemparnya ke tong sampah yang terletak di sebelah loker tak jauh dari posisinya.  Bola remasan mendarat dengan sempurna di tong sampah. Ia ambil buku yang ia taruh di lokernya, tidak lupa menguncinya, dan kembali memasuki kelasnya untuk melanjutkan aktivitas mencontek sebelum bel berbunyi.

Syukurlah, tugas sudah selesai disalin bertepatan dengan bunyinya bel. Felix melempar buku tersebut ke meja sang pemilik.

“Makasih my plen,” ucapnya tersenyum lebar hingga matanya menghilang.

Jisung memutar bola matanya. “Masama.”

Tak lama Bu Sunmi--guru matematika dengan paras cantik dan masih single--masuk ke kelas XI IPS 4 dengan membawa beberapa buku. Felix yang melihatnya langsung bangkit dari duduknya, berlarian menghampiri guru cantik itu.

“Sini Bu, biar Felix bantu,” tawarnya sembari memegang buku di tangan Bu Sunmi.

Bu Sunmi melotot dan berkata, “Terima kasih Felix, tapi tak perlu. Kamu kembali ke kursi kamu!”

“Ibuk semakin cantik aja. Kenapa belum laku-laku juga, Buk?” goda Felix menyindir dan juga menahan tawanya.

Mendengar ucapan Felix membuat guru cantik itu naik darah. “Felix!!!!” Bu Sunmi meninggikan suaranya.

Seisi kelas hanya menonton aksi Felix. Beberapa mereka tertawa, dan juga ada yang menggeleng-gelengkan kepala. Hal itu sudah biasa terjadi. Karena cowok bertubuh kecil itu sering membuat ulah dengan Bu Sunmi.

Felix tertawa kecil melihat guru kesayangannya itu marah. Dengan cepat ia kembali ke kurisnya. Seolah-olah bukan dia yang bersalah.

***

Di kantin sangat ramai. Felix dan Jisung sedang makan di meja panjang yang hanya muat untuk sepuluh orang semeja. Mereka bergabung dengan anak-anak tak dikenal karena hanya di sana tempat yang kosong. Mereka duduk berhadapan di meja sudut kiri. Felix makan bakso, sedangkan Jisung makan nasi goreng dengan telur mata sapi.

Jisung membuka suara setelah melahap dua suapan makanannya. “Lix. Kira-kira si Nakyung suka nggak sama gue?” tanyanya sembari memegang sendok.

“Nggak tau gue. Coba tanya orangnya,” jawab Felix sambil mengunyah bakso.

“Ya nggak mungkinlah gue tanya sama orangnya. Mau tarok di mana muka gue?”

“Tuh masih di situ.”

Jisung kesal mendengar jawaban dari Felix. Walaupun sahabatnya itu sering membuatnya kesal, tetap saja ia masih berteman dengan Felix. Sudah biasa dan menjadi terbiasa.

Jisung melanjutkan makannya yang sempat terhenti. Seketika Felix yang membuka suara.

“Sung, nanti malem gue ke rumah lu ya?”

“Ok. Kita PS-an ya?”

Felix tersenyum lebar sembari mengangguk dan mengajukan jempol kanannya di hadapan Jisung. “Sipp.”

Felix sering main ke rumah Jisung. Mereka sering menghabiskan waktu bermain PS, bertarung game online, kadang-kadang nongkrong bareng teman-teman yang lain.

.
.
.

Ini Felix

Ini Jisung

Hai guys!!!
Mariz balik lagi dengan cerita baru nih
Kali ini Mariz buat FF
Semoga suka

Jangan lupa votmen-nya
Makasih dah mampir
😄

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro