Prolog
Aroma cokelat dengan campuran kacang hazel segera memenuhi ruangan mungil yang terletak di belakang kedai. Kiran menghirup dalam-dalam, seolah ingin meraup semua bau-bauan yang menyenangkan itu sekaligus. Tangannya meraih cangkir, lalu mendekatkan ke bibir untuk menyesap isinya yang hangat dan manis. Kiran tersenyum. Dia menyukai aroma kacang hazel, sekalipun belum pernah memakan aslinya.
Pernah, koreksi batinnya segera. Lalu gadis manis itu menarik napas panjang dan lama. Matanya berembun, benaknya kembali mengingatkan pada sebuah nama, yang sebenarnya ingin ia lupakan selamanya. Atau mungkin dia tak ingin melupakannya.
Kiran menggelengkan kepalanya, lalu memijat bahunya yang pegal, lalu membenahi celemeknya. Sebentar lagi waktu istirahat sudah habis, kedai akan dibuka, lalu pelanggan berdatangan. Ia harus siap, meskipun dirinya tidak banyak memasak lagi kali ini.
Gadis itu kembali menyesap kopinya hingga habis, sembari menghirup aroma kacang hazel yang menguar dari minuman tersebut, lalu berdiri diam, seolah menunggu. Ia siap. Bahkan ketukan di pintunya yang sekarang terdengar, adalah hal yang sudah ia antisipasi. Kiran membuka pintu, mengangguk pada salah satu karyawan yang memberitahunya bahwa kedai sudah buka. Langkah kakinya percaya diri menggema ke seluruh lorong, lalu terhenti saat tak sengaja ekor matanya menangkap tayangan televisi yang dinyalakan karyawannya di ruang istirahat.
"Mampukah mereka menjawab tantangan yang paling extrim dari Chef Janesh?" Sayup narator itu melemparkan pertanyaan retoris. Kiran tercekat. Oh, sudah dimulai. Hatinya seakan disayat dengan sembilu, perih dan ngilu. Bersiaplah. Sudah dimulai.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro