Part 7
Haiii..
Ad yg nungguin lanjutan ini gak?
Di sini bakal ad yg buat Kara tersenyum loh walaupun dia sebel sma kenyataan gak bsa liburan bareng keluarga 😕
Happy reading
Voment please 😉
______________________________________
Pagi ini cerah tapi suasana hati Karamel tidak secerah hari ini, buktinya adalah wajah yang ditekuk dan tidak ada senyum sejak ia membuka mata. Bahkan ia menyusun baju sambil menggerutu, yang membuat ia kesal adalah baju-baju ini bukan untuk liburan bareng keluarga tapi untuk perjalanan dinas selama 4 hari. Karamel merasa seperti tidak bersahabat dengan kenyataan yang harus dia jalani, ia menarik resleting tasnya dengan kasar sebagai bentuk kekesalannya.
"Sayang, kamu gak boleh gitu. Kita masih punya waktu buat liburan bareng lagi kan, jadi kamu jangan sedih gitu dong. Ayo Mami bantuin ke bawah biar kita sarapan bareng ya, semuanya udah nungguin di bawah." Sahut Rika berusaha menghibur hati putrinya ini, ia tahu apa yang dirasakan oleh Karamel karena semua rencana liburan bareng ini adalah idenya tapi malah putrinya yang gak bisa ikut.
Dengan hati berat Kara melangkahkan kakinya menuju ruang makan ditemani oleh Rika, Kara turun sambil menghentakkan kakinya karena masih tidak terima kalau dia tidak bisa ikut liburan bareng keluarganya dan itu sangat menyedihkan lahir dan batin.
"Dek, tuh muka jelek tau. Pake ditekuk gitu udah kayak setrikaan numpuk loh." Ledek Riris yang risih dengan wajah adik perempuannya itu.
"Apaan sih, Kak. Aku kesal tahu, ish sebel banget deh." Rengek Kara yang masih tidak terima.
"Kamu dinas ke mana, Dek?" tanya Andre yang ternyata sudah datang untuk ikut sarapan bareng dan sekalian pamitan dengan Riris, karena kebetulan dia hari ini harus berangkat ke Manado untuk perjalanan dinas dari kantornya.
"Manado, Kak. Teman kantor yang sama bagiannya dengan aku kecelakaan jadinya aku gantiin dia dinas ke Manado, Kak." Jawab Kara masih dengan nada kesal.
"Ha? Manado, Dek? Kok kita sama ya? Apa kamu perwakilan dari bank swasta untuk perkreditan ya, Dek?" tanya Andre penasaran karena perusahaan mereka di undang untuk bekerja sama dengan salah satu perusahaan manufaktur, dan yang dia tahu juga akan ada salah satu bank swasta yang akan bekerja sama untuk bagian perkreditan produk dari perusahaan manufaktur tersebut.
"Oh gitu, Kak." Balas Kara dengan tidak semangat sama sekali.
"Rafa ikut juga loh, Dek. Dia sebagai direktur utama terjun langsung loh." Andre masih terus berusaha menggoda Kara namun hasilnya nihil.
"Oh." Dan kali ini balasan Kara hanya oh doang dan semua yang duduk di ruang makan ini benar-benar merasakan bagaimana kesalnya Kara saat ini.
"Sayang, kamu jangan gitu dong. Papi janji akan atur waktu lagi buat liburan ya, Nak. Kamu jangan sedih lagi ya, Sayang." sahut Richard ikut angkat suara untuk membantu memberi semangat pada putrinya ini.
"Iya, Dek. Mungkin kalau pas kakak udah nikah ya pasti lebih seru lagi karena Andre bisa ikut sama kita, dan mungkin bisa ngajak Rafa juga loh." Sambung Riris untuk memberi angin segar pada Riris.
"Ide bagus itu, Dek." Andre pun menyetujui rencana Riris, pasti Rafa juga bakal setuju pikirnya.
"Udah deh gak usah bahas itu lagi, Kara berangkat dulu ya karena masih harus ke kantor lagi buat ambil beberapa dokumen." Kara bangkit dari tempat duduknya tanpa semangat sedikitpun, dia pun menyalim tangan semua anggota keluarganya sebelum berangkat.
"Kamu hati-hati ya, Sayang. Jangan cemberut terus dong, Sayang. Ntar jadi gak semangat kerjanya." Sahut Richard yang tidak tega melihat putrinya ini bersedih.
"Iya, Pi. Yauda Kara pamit ya." balas Kara sambil melambaikan tangan lalu keluar dari rumah karena taksi online yang dia pesan sudah tiba.
Sepanjang perjalanan ke kantor kembali lagi Kara melamun dan memikirkan tentang kepergian keluarganya dan entah kenapa ada perasaan berat, 'benar kata papi kalau nanti akan ada kesempatan berikutnya, aku harus semangat untuk kerjaan kali ini dan ini sudah menjadi kewajiban kamu Kara.' Gumam Kara untuk mengingatkan dirinya sendiri agar dia bisa merelakan kalau dia tidak ikut liburan dengan keluarganya.
👣👣👣👣👣👣
Awalnya Kara belum mengetahui kalau bank tempat dia bekerja sedang menjalin kerja sama dengan perusahaan apa, dan saat ini baru dia tahu kalau salah satu perusahaan manufaktur yang sedang berkembang di Manado sedang launching produk baru. Jadi bank swasta tempat Kara bekerja menjalin kerja sama dengan perusahaan itu, karena kantor pusat terbesar ada di Jakarta maka utusan tim dari Jakarta ditunjuk untuk membantu tim yang ada di Manado, dan tidak hanya itu ternyata perusahaan ekspor impor terbesar di Jakarta mendapat undangan untuk kerja sama dengan perusahaan manufaktur tersebut.
Setelah sampai di Manado baru Kara menyadari semua itu dengan melihat Rafa sebagai direktur utama dan Andre juga beberapa rekan mereka datang untuk melihat acara launching secara langsung. Saat acara pembukaan Kara melihat Rafa yang diberi kesempatan untuk memberikan kata sambutan.
Ternyata walaupun harus menjalani dinas tapi Karame sedikit senang bisa bareng dengan Rafa di Manado. Kara baru menyadari ucapan Andre tadi pagi dan baru sekarang dia melengkungkan bibirnya ke atas, dia menghabiskan waktu coffee breaknya di taman dekat aula tempat acara berlangsung selama 3 hari ke depan.
"Hai Kara, gak nyangka kita ketemu di sini ya." sahut Rafael saat coffee break.
"Iya, Kak. Kakak kapan balik ke Jakarta?" tanya Karamel ingin tahu apakah Rafael ikut sampai akhir acara atau hanya ikut acara pembukaan aja.
"Kamu pengennya aku ikut sampai hari terakhir ya?" goda Rafael sedikit kepedean.
"Ikh kamu apaan sih, Kak. Aku kan Cuma nanya doang." Balas Karamel malu-malu.
"Sayangnya besok siang aku udah balik, Kar. Karena kebetulan besok sore ada meeting penting jadi aku harus balik deh." Mendengar ucapan Rafael entah kenapa Karamel merasakan ada sedikit rasa kecewa menyusup di hatinya.
"Oh gitu, Kak. Tapi kak Andre sampai hari terakhir kan, Kak?"
"Iya, dek. Aku sampai hari terakhir kok dan aku dengar-dengar kita satu penerbangan loh pas balik ke Jakarta jadi bisa barengan deh." Bukan Rafael yang menjawab pertanyaan Karamel tapi Andre karena sejak tadi dia emang nguping pembicaraan keduanya.
"Loh kakak kapan ke sini?" tanya Karamel yang baru menyadari kalau ada Andre di belakangnya.
"Sejak tadi, Dek." Jawab Andre menggoda calon adik iparnya ini. "Kakak kan tadinya gak mau ganggu tapi karena nama kakak disebut makanya kakak keluar nimbrung deh." Sambung Andre seraya mencolek lengan Karamel.
"Apa yang buat kakak senang aja deh." Balas Karamel yang kini sudah bisa tersenyum, bagi Andre itu mungkin karena pengaruh ada Rafael. "Yauda aku balik lagi ya, Kak. Udah dipanggil juga tuh." Sambung Kara lalu beranjak dari tempat dia duduk tadi.
"Semangat ya, Kara." Rafael mengacak rambut Karamel lalu mencubit gemas pipi gadis yang sudah mengalihkan dunianya yang sepi.
Andre hanya tersenyum melihat keduanya karena dia merasa ada kecocokan di antara mereka tapi entah kenapa Rafael belum juga berani untuk menjalin hubungan dengan Karamel, bahkan dia merasa kalau Kara sekarang sudah bisa tersenyum karena ada Rafa batinnya. Dan dia juga sudah mengabari Riris kalau kondisi Karamel baik bahkan sudah bisa tersenyum lagi, karena sejak tadi kekasihnya itu khawatir dengan keadaan adiknya. Andre bisa merasakan kedekatan Karamel dengan keluarganya seperti apa, keharmonisan keluarga Wijaya yang membuat dia tidak sabar menjadi salah satu bagian dari keluarga itu.
👣👣👣👣👣👣
Gimana?
Cie ad yg senyum lgi nih 😅
Spoiler : di part berikutnya masih manis" ny kisah Ka_Ra yaitu Kara Rafael 😁
Jgn lupa taburan bintangnya ya plus coment jga ya 😉
Mamaci 😘😘
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro