PART 15
Yuhu..
Ka_Ra update nih..
Di sini masih tentang kehancuran Kara, dia sangat terpukul dn tidak terima dengan kepergian keluarganya 😣😣
Yuk check it out
Vote n coments please 😉😉
______________________________________
Setelah menahan kesedihan melihat Kara yang berbicara ngawur kayak tadi akhirnya dia berhasil menghabiskan sepiring nasi dan mau minum vitamin juga. Kirana berharap itu bisa menguatkan kondisi fisik Kara untuk beberapa jam ke depan.
“Tuh kan tante gak percaya sih, Kara udah ditinggal. Papi itu paling gak suka lihat orang lelet, mereka udah tidur kan. Kara gak mau sendirian di sini, Tante,” sahut Kara sambil mengguncang tubuh Richard.
“Nak, kamu gak boleh kayak gini sayang. Kamu gak sendirian, Sayang. Ada om di sini yang nemani kamu.” Nuel memeluk Kara agar dia berhenti mengguncang mayat adiknya itu, Nuel adalah kakak tertua Richard yang tinggal di Bandung.
“Om gak mau bawa Kara nyusul Papi? Kara maunya sama Papi dan Mami. Kak Riris sama Alex juga curang nih, ikut sama Papi dan Mami tapi gak ngajak Kara. Mereka curang, Om. Masa mereka ninggalin Kara sih, Om,” sambung Kara lagi yang masih setia menangis di samping mayat Richard.
Banyak mata yang menyaksikan Kara terpukul dan mereka semua tidak tega melihat kondisi Kara yang seperti ini. Gadis periang yang mereka kenal kini hancur tak bersisa seperti ini.
Karamel adalah sosok anak yang paling periang, tegar dan pintar mengambil hati semua orang. Siapa yang tega melihat kondisi gadis itu seperti ini? Hanya orang yang gak punya hati yang sanggup tidak merasakan kepedihan yang dirasakan Kara.
“Mami, bilang Papi buat tungguin Kara dong. Kalau Kara gak ikut ntar siapa yang nemani Mami? Kak Riris sama Alex gak cukup buat nemani Mami, kan Mami yang ngajarin Kara untuk gak ninggalin Alex sendirian kan? Tapi kenapa kalian semua tega ninggalin Kara sendirian kayak gini? Bangun dong, Mi. Kara juga mau ikut sama Mami dan Papi,” rengek Kara beralih ke jenazah Rika lalu tangisnya kembali pecah.
Tangisan itu terdengar memilukan karena dia benar-benar merasa kehilangan keluarga yang sempurna dimatanya.
Bahkan tidak ada yang sanggup menenangkan Kara sejak tadi, gadis itu terus meminta untuk ikut dengan keluarganya karena dia gak mau sendirian. Apa yang harus Rafael lakukan saat melihat orang yang kita sayang hancur seperti itu? Rafael hanya bisa memandangi Kara dari jauh karena dia pun tidak pernah berhasil menenangkan Kara.
“Raf, loe bisa nginap di sini gak? Gue takut kalau Kara butuh apa-apa malah gak ada yang bisa,” bisik Andre saat melihat Rafa duduk sendirian di depan pintu masuk.
“Iya, Ndre. Gue bisa kok, lagian kerjaan udah gue serahin ke Tito kok,” kata Rafa sambil menaik turunkan kepalanya.
Permintaan Andre sebenarnya sederhana tapi belum ada yang berhasil untuk memenuhi apa yang Kara butuhkan, namun karena mengingat kalau besok adalah hari terakhir dan Rafa gak mau kalau dia tidak ada di samping Kara. Gadis itu pasti gak kuat saat melihat jenazah keluarganya akan masuk peti, besok adalah hari terakhir di mana siangnya jenazah akan di kuburkan. Memikirkannya saja Rafa tidak sanggup, dia tidak bisa membayangkan bakal sehisteris apa Kara besok batinnya keras.
👣👣👣
Setelah ruang utama sudah agak sepi dan Kara sedang berada di sisi peti Richard seperti membisikkan sesuatu, Rafa yang rindu dengan Kara mendekat dan mencoba untuk ngobrol dengan Kara.
“Pi, kenapa Papi harus pergi ninggalin Kara? Kalau gak ada Papi, Mami, Kakak dan juga Alex terus Kara ntar sama siapa dong? Kara gak mau hidup sendirian di rumah ini, Pi. Apa Kara gak boleh ikut, Pi?” bisik Kara dengan suara tercekat.
Dengan keberanian maka Rafa pun mengusap punggung Kara dengan lembut, saat tidak ada perlawanan maka Rafa pun melanjutkan rencananya yang ingin menguatkan Kara.
“Kar, siapa bilang kamu sendirian? Kan ada aku yang nemani kamu, Kara,” sahut Rafa berbisik lalu menyamakan posisinya dengan Kara.
“Kak Rafa, kamu kapan datang?” tanya Kara yang sejak kemarin tidak menyadari kehadiran Rafa ada di sini, semakin sakit yang dirasakan Rafa. Segitu terguncangnya Kara sampai membuat dia tidak sadar kalau sejak kemarin dia ada di sini.
“Dari kemarin sore, Kar. Kamu jangan merasa sendirian ya, aku janji bakal nemani kamu kapan pun itu,” sahut Rafa tulus lalu membawa tubuh Kara untuk tidur di pangkuannya.
“Kak, Papi dan Mami juga ngomong gitu. Kak Riris dan Alex juga pernah ngomong gitu tapi apa buktinya? Lebih baik kamu gak usah janji kalau itu gak bisa kamu tepatin, Kak. Aku sedih dengan kepergian mereka semua tanpa mengajak aku bahkan kasih tanda sama aku, aku juga masih belum percaya sama kenyataan ini,” sahut Kara menanggapi janji Rafa tadi.
“Aku gak mau kamu janji bakal ada buat aku tapi pas aku butuh malah kamu gak ada buat aku, Kak. Itu alasan aku kenapa gak mau pacaran karena aku gak siap untuk menerima resiko sakit hati, Kak. Apalagi aku udah gak punya tempat pengaduan lagi jadi aku gak mau kalau kamu janji kayak gitu sama aku, Kak,” sambung Kara panjang lebar dan kini ucapannya terdengar waras dan ini yang sebenarnya dia rasakan, dan dia merasa ketakutan akan terus mengikutinya.
“Kamu bisa percayakan hati kamu buat aku, Kar. Aku pasti bakal jaga hati kamu baik-baik, dan jadikan aku tempatmu mengadu dan berbagi cerita ya, Kara.” Rafa tidak mau terbawa perasaan dengan ucapan Kara tadi yang merupakan penolakan secara tidak langsung untuk Rafa.
“Makasi ya, Kak. Dan aku harap kamu bisa tepatin janji kamu ya, jangan kayak kak Riris yang malah pergi ninggalin aku,” sahut Kara lemah dan akhirnya tertidur di atas pangkuan Rafa.
Setelah lelah menangis dan menikmati belaian lembut di kepalanya maka rasa kantuk pun menjemput Kara, dan iris coklat itu perlahan tertutup lalu Rafa mulai mendengar dengkuran halus dari Kara yang terlihat lelah. Wajah Kara masih jelas ada guratan kesedihan namun terlihat tenang saat ini, mungkin kelelahan menangis yang membuat Kara seolah lupa akan kesedihannya.
Jari-jari Rafa masih setia terus mengusap lembut kepala Kara sambil membisikkan kata-kata cinta pada Kara yang jelas tidak mendengar itu semua.
Rafa seakan melupakan kesedihan yang dia rasakan karena tidak bisa mendampingi Kara, tapi hati kecilnya tetap tidak bisa melupakan sosok wanita itu. Kebimbangan pun bergelayut dalam hatinya, tapi rasa iba pada Kara mengalahkan semuanya itu. Saat ini dia tidak tega dengan kondisi Kara saat ini.
👣👣👣
Gimana?
Apa benar Rafa hanya sekedar iba pada Kara?
Lalu kenapa dia berjanji pada Kara?
Penasaran gk?
Next kah?
Jangan lupa taburan bintangnya ya, plus coment ny juga..
Makasi 🙆🙆🙆😉😉
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro