Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 10

Yiheii..
Ini awal memasuki part yang spektakuler loh, semoga penyajiannya bisa menguras airmata ya 😁

Yuk cus dibaca dulu yang ini, jgn lupa vote plus coment ny ya 😉😉

Walaupun belum 10 tapi gpp ak publish deh 😂

Happy reading
______________________________________

Suasana sarapan tadi masih terkenang di pikiran Karamel dan tanpa dia sadari kalau bibirnya terus mengukirkan senyuman. Niat untuk seharian bermalas-malasan pun diurungkannya karena dia berencana melihat Rafael manggung malam nanti. Bahkan Kara sudah mengajak teman-temannya untuk nongkrong dan kebetulan Jonathan juga kebagian shift pagi jadi bisa ikut nonton bareng.

Tapi ada yang membuat hati Kara resah karena saat tadi dia melakukan panggilan video call dengan keluarganya malah mereka pada aneh. Apalagi perkataan Sang Papa yang memberitahu keberadaan surat-surat berharga dan perhiasan Rika, tapi Kara berusaha untuk menepis pikiran buruk yang bebas berkelana dalam pikirannya sejak tadi.

"Neng, nanti malam mau dimasakin apa?" tanya mpok Minah begitu melihat Kara ke dapur.

"Gak usah, mpok. Ntar masak buat mpok dan mang Diman aja ya, Kara mau keluar," ucap Kara yang sudah menenggak air putih tanpa ampun karena dia baru selesai video call dengan keluarganya, dan dia juga hampir dehidrasi karena meladeni tingkah aneh keluarganya.

"Oh neng mau pergi sama den Rafa ya? Mpok lihat kalau den Rafa sepertinya suka sama neng." Sambung mpok Minah yang mempunyai tanggapan khusus tentang kedekatan mereka.

"Mpok bisa aja deh." Kilah Karamel karena dia selalu saja grogi kalau ngobrol berhubungan dengan Rafael, hatinya seperti menciut kalau ada yang membahas tentang pria itu. "Oia, Mpok. Besok masakin yang enak-enak ya buat nyambut kepulangan Papa dan yang lain, besok juga Kara usahain izin setengah hari," ujar Kara yang sengaja mengalihkan pembicaraan dan ini juga cara supaya Kara tidak memikirkan kejadian tadi.

"Besok bapak dan ibu sampai rumah jam berapa, Neng?" tanya mpok Minah yang semangat dengan usul Kara tadi.

"Mereka ambil pesawat ntar sore dan ambil transit di Singapura dulu, Mpok. Terus besok paginya baru lanjut ke Jakarta, jadi kalau gak ada delay ya sebelum siang udah sampai Jakarta deh," jawab Kara yang jelas membuat mpok Minah bingung dengan penjelasan yang diberikan.

"Mpok kenapa gitu mukanya?" tanya Kara polos.

"Mpok gak ngerti, Neng. Intinya besok mpok nyiapin makan siang ya, Neng," jawab mpok Minah sambil tersenyum malu karena dia kurang mengerti dengan penjelasan Kara tadi.

"Oala, Mpok. Iya Kara juga minta maaf ya, Mpok. Iya besok Mpok siapin makan siang yang enak-enak deh pokoknya, Kara yang bakal jemput ke bandara," ucap Karamel menghilangkan kebingungan mpok Minah.

"Oke deh, Neng. Ini neng pergi jam berapa?" tanya mpok Minah lagi.

"Ini Kara mau siap-siap habis itu cus deh, Mpok. Tapi kara ntar naik ojek aja deh, males macet-macetan di jalanan," sahut Kara sambil mengedipkan sebelah matanya lalu dia pun ngeloyor pergi ke kamarnya.

Melihat tingkah Karamel membuat mpok Minah menggeleng gemas, karena terkadang tingkahnya Kara sering tidak sesuai dengan usianya yang sebentar lagi menginjak 26 tahun. Mpok Minah pun jadi ingat kalau 3 bulan lagi Kara akan berulang tahun dan dia ingin mempersiapkan sesuatu seperti ulang tahun Riris waktu itu. Dia senang karena keluarga majikannya mempunyai 2 anak yang cantik-cantik dan 1 anak ganteng, namun tidak hanya itu saja tapi juga semuanya baik dan tidak sombong dengan apa yang mereka miliki.

👣👣👣

"Kok kamu udah di sini aja sih, Kar? Bolos kerja ya?" tanya Jonathan yang bingung melihat sahabatnya itu sudah duduk di counter bar padahal saat ini baru pukul 5 sore, padahal mereka janjian itu jam 7 nanti.

"Enak aja bolos, aku emang libur tau. Kan kemarin habis dinas ke Manado jadi dapat libur tambahan."  Kara memperbaiki tuduhan Jonathan padanya.

"Iya deh yang lagi senang itu, aku lihat loh postingan kamu di Instagram. Aku seneng lihat kamu bisa buka hati, dan aku rasa Rafa itu cocok sama kamu. Dia itu baik, ramah, mapan plus ganteng lagi. Pokoknya kamu gak salah pilih deh, Kar," sahut Jonathan panjang lebar dan membuat Kara sedikit penasaran tentang Rafa.

"Ada yang kamu tahu tentang kak Rafa gak, Jo? Maksudnya aku ada sesuatu yang bisa kamu bagi ke aku gak?" sambung Kara antusias dan dia merasa ingin lebih banyak tahu tentang Rafa.

"Kamu beneran udah suka nih ceritanya, Kar?" tanya Jonathan sambil menuangkan kopi racikannya ke dalam irish glass.

"Apa hubungannya juga," ucap Kara yang masih bingung dengan perasaannya saat ini, karena dia gak pernah jatuh cinta dan apa benar yang dia rasakan saat ini benar sedang jatuh cinta? "Kamu susah banget sih ditanyain tentang kak Rafa."  Kara kini sudah menekukkan wajahnya tanda sebal dengan Jonathan.

"Bukan gitu loh adek Kara yang super duper manis sejagat raya, tapi aku hanya mau mastiin aja karena Rafa juga pernah nanya kayak kamu gitu. Dia pengen tahu tentang kamu dari aku," sahut Jonathan menanggapi ucapan Kara dan kini dia sudah berdiri di hadapan Kara, pesanan terakhirnya sudah selesai dan kini saatnya dia menanggapi cerita Kara tadi.

"Sebenarnya aku gak ngerti sama perasaan aku, Jo. Kan aku belum pernah jatuh cinta, yang aku rasain sih aku nyaman kalau sama dia. Dan aku sempat merasa kehilangan kalau dia gak ada hubungi atau kita gak ketemuan gitu. Apalagi waktu itu dia pernah batalin janji tanpa kabar dan aku kesel banget, dan ternyata waktu itu dia sakit makanya batal." Karamel menyampaikan apa yang dia rasakan.

"Fix itu namanya kamu udah suka sama Rafa, kamu udah buka hati kamu buat dia. Aku yakin kalau kamu itu bakal jadian sama Rafa deh, Kar." Jonathan menanggapi pengakuan Kara.

"Sok tahu kamu, Jo." Kilah Kara dan entah kenapa dia merasa malu.

"Aku jamin 100% deh, Kar. Kalau aku rasa hati kamu gak salah kok, dan pilihan kamu buka hati buat Rafa itu udah bener banget. Ya emang aku gak terlalu dekat sama Rafa tapi dari cara dia bergaul dan dia sering ngobrol sama aku ya dia itu open people gitu. Dia juga care tau sama orang-orang sekitarnya, jadi kalau saran aku ya biarin hati kamu kasih kesempatan untuk Rafa." Jonathan mencoba untuk menyakinkan sahabatnya ini.

"Btw tadi kamu bilang kalau dia juga nanya yang sama ke kamu, emang dia nanya apaan? Dan kamu kasih tahu tentang apaan sama dia? Gak yang aneh-anehkan?" tuduh Kara dengan tatapan tajam ke arah Jonathan.

"Tenang, Kar. Kamu di mata dia itu udah pas banget sesuai takarannya, kayak dia suka sama kopi yang takarannya gak pernah buat dia gak suka sama tuh kopi apalagi bosan." Jonathan melihat kalau Kara seperti tidak puas dengan jawabannya. "Jadi kemarin itu dia sempat nanya tentang hubungan kita seberapa dekat dan dia nanya apa kamu udah punya cowok atau belum terus kamu orangnya kayak apa, dan banyak lagi lah yang dia tanyain tapi aku jawabnya apa adanya kamu. Aku gak ada nambahin atau ngurangin apa yang ada dalam diri kamu, dan aku menilai kalau dia serius sama kamu. Jadi kalau menurut aku ya kamu nikmati aja dulu ritme dari dia dan nantikan saat dia akan menyatakan perasaannya ke kamu, Kar." Sambung Jonathan panjang lebar dan dia melihat kalau Kara senyum-senyum sendiri.

"Panjang umur nih orangnya, hai broo apa kabar? Tumben jam segini baru nongol," sahut Jonathan dan itu membuat Karamel kaget tapi dia enggan untuk menoleh ke belakang, sumpah dia merasa malu banget dan bagaimana raut wajahnya saat ini?

"Baik, broo. Biasa habis nguli dulu tadi jadi telat gini deh," ujar Rafael sambil berhigh five dengan Jonathan dan itu sudah jadi kebiasaan mereka berdua. "Yang lain belum pada dateng ya, Jo?" sambung Rafa yang belum menyadari sosok Kara.

"Belum tuh, baru loe aja yang udah kelihatan. Mau pesan apa, bro buat pembukaan?" tanya Jonathan dan sempat heran melihat wajah Kara yang seperti mengatakan sesuatu yang dia tidak mengerti. "Kamu kenapa, Kar?" tanya Jonathan pada Kara dan setelah mendengar itu malah Rafa langsung duduk dan memastikan kalau yang sedang duduk ini adalah Kara.

"Kamu, Kar? Aku pikir tadi siapa," sahut Rafa yang kini tersenyum ke arah Kara.

"Iya, Kak." Kara tersenyum sedikit kaku.

"Kamu udah lama di sini? Kok gak bilang aku sih? Tahu gitukan aku juga datang cepat tadi," ujar Rafa yang masih berniat untuk ngobrol dengan gadis yang sudah mencuri sebagian dunianya.

"Ehem. Jangan asik cuma berduaan doang dong, Mas. Kalau ditanya ya dijawab dulu kali, Bro," sahut Jonathan yang merusak suasana.

"Eh sori, Jo. Habis ada bidadari sih jadinya gue gak konsen deh, gue pesan iced americano aja ya." Rafael menyebutkan pesanannya.

"Kamu udah pesan, Kara?" tanya Rafael.

"Udah kok, Kak."  Karamel menunjukkan gelas vanila milkshakenya yang masih ada setengah lagi.

"Kamu kesepian di rumah ya, Kar?"

"Iya nih, Kak. Makanya tadi aku main ke sini karena tahu kalau Jo lagi shift pagi. Kak Andre gak ikut sama kamu, Kak?"

"Dia gak ikut, Dek. Katanya lagi kurang enak badan jadi mau istirahat aja, apalagi besok mau nyambut kedatangan calon istri. Dia sampe bela-belain besok pake gak masuk segala loh."

"Masa sih, Kak?"

"Iya, Dek. Gila parah tuh orang kan? Mungkin dia udah kangen banget kali ya sampe gak mau buang waktu buat ketemu sama calon istrinya."

"Sebenarnya aku bingung nih, Kak." Pikiran Kara kembali terusik dengan pembicaraannya tadi siang.

"Bingung kenapa, Kar?" kali ini Rafa memperhatikan raut wajah Kara sudah berubah sedang memikirkan sesuatu.

FLASHBACK ON

"Dek, gimana hubungan kamu dengan Rafa?" Tanya Riris yang kini menguasai panggilan video call.

"Ya gitu sih, Kak. Masih sering ketemu tapi aku gak mau berharap dulu deh karena kan gak tahu gimana dengan perasaannya kak Rafa. Emang kenapa sih, Kak?"

"Kakak cuma kangen aja sama kamu, Dek. Kangen jahilin kamu terus dengerin rengekan kamu, kakak bakalan sedih kalau gak bisa dengarin curhatan kamu lagi."

"Kakak ngomong apaan sih, kan besok juga kita udah ketemu, kak."

"Kak, aku kangen sama kakak nih. Aku bosen gak bisa jahilin kakak nih, aku BT karena gak ada kakak di sini." Alex memonopoli ponsel Riris dan menyampaikan kegundahannya yang tak beralasan.

"Kakak juga kangen sama kamu, Dek. Pengen cepat besok deh biar bisa kumpul bareng lagi." Kara sempat bingung melihat Riris dan juga Alex yang tidak biasanya seperti ini.

"Kak, kalau kita jauh please jangan lupain aku ya. Aku sayang sama kakak dan asal kakak tahu kalau aku juga mendukung kakak dengan kak Rafa. Aku berdoa supaya kakak cepat jadi sama kak Rafa ya."

"Kamu ngomong apaan sih, Lex? Gak usah ngawur gitu deh."

"Kan aku bentar lagi kuliah, Kak. Siapa tahu aku bisa masuk ITB, itu maksud aku kak." Kara kembali lega karena mendengar penjelasan Alex.

"Kar, kalau kata kakak ya kita sebagai cewek harus bisa jaga diri. Kakak senang kalau kamu sama Rafa,dek. Andre bilang kalau Rafa itu baik dan dia juga kayaknya perhatian sama kamu dan itu juga karena dia sayang sama kamu. Pesan aku supaya kamu bisa ya buka hati kamu untuk Rafa."

"Apaan sih ngomongnya, besok aku bakal ceritain semuanya sama kakak ya. Aku jadi makin gak sabar nunggu kalian balik, Kak. Aku kangen."

FLASHBACK OFF

Karamel menceritakan kegundahan yang dia rasakan setelah ngomong panjang lebar dengan keluarganya, ketakutan yang tak beralasan itu pun kembali menggelayuti hati Kara dan dia kembali tidak tenang.

"Kamu jangan mikir yang aneh-aneh ya, Kara. Serahkan semuanya sama Tuhan, kita hanya bisa berdoa supaya tidak ada yang akan terjadi sama mereka." Rafa berusaha menenangkan Kara namun dia sadar kalau tidak sepenuhnya berhasil.

"Tapi Papi dan Mami juga gak kalah aneh, Kak. Aku takut dan aku pengen nanya ke kak Andre apa kak Riris ada ngomong aneh-aneh ke kak Andre atau gak."

"Yauda nanti kamu coba Tanya Andre ya, karena tadi pas aku jalan ke sini si Andre masih meeting, Kar."

"Iya, Kak."

"Kamu jangan mikirin yang aneh-aneh lagi ya, Kara. Kira-kira besok keluarga kamu sampai jam berapa deh, Kar?" Rafa berusaha untuk mengalihkan pikiran Kara supaya ketakutan itu tidak menganggu lagi.

"Kurang tahu juga sih, Kak. Karena sampai jam segini aja mereka belum berangkat, kan ambil penerbangan sore ini terus transit di Singapura dan besok pagi baru ke Jakarta."

"Besok aku boleh ikut jemput gak? Jadi kamu gak usah bawa mobil biar aku jemput kamu terus kita bareng ke bandara. Gimana, Kar?" Rafael memberi tawaran pada Karamel.

"Kan kamu kerja, Kak. Emang bisa?" tanya Karamel ragu.

"Gapapa lagi, Kar. Ntar bisa dikondisikan, sekarang tinggal kamunya setuju atau gak?"  Rafael memperjelas tawarannya supaya Karamel tidak mengkhawatirkan jam kerjanya.

"Ya kalau emang gak ada masalah yauda aku mau, Kak. Makasi sebelumnya ya, Kak." Karamel mengikuti saran Jonathan untuk memberi kesempatan buat Rafael.

Semakin dekat dengan Rafael malah membuat Karamel sering merasakan hal-hal yang tak terduga dari pria ini. Dia yang tidak pernah jatuh cinta karena menutup hati buat para cowok sejak menjadi tong curhatan teman-teman wanitanya yang patah hati. Sejak SMA dia sering dengar cerita-cerita yang lebih banyak patah hati karena cinta, itulah sebabnya dia gak mau jatuh cinta. Tapi sosok Rafael seperti mengenalkan cinta dengan caranya sendiri dan itu membuat Karamel bersedia membuka hatinya untuk menerima cinta yang diberikan oleh Rafael buatnya.

"Oh ya, Kar. Nanti aku mau kasih kejutan buat kamu, aku khusus persembahkan lagu nanti buat kamu. Mungkin bagi kamu ini terlalu cepat tapi aku mau menyampaikan apa yang aku rasakan selama hampir 3 bulan dekat dengan kamu." Rafa terus memperhatikan wajah Kara lamat-lamat, dan tatapan Rafa seperti membaca ekspresi dari gadis itu.

"Kamu bisa aja deh, Kak. Iya nanti aku bakal dengerin ya, Kak. Dan soal apa yang kamu rasakan biar kita jalani apa adanya dulu ya, Kak. Tapi aku senang bisa ada di dekat kamu, Kak." Kara menampikkan senyuman terindahnya buat Rafa, supaya pria itu tidak salah paham dengan ucapannya tadi. Kara hanya belum siap untuk menyimpulkan apa yang dia rasakan saat ini.

"Iya, Kara. Yauda aku siap-siap nampil dulu ya," sahut Rafa setelah melihat anggota bandnya sudah tiba.

Sesaat Kara bisa mengalihkan ketakutannya tentang keluarganya dan berharap tidak akan terjadi apa-apa dengan mereka. Kara pun senang karena ada Rafael yang berusaha untuk menenangkan Kara sejak tadi bahkan pria itu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan supaya Kara tidak kepikiran lagi.

👣👣👣

Gimana?
Baper gak pas dinyanyiin sama Rafa?
Duwh sweet ya 😘😘

Udah mau memasuki tahap tahap yang buat gak bisa mikir ntar 😂

Jgn lupa taburan bintangnya plus coment ya 😄😉

Makasi semua readers tercinta 😘😘
See you

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro