Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 11

Yiheiii..
Ka_Ra balik lagi nih..
Semakin menuju inti cerita ini 😉😉

Yuk cus & jangan lupa Voments ya 😊
Happy reading
______________________________________

"Lagu kali ini saya persembahkan untuk seseorang yang sudah berhasil membuat saya kasmaran dan selalu memikirkan dia disetiap waktu saya. Semoga lagu ini bisa menghibur kita semua," sahut Rafa dari atas panggung sambil memegang gitar listrik miliknya.

Lagu Jazz yang berjudul Kasmaran pun bergema di coffeeshop ini dan Rafael yang adalah seorang vokalis sekaligus gitaris menyanyikan lagu tersebut dengan penuh perasaan. Setiap bait terasa seperti ungkapan hatinya dan saat ini Karamel pun tersenyum malu karena lagu ini dipersembahkan untuknya sesuai dengan yang dikatakan Rafa tadi.

"Cie, Kara. Udah kode banget tuh, Kar," sahut Windy menggoda sahabatnya yang hanya bisa tersenyum sejak tadi.

Erwin yang tidak tahu sama sekali tentang kedekatan Kara dengan siapa pun hanya bisa berkomentar, "Jadi cowok ini yang udah berhasil mencuri hatinya Kara ya?"

"Loe ke mana aja sih, Win? Gak peka banget sih." Jonathan yang ikut nimbrung mengambil alih untuk menjawab pertanyaan Erwin.

"Udah, udah. Kita jangan ganggu Kara yang lagi konsen sama nyanyian tuh cowok." Windy menengahi. "Btw namanya siapa deh, Yang?" tanyanya pada Jonathan.

"Rafa, Sayang. orangnya baik loh dan tadi mereka sempat ngobrol lama juga sebelum dia manggung," jawab Jonathan.

"Udah pasti kalau dia bukan hanya suka tapi udah sayang sama Kara, percaya deh sama aku." Windy setuju dengan pemikiran Jonathan kalau Rafael itu pria baik dan sepertinya pria itu suka sama Karamel sahabat mereka.

Semua yang ada di coffeshop ini terpukau dengan penampilan Rafael dan teman-temannya yang punya jadwal rutin buat manggung di sini. Bahkan ada beberapa dari wanita yang rela nongkrong di sini saat jadwal Rafa manggung, dan itu tentunya menjadi keuntungan buat pendapatan di coffeshop ini. Karena tidak hanya Rafael yang mempunyai tampang membuat para wanita menggila tapi teman-temannya Rafael juga mempunyai tampang yang gak kalah dari pria itu.

"Lagu selanjutnya pun masih saya persembahkan untuk orang yang sama, bagi dia mungkin ini terlalu cepat tapi bagi saya untuk jatuh cinta dengannya tidak perlu waktu yang lama. Semoga dengan lagu ini bisa menyampaikan isi hatiku buat dia," sahut Rafa lagi dan kini dia tersenyum ke arah Kara yang tidak jauh dari panggung.

Terdengar tepukan dari semua pengunjung coffeshop dan ada terdengar suara yang menanyakan siapa gadis yang beruntung itu, namun Rafael tidak memberi jawaban tapi menyenandungkan lagu Andmesh Kamaleng yang berjudul Cintaku luar biasa sebagai perwakilan isi hatinya buat Karamel.

Perasaan terharu serta bahagia yang tidak bisa diukur dengan apapun dirasakan oleh Karamel saat ini. Dia melting atas semua perlakuan Rafael yang sangat romantis menurutnya, dan itu membuat dia semakin yakin dengan ucapan Rafa tadi, kalau pria itu sudah merasakan sesuatu dari kedekatan mereka. Kara pun berharap supaya waktu bisa membuat mereka sama-sama yakin dengan perasaan masing-masing.

👣👣👣

"Kar, handphone kamu bunyi terus deh perasaan. Coba kamu cek siapa tahu penting," sahut Windy yang sejak tadi mendengar nada dering dari ponselnya Kara.

"Ya, kak? Maaf tadi gak keangkat karena gak dengar, handphonenya di tas kak," sahut Kara yang keluar dari coffeshop agar suara Andre bisa kedengaran.

"Dek, kamu masih di cafe ya?" suara Andre terdengar sedikit panik.

"Iya, Kak. Kenapa, Kak? Kak, aku mau nanya nih. Tadi kak Riris ada ngomong aneh gak ke kakak?"

"Itu makanya aku nelepon kamu, Dek. Tadi siang kami emang teleponan tapi pembicaraan Riris ngawur banget tapi karena aku juga lagi sibuk jadi gak aku tanggapin banget. Dan lagian dia juga bilangnya cuma bercanda dan aku percaya tapi pas tadi aku sudah siap meeting eh dia makin ngawur, Dek. Tapi dia bilangnya udah mau take off dan kami udahan teleponannya."

"Itu jam berapa, Kak?" Kara semakin takut dan perasaannya juga tidak tenang. Bahkan Andre sama khawatirnya dengan Kara, apa yang disampaikan Andre sama seperti yang dialami Kara juga.

Tapi tidak hanya Riris yang ngawur, bahkan semua anggota keluarganya tadi juga sama ngawurnya dengan Riris.

Ada jeda dalam pembicaraan Kara dengan Andre dan sepertinya pria itu sedang mengecek sesuatu yang Kara tidak tahu itu apa. Tapi saat ini Kara sudah berkelana dengan pikirannya yang menjadi penguasa saat ini, bahkan dia merasa kalau ada sesuatu yang terjadi kepada keluarganya.

Airmata Kara pun berdesakan membasahi kedua pipinya dan dia kembali teringat dengan ucapan Papi dan Maminya tadi siang, seketika dia merindukan tawa mereka seperti siang tadi sebelum mereka semua pada ngawur.

Kara merindukan saat mereka duduk bersama dalam perbincangan seru, saling tertawa dan memberi ejekan satu sama lain. Kenangan manis melintas bergantian menemani kerinduan Kara, hatinya saat ini sedang berperang.

FLASHBACK ON

"Sayang, kamu lagi apa?" kini Kara mendengar suara Rika.

"Lagi di kamar aja, Mi. Tapi nanti sore Kara mau ke coffeeshop boleh ya, Mi. Kak Rafa manggung dan ngundang Kara. Bolehkan, Mi?"

"Boleh kok, Sayang. Mami senang kalau kamu bisa sama Rafa, Nak. Dia kelihatannya sayang banget sama kamu, dan pesan Mami kalau memang kamu juga sayang yauda Mami izinin kalian pacaran kok."

"Mami apaan sih, Kara gak mau berharap lebih. Biar waktu yang akan menjawab ya, Mi."

"Gak ada yang tahu umur Mami sampai kapan tapi asal kamu tahu kalau Mami sayang banget sama kamu dan Mami senang kalau kamu bisa bersama dengan Rafa karena dia bisa jagain kamu untuk kami, Nak."

"Mami ngomong apaan sih, besok kita juga bakal ketemu loh, Mi. Mami jangan ikutan kayak kak Riris dan Alex deh, mau lihat Kara sedih?" Kara melihat Richard mendekat dan ikut memandangi wajah Kara lekat.

"Kami gak mau lihat kamu sedih, Sayang. Tapi yang perlu kamu ingat kalau kami sayang sama kamu, Sayang. Kamu harus tahu itu."

Airmata Kara pun sudah menetes karena tidak bisa membendung kegundahannya saat ini, ada apa dengan keluarganya?

"Kar, Papi gak tahu kenapa harus kasih tahu ini semua sama kamu. Deposito papi, surat-surat perusahaan, surat tanah dan perhiasan Mami kamu ada di brankas ya, Sayang. Semua barang berharga ada di brankas kamar Papi dan kodenya itu RIKALE. Untuk urusan travel bisa kamu diskusikan sama Om Nuel dan Erik pengacara kita ya. Om kamu bisa mengarahkan kamu karena Om Nuel yang dulu membantu Papi merintis travel itu."

"Udah puas kalian ngomong ngawur kayak gini? Papi kenapa kasih tahu semua ini sama Kara? Gak kak Riris, Alex sama Mami ngawur eh malah Papi lebih ngawur lagi." Kara sebel melihat wajah-wajah dan mendengar ocehan gak jelas dari mereka semua.

"Kita cuma bercanda kok, Dek. Mungkin ini karena pengaruh kangen sama kamu, Sayang. Tapi tenang ya karena besok kita udah ketemu lagi kok." Kali ini Riris sudah kembali waras dan Kara tenang.

"Pokoknya kalau kakak jadian sama kak Rafa dan jangan lupa traktir kita ya, Kak." Alex berteriak dan ikut menyempil diantara kedua orang tuanya dan juga Riris.

"Kami juga mendukung hubungan kamu dengan nak Rafa ya, Sayang." Kedua orang tua Kara ikut mendominasi.

"Yauda, lebih baik kamu siap-siap ya, Sayang. Kita juga mau packing lagi karena bentar lagi bakal dijemput sama guidenya mau ke Bandara. Kamu hati-hati ya, Sayang," sahut Rika dan semua yang ada di sana melambaikan tangan ke arah Kara sambil memberi ciuman jarak jauh.

FLASHBACK OFF

Mengingat pembicaraan yang Kara tidak mengerti arahnya pun ikut melintas dan merusak kerinduan itu -- menggantikan dengan sebuah ketakutan. Kara takut kalau ucapan keluarganya tadi adalah sebuah ucapan perpisahan -- tangisan Kara semakin pecah dan terdengar isak tangis.

"Dek, kamu masih dengar aku?" suara Andre membuat Kara tersadar dan dia juga menyadari kalau hujan ikut membasahi bumi sama seperti airmatanya yang membasahi kedua pipinya sejak tadi.

"Iya, Kak." Isak tangis Kara pun semakin menjadi dan dinginnya malam yang diiringi hujan mengigit seluruh tubuh Kara.

"Kamu tenang dulu ya, Kar. Kita doakan saja supaya mereka bisa sampai dengan selamat."

"Maksud kakak? Tadi kakak habis lihat apa? Apa ada kabar tentang mereka, Kak?" ucapan Andre terdengar aneh dan itu membuat Kara curiga.

"Gak kok, Dek. Yauda nanti kamu pulangnya sama Rafa aja ya, Dek. Aku mau istirahat dulu karena badan juga lagi gak enak banget." Sambungan telepon pun terputus dan Kara segera membuka goggle dan mencari tahu tentang keberadaan keluarganya.

Semua nomor mereka tidak ada yang aktif dan Kara pun berpikir kalau mereka sudah di dalam pesawat. Tapi Kara seperti tidak puas dan mencari tahu tentang Macau dan penerbangan pesawat Scoot.

Ingin rasanya Kara berhenti untuk bernafas saat ini juga saat melihat kondisi Macau dan dia semakin menscroll -- pikiran jelek semakin menguasai ketakutan dalam diri Kara. Tangisan Kara semakin pecah dan semakin bersahutan dengan suara hujan dan petir yang menyambar, alam seakan tahu dengan apa yang dirasakan Kara saat ini.

Pada siapa Kara bisa bertanya tentang keluarganya? Kenapa ini harus terjadi padanya? Apa sudah tidak layak dia untuk bisa bahagia di dunia ini? Batinnya seolah tidak mau diam dan terus saja meneriaki semua pertanyaan yang menghasut Kara, pikiran buruk semakin menguasai dan Kara tidak berdaya untuk mengendalikan perasaannya. Hanya menangis yang bisa dilakukan Kara saat ini, dia merasa seperti akan ada yang terjadi padanya -- sesuatu yang tidak terbayangkan.

Tidak bisa dibendungnya airmata dan juga kegelisahan yang sejak tadi terus mengikuti. Tidak ada yang diinginkan Kara saat ini, dia hanya meminta perlindungan buat keluarganya. Dadanya terasa sesak karena tangisan yang sudah menemani dia sejak tadi dan juga dinginnya udara malam yang sedang hujan ikut menemani kesedihan Kara.

Pikiran buruk terus meraung dan menyeimbangi tangisan Kara yang sudah tak bersuara lagi. Kara tercekat karena isak tangisnya, sakit dan dingin yang dirasakannya tidak dihiraukan oleh Kara.

'Tuhan, tolong lindungi keluarga hamba. Jangan biarkan hamba sendirian di dunia ini, kalau Engkau menginginkan mereka maka ambil juga hamba. Hamba ingin ikut bersama dengan mereka ke tempat yang indah.' Kara memanjatkan doa permohonan yang tidak masuk akal.

Karena bagi Kara saat ini apa yang sedang terjadi juga tidak masuk akal baginya, tangisan pun tak henti membanjiri wajah. Kara merasa panas dibagian matanya dan dada juga terasa sesak -- sakit tak tertahan.

👣👣👣

Gimana?
Terasa gak kesedihan Kara?
Kira" bakal terjadi seperti apa yang dibayangkan Kara dan Andre gak ya?
Kira" apa yang bakal terjadi setelah ini?

Next gak?
Jangan lupa taburan bintangnya please..

Makasi 😉😉

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro