Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 12

Yiheiii
Ka_Ra up nih.. 😊

Udah siapin tissue gak?
Siapa tahu menyentuh hati dan mengundang airmata 😅

Jgn lupa Voments ny ya 😉

Happy reading 😘😘😘
______________________________________

Rafael turun dari panggung dan tidak melihat Kara duduk di tempatnya, "Kara mana, Jo?"

“Tadi sih katanya mau terima telepon di luar, coba loe cek di luar deh,” sahut Jo dan dia melihat ada kekhawatiran terpancar di wajah Rafa, penampilan terus dilanjutkan walaupun tanpa vokalis tapi tidak mengurungkan niat penonton untuk tetap menyaksikan penampilan band tersebut.

Langkah Rafael langsung keluar coffeshop dan dia melihat Karamel sedang terduduk lemah sambil menangis terisak, dia langsung melepas jaket jeans yang dikenakannya untuk membungkus tubuh Kara yang sudah basah kuyup.

Tadi Andre sempat telepon berulang kali dan karena penasaran maka dijawab oleh Rafa, sepupunya itu menitipkan Kara yang sedang terpukul karena khawatir dengan kondisi keluarganya.

“Kara, kamu kenapa? Kamu sampe basah gini, ” sahut Rafael cemas dengan keadaan Karamel saat ini.

“Kak, gak harusnya aku ada di sini. Harusnya aku ada bareng mereka, Kak.” Kara langsung memeluk Rafa dan menangis dalam dekapan pria itu.

“Kamu kok ngomong gitu, Kar? Kita berdoa supaya gak terjadi apa-apa sama mereka ya,” ujar Rafa mencoba menenangkan Karamel yang memang sedang kacau saat ini.

“Raf, kok Kara bisa basah kayak gini?” tanya Jonathan ikut cemas karena melihat Rafa yang meninggalkan bandnya hanya untuk mencari Kara.

“Gue juga gak tahu cerita lengkapnya, yang pasti loe tolong bantuin gue bawa Kara ke dalam. Biar gue pamit sama yang lain dan gue anterin Kara pulang,” sahut Rafa dan masih terdengar jelas di telinga mereka kalau Kara masih menangis.

“Gak seharusnya aku ada di sini,” sahut Kara di balik isak tangisnya dan itu membuat Jonathan bingung maksud ucapan itu.

“Loh sayang, Kara kenapa?” tanya Windy setelah dapat kabar dari Rafa kalau Kara dan Jonathan ada di belakang cafe.

“Win, aku gak mau kalau mereka sampai ninggalin aku. Aku gak mau jadi sebatang kara, Ndy.”  Kara lari ke dalam pelukan Windy.

“Hush, kamu ngomong apaan sih? Siapa bilang kamu bakal jadi sebatang kara?” Windy bingung dengan ucapan Kara yang tidak jelas.

Dengan ditemani isak tangis Kara menceritakan apa yang terjadi dengan keluarganya, dan Jonathan pun langsung mencari kabar tentang cuaca di Macau. Benar yang dikatakan Andre kalau di sana saat ini sedang hujan badai dan semua penerbangan di cancel tapi sudah ada penerbangan yang diberangkatkan menuju Singapura dengan penerbangan Scoot. Jantung Jonathan seakan berhenti namun dia tidak berani untuk menanyakan pada Kara apa penerbangan keluarganya.

“Kita berdoa ya, Kar. Kamu jangan mikirin yang aneh-aneh dulu, Kara. Kamu harus percaya kalau mereka dalam perlindungan Tuhan,” sahut Jonathan berusaha menenangkan Kara.

“Gue udah pamit, Jo. Biar gue anterin Kara pulang ke rumah ya,” sahut Rafa yang sudah membawa barang bawaannya dan bersiap untuk pulang namun lengannya ditahan oleh salah satu teman yang duduk dengan Kara.

“Kita nitipin Kara ke loe ya, dan ingat jangan sampai loe nyakitin Kara. Karena bagi gue Kara itu kayak adek gue sendiri,” sahut Erwin tegas dan memberikan tatapan yang mungkin bisa membuat orang lain gemetar.

“Iya, Raf. Kara itu udah kayak saudara kita, saran aku sih lebih baik ada yang jagain dia di rumah. Tapi aku malam ini gak bisa karena ibu aku lagi di kost, siapa yang bisa nemanin Kara ya?” Windy benar-benar cemas dengan keadaan Kara saat ini, dia belum pernah melihat sahabatnya sekacau sekarang dan dia gak mau terjadi hal buruk pada Kara.

“Aku rencananya nginap di rumah Kara, lagian ada pembantu dan supir Kara juga di rumah jadi kalian bisa tenang.” Rafa menggendong Kara yang kini sudah tak sadarkan diri, mungkin dia terlalu lelah menangis.

Dengan bantuan dari teman-teman Kara maka Rafa berhasil membawa gadis itu dan bawaannya ke dalam mobil, tanpa pikir panjang Rafael mulai mengemudikan mobilnya melawan pekatnya malam dan derasnya hujan.

Yang dia pikirkan saat ini adalah Karamel, karena dia gak mau kalau gadis yang sudah berhasil membuat dia jatuh cinta itu kenapa-napa. Dia tahu persis apa yang sedang dirasakan oleh Karamel saat ini.

Rafael tadi sempat mendengar cerita dari Andre tentang keluarga Karamel yang sepertinya terjebak dalam pesawat dan sudah terlanjur berangkat. Dan sampai saat ini  semua nomor mereka tidak ada yang bisa dihubungi, bukan hanya Andre yang kacau tapi Rafael juga sama kacaunya.

Pikiran mereka hanya terfokus pada Karamel yang saat ini mungkin sedang terguncang. Rafael tidak tahu apa Kara sudah mengetahui apa yang terjadi pada keluarganya atau belum.

👣👣👣

Saat pintu rumah Karamel terbuka maka Rafael menanyakan di mana kamar gadis dalam gendongannya lalu membawa gadis itu ke sana, mpok Minah yang mengganti pakaian Karamel sedangkan Rafael khawatir dengan keadaan keluarga Karamel saat ini.

Rafael mencari tahu dari ponselnya dan ada debaran seperti memberi pertanda buruk yang akan terjadi. Sepasang netra miliknya seakan tidak percaya dengan apa yang dibacanya saat ini, dia bisa merasakan bagaimana hancurnya Kara apabila mengetahui ini.

Ada rasa berat untuk menanyakan pada Kara apa nama penerbangan yang di ambil keluarga Karamel untuk transit ke Singapura, tapi berita tadi menyampaikan kalau penerbangan Scoot mengalami kerusakan karena melawan badai. Pesawat itu jatuh dan saat ini sedang dilakukan evakuasi untuk korban di dalam pesawat tersebut.

“Ndre, gue udah lihat berita dan gue paham sekarang sama maksud loe. Emang loe yakin mereka naik penerbangan itu ke Singapura?” Rafael bertanya dengan suara pelan karena dia takut kalau nanti Karamel akan mendengar suaranya.

“Gue yakin, Raf karena gue yang pesan tiketnya Riris waktu itu. Gue lagi nungguin nama-nama korban nih, kondisi Kara gimana?” Andre benar-benar khawatir dengan kondisi Kara saat ini, dia seakan bisa merasakan kesedihan yang akan dirasakan calon adik iparnya itu kalau semua terjadi seperti yang dibayangkannya.

“Loe juga tenangin diri loe dulu ya biar Kara jadi urusan gue. Kara kacau dan sekarang pingsan tapi loe tenang aja karena Kara aman sama gue.” Rafa merasakan kekhawatiran Andre, begitu juga dengannya. Rafa hanya mau menemani Kara saat ini.

“Loe di mana sekarang, Raf?”

“Gue di rumah Kara, gue sengaja nginap di sini biar bisa jagain Kara. Gue takut dia bakal kenapa-napa, Ndre.” Rafa berusaha tenang supaya Andre bisa menjernihkan pikirannya.

“Gue titip Kara ya, Raf. Gue lagi pantau perkembangan identifikasi korban nih, ” sahut Andre yang berusaha untuk tenang karena gimana mereka bisa menenangkan Kara kalau mereka sendiri juga kacau dan panik.

Setelah sambungan telepon terputus maka Rafael masuk ke dalam kamar Karamel, dia bisa melihat wajah yang sedang tertidur itu seperti memaksakan untuk tetap tidur.

Rafael bisa melihat dengan jelas kalau airmata Karamel tetap menetes dan mendengar suara isak tangis yang tertahan dari bibir Karamel.

Jemari Rafael mengusap kepala Karamel dengan lembut, dia  berusaha memberikan ketenangan buat Karamel yang sepertinya menangis di bawah alam sadarnya. Dia tidak tega kalau harus meninggalkan Karamel dengan kondisi seperti ini, bahkan dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau sampai keluarga Karamel teridentifikasi sebagai korban yang tidak bisa diselamatkan. Apa yang bakal terjadi dengan Karamel, pasti gadis ini bakal merasa sendirian dan apakah Karamel bisa bertahan menghadapi ini semua?

👣👣👣

______________________________________

Gimana, guys?
Feel nya dapat gak?
Pada sedih gak?

Clue : beberapa part ke depan sesi mellow ya 😎😎
Next gak?

Yuk taburan bintangnya dong..
Udah kebanyakan siders nih 😢😢

Makasi 😉😉

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro