Part 16
Yuhuuuu 🙆🙆
Siapa yang kangen Ra_Ka? Kita ganti jadi Ra_Ka aja biar enak ya 😊..
Ra_Ka atau Ka_Ra sama" tentang Rafael dn Karamel kok 😅
Siapa yg kangen? Acung yuk 🙋
Maafkan author yg lama tak update tp skrg sdh kmbali normal kok, klo gk ad halangan bakal update tiap hari 😊😉
Ini aku bakal update part yang masih mode on Nangis bombay 😄 (ditimpuk readers)
Oke jgn lupa tinggalkan jejak kalian ya, vote n coments kalian sangat dibutuhkan.
Trims 😉😉
Check it out
______________________________________
Puncak acara pun tiba, Kara juga sudah dibekali asupan gizi dan vitamin supaya kuat sampai acara pemakaman selesai. Ini adalah bagian terberat yang harus di alami oleh orang-orang yang di tinggal pergi untuk selamanya. Saat pendeta membawakan ibadah singkat untuk penutupan peti maka kita tidak lagi bisa melihat wajah orang yang kita cintai itu untuk selamanya karena sudah berbeda dunia dengan mereka.
Setelah di doakan maka Kara terlihat sedikit kuat sejak pagi tadi, tapi semua orang yang kenal dengan Kara bisa merasakan kalau sosok itu akan merasa sedih luar biasa saat peti akan di tutup nanti. Sejak tadi Rafa, Jonathan, Erwin, Dian dan juga Windy berdiri di dekat Kara bersiap jadi penopang untuk Kara.
Benar dugaan mereka semua, saat pendeta mengisyaratkan untuk menutup peti tapi dan Kara menangis histeris, dia yang awalnya terlihat tenang langsung meraung saat peti Richard akan ditutup.
“Jangan, tungguin Kara. Jangan di tutup petinya.” Kara berteriak histeris dan menangis sejadi-jadinya.
“Kara sayang, kamu harus kuat. Ingat kalau masih ada kita yang sayang sama kamu,” bisik Rafa yang kini sudah memeluk Kara dari belakang namun gadis itu terus memberontak.
“Biarin Kara ikut, Kak. Kara gak mau hidup sendirian, Kara pasti gak akan sanggup Kak. Tolong lepasin Kara,” sahut Kara bermohon sambil terus berusaha melepas pelukan Rafa. Nuel dan Adam pun mendekat ke arah Kara yang masih terus berontak dari pelukan pria yang baru mereka kenal kemarin malam.
“Jangan, Kara. Kalau kamu pergi ntar aku sama siapa? Aku sayang sama kamu, Kara. Aku gak mau kehilangan kamu, Sayang,” bisik Rafa mengungkapkan isi hatinya pada Kara dan dia bisa merasakan kalau Kara tidak lagi berontak walaupun tangisannya masih jelas terdengar dengan tubuh bergetar.
“Tuhan, kenapa Kau tidak izinkan aku ikut? Kenapa Kau membiarkan mereka meninggalkan aku sendirian?” tanya Kara lemah lalu terduduk sambil memegang sisi peti Richard.
“Kar, itu karena Tuhan sayang sama aku. Dia gak mau biarin aku sedih apalagi sampai kehilangan kamu. Tuhan tahu kalau aku gak setegar Andre yang bisa kuat melewati ini semua makanya Tuhan kasih kesempatan buat kamu bisa nemani aku di dunia ini,” sambung Rafa lagi yang masih berbisik di telinga Kara dan dia masih setia memeluk Kara dari belakang karena dia gak mau kalau Kara merasa sendirian.
“Kak, kamu mau janji sama aku?” tanya Kara dengan lemah.
“Pasti mau, Kar. Janji apa?” tanya Rafa kembali setelah mendengar ucapan Kara.
“Janji gak akan ninggalin aku sendirian. Aku mau kamu jagain dan terus sayang sama aku kayak keluarga aku yang sayang banget dan terus jagain aku, Kak,” jawab Kara yang sudah mulai menerima kalau ini saatnya harus merelakan semua anggota keluarganya.
“Iya aku janji sama kamu, Kara,” sahut Rafa memenuhi permintaan Kara lalu membantu gadis itu kembali berdiri serta dia menahan tangan pendeta yang sejak tadi menunggu sampai situasi tenang.
“Izinkan saya melihat dan mencium mereka semua untuk yang terakhir kalinya, Pak Pendeta,” pinta Kara dengan senyuman terukir di wajahnya yang jelas terlihat menyedihkan.
“Silahkan, Nak,” ucap sang Pendeta lalu Kara pun kembali mendekat pada peti Richard lalu menerima 4 tangkai bunga mawar dari Windy.
“Pi, papi gak usah khawatir lagi ya. Kara punya kak Rafa yang janji mau jagain dan sayang sama Kara,” bisiknya lalu menyelipkan setangkai mawar merah ke jari papinya dan mencium jenazah Richard sekilas lalu peti itu pun ditutup.
Kini langkahnya menuju ke arah peti Rika, selama hidupnya terus berbagi cerita pada Rika dan kini dia tidak tahu harus berbagi dengan siapa lagi. Tapi dia ingat akan janji Rafa padanya tadi dan dia pun berharap kalau Rafa bisa menepati janjinya itu walaupun ada rasa takut yang menyelinap masuk.
“Mi, mami juga gak usah khawatir lagi ya. Kara punya kak Rafa yang janji mau jadi teman cerita Kara, dia janji mau jagain dan sayang sama Kara,” bisiknya pada jenazah Rika lalu menyelipkan setangkai bunga mawar di sela jari dan mencium jenazah maminya untuk yang terakhir kali.
Dia pun melanjutkan usahanya untuk ke sisi peti Riris, sepasang matanya bisa melihat kedamaian tercetak jelas di wajah kakaknya itu. Padahal kakaknya ini sebentar lagi akan menikah tapi malah dia harus pergi untuk selamanya dan meninggalkan Andre sendirian, apakah kekasih kakaknya itu akan sanggup membuka hatinya untuk wanita lain?
“Kak, kakak juga gak usah khawatir ya. Walaupun kakak janji bakal ada setiap aku butuh kakak tapi aku bakal ikhlas mulai saat ini, Kak. Aku punya kak Rafa yang janji bakal ada buat aku, dia janji mau jagain dan sayang sama aku kak. Dan maafin aku ya, Kak. Maafin aku yang membuat kakak harus berbeda dunia dengan kak Andre,” sahut Kara semakin lemah dan dia pun menyelipkan kembali setangkai mawar merah di sela jari lalu mencium pipi jenazah kakaknya dengan sangat lama karena Riris yang dia jadikan panutannya selama ini.
Dia merasa kalau tenaganya hampir habis dan kakinya terasa lemas tapi dia harus bisa sampai ke sisi peti Alex batinnya. Dengan tertatih dia menghampiri Alex, walaupun dia sering jadi korban keusilan adiknya ini tapi di dalam lubuk hatinya ada sejuta kasih sayang tercipta khusus untuk Alex. Dia beruntung punya adik laki-laki dan bisa menjadi contoh buat Alex.
“Dek, kamu juga gak usah khawatir ya. Kakak bakal kangen di usilin sama kamu, kakak sayang sama kamu dek. Kakak yakin kamu senang bisa kumpul sama Papi, Mami dan kak Riris kan? Kakak bakal kangen kamu, Dek. Tapi kamu gak usah khawatir karena ada kak Rafa yang bakal jagain dan sayang sama kakak, kamu setuju kan dek? Makasi buat doa kamu ya dan kakak jadi berani untuk kasih hati kakak buat kak Rafa,” sahut Kara lebih panjang saat berada di sisi Alex.
Kara pun menyelipkan setangkai bunga mawar merah terakhir ke jari Alex lalu mencium pipi jenazah adiknya itu begitu lembut, setelah mawar yang dia pegang tadi habis maka peti Alex pun tertutup dan entah kenapa Kara merasa seperti melayang dan terbang entah ke mana. Dia merasakan kalau tubuhnya terasa ringan dan kesedihan yang dia rasakan sejak kemarin menguap tanpa sisa.
Dengan sigap Rafa menahan tubuh Kara yang limbung dan hampir terjatuh, atas perintah tante dan om Kara maka Rafa membawa Kara ke kamarnya. Acara pun kembalu berlanjut tanpa Kara, Rafa menggendong Kara yang terlihat damai di wajahnya.
Dengan setia Rafa terus mengoles minyak kayu putih ke hidung Kara namun tidak juga memberi tanda kalau Kara akan sadar. Bahkan Rafa bisa melihat kalau wajah Kara seperti orang yang sedang tidak bersedih, dia melihat kedamaian di wajah gadis yang dia sayang itu. Seperti dia melihat kedamaian di wajah-wajah keluarga Kara yang sudah pergi meninggalkan wanita ini.
Rafa merasa kalau Kara sangat membutuhkan dirinya tapi tidak dipungkirinya kalau hatinya juga bertanya tentang keberadaan wanita yang dia jumpain di rumah sakit. Wanita yang pernah singgah di hatinya dan kini kembali tanpa mengenali dirinya sama sekali. Ada rasa penasaran tapi semua pertanyaan itu seperti bungkam karena kondisi Kara seperti ini. Hanya karena sedang berada di sisi Kara dan tidak ada yang tahu apa kelanjutannya disaat Rafa kembali bertemu dengan wanita itu.
👣👣👣
Ada rasa takut menghampiri Rafa karena sudah hampir setengah jam tapi Kara juga belum sadar dari pingsannya, jangan sampai keinginan Kara yang ingin menyusul keluarganya terjadi pintanya dalam hati. Dia gak mau kalau sampai Kara meninggalkannya sendirian di sini, walaupun hatinya sempat bingung karena bayangan seorang wanita lain.
“Raf, gue titip Kara ya. kita mau ke makam dulu, loe jagain Kara,” sahut Andre yang menyusul Rafa ke atas karena sejak tadi belum juga turun sementara jenazah sudah masuk ke dalam ambulance dan semua rombongan keluarga besar Kara akan ke Pemakaman Petamburan di Jakarta Pusat.
“Iya, Ndre,” balas Rafa yang masih terus berusaha untuk membangunkan Kara.
Rasa lelah pun menghampiri Rafa tapi dia tidak ingin tertidur sebelum Kara sadar. Dia masih terus menunggu Kara siuman tapi tetap tidak ada tanda-tanda kalau Kara akan siuman. Ketakutan semakin menjadi dan ditambah dia tidak tahu siapa yang tidak ikut ke pemakaman. Rafa bingung apa yang harus dia lakukan supaya Kara siuman pikirnya.
“Udah gimana, Raf?” tanya Jonathan yang menyusul Rafa ke kamar Kara.
“Belum sadar, Jo. Loe gak ikut ke makam?” Rafa mengusap kasar wajahnya karena bigung harus gimana supaya Kara sadar.
“Gue gak ikut biar bisa nemani loe, apa kita bawa ke rumah sakit aja kali ya?” Jonathan memberi usul karena sudah hampir satu jam tapi Kara masih belum sadar juga.
“Kita tunggu sebentar lagi aja kali ya, Jo. Gue juga takut ambil keputusan sendiri.”
Tangan Kara masih setia dipegang oleh Rafa, dia tidak ingin Kara sampai kenapa-napa. Memang berat yang harus di alami oleh Kara dan dia ingin menjadi pelindung buat Kara dan selalu ada buat gadis yang dicintainya itu.
👣👣👣
Selama pemakaman berlangsung hanya Andre yang membantu om Nuel dan juga tante Olivia untuk mengurus semua proses pemakaman. Andre merasakan nyeri dalam hati terdalamnya karena dia harus kehilangan calon istri yang sangat dia cintai, keluarga Andre pun ikut ke pemakaman untuk mencoba memberi kekuatan kepada Andre yang sama hancurnya dengan Kara.
“Nak Andre, apa kamu sudah dapat kabar tentang Kara? Tante khawatir sama dia,” tanya tante Kirana setelah proses pemakaman selesai dan sudah ada beberapa keluarga yang sudah pulang.
“Andre belum nanya Rafa, Tan. Apa gak sebaiknya kita langsung pulang ke rumah aja?” Andre memberi usul setelah selesai menaburkan bunga mawar ke atas makam Riris lalu mencium nisan calon istrinya itu.
“Iya benar kata kamu, Ndre. Lebih baik kita pulang dan melihat langsung keadaan Kara,” sahut om Nuel yang setuju dengan usul Andre.
Rombongan keluarga besar Kara pun memutuskan untuk segera pulang ke rumah agar bisa melihat langsung keadaan Kara, mpok Minah dan mang Diman yang ikut ke pemakaman pun langsung mengambil tempat untuk ikut pulang ke rumah. Tebersit rasa khawatir di lubuk hati mereka tentang keadaan Kara ke depannya.
“Pa, lebih baik kita bawa Kara ke Semarang. Kasihan dia kalau harus sendirian di Jakarta,” sahut tante Kirana saat mereka sudah di dalam mobil.
“Tetap Kara yang harus memutuskan itu semua, Ma. Lagian Kara juga punya tanggung jawab atas perusahaan mendiang papanya, kalau Kara ikut ke Semarang terus gimana dengan perusahaan travel Richard?” tanya Adam yang sedikit keberatan dengan usul istrinya itu.
“Kita harus segera menghubungi pengacara keluarga Wijaya untuk membantu Kara mengurus semua surat-surat pemindahan nama, Dam,” sahut Nuel memberi saran selaku anak tertua di keluarga Wijaya.
“Iya, aku udah menghubungi Erik dan dia bilang besok mau datang. Jadi kita bisa menemani Kara sebelum aku pulang ke Semarang. Kamu kapan balik ke Bandung, Bang?” tanya Adam.
“Kalau aku sih rencana agak lebih lama supaya bisa nemani Kara dulu, Olivia juga gak masalah kok kalau kita harus stay di Jakarta dulu,” sahut om Nuel yang juga ingin menemani keponakannya dulu.
“Iya, Adam. butik juga lagi gak ramai kok, dan ada Nadine yang bisa gantiin aku di sana,” sambung Olivia yang berprofesi sebagai desainer dan buka butik sendiri di Bandung, dia dibantu oleh Nadine yang adalah teman sekolahnya dulu.
“Bagus deh kalau gitu, Kak. Karena kasihan juga kalau Kara harus sendirian di Jakarta,” sambung Kirana menanggapi ucapan Olivia yang tidak keberatan sama sekali kalau harus menunda kepulangannya.
Pembicaraan di dalam mobil tidak menganggu konsentrasi Andre yang sibuk di balik kemudi, sebenarnya dia juga tidak tega melihat kondisi Kara saat ini. Walaupun dia merasakan kehilangan atas perginya Riris tapi pasti Kara lebih merasakan kehilangan berlipat ganda dari yang dia rasakan. Dalam waktu singkat tapi Kara kehilangan semua anggota keluarganya, pasti dia akan mengalami trauma yang sangat mendalam batinnya.
👣👣👣
Gimana?
Kasihan Karamel ya 😕
Aku terima KRISARnya buat lebih mendalamkan kondisi Kara yg lg terguncang.
Bakal tahu gak ini bakal gimana?
Stay tune terus ya 😊
Dan yg udah baca Will he Be Mine pasti udah tahu ending Ra_Ka ini kok 😄
Tapi kalau untuk lika likunya masih di sini dikupas habis.
Yuk jgn lupa klik vote ya, karena satu vote dari kamu bisa membakar semangat aku buat lanjut.
Makasi 😉
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro