Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Love is... (Chap 6 END)

Author's Pov
.
.
.

"[YourName]-chan," naomi lagi-lagi memeluk kamu ketika kamu baru sampai ke kantor. Kamu melepas pelukan naomi.

"Bagaimana sudah sembuh?" Kamu hanya mengangguk menjawab pertanyaan naomi lalu setelah itu kamu melihat kondisi kantor yang hanya ada kamu dan naomi. Kamu hanya mencoba mengabaikan dan duduk di kursi kerjamu.

Baru beberapa detik kamu mengempaskan dirimu di kursi kerjamu tiba-tiba pintu menjeblak terbuka menampilkan senior berkacamata yang sangat disiplin, kunikida.
Kunikida melihatmu dengan tatapan seolah-olah kamu adalah mangsa empuk, kamu menelan ludah tanpa sadar.

Kunikida menghampirimu dan membetulkan kacamatanya yang sedikit turun.

"Kebetulan sekali kau hari ini masuk," kunikida mengambil tumpukan kertas yang ada di mejanya dan memberikannya kepadamu, kamu hanya melihat tumpukan kertas itu yang bagaikan gunung fuji, oke itu agak sedikit berlebihan tapi tumpukan kertas itu memang banyak.

"Itu tugas-tugas yang seharusnya kamu kerjakan kemarin dan sekarang silahkan nikmati dan harus rapih. Harus. Selesai," ucap kunikida dan di beri penekanan di kata tetakhirnya. Kamu hanya menghela nafas.

"Lho kunikida-san bukankah [YourName]-chan masih ada misi dengan ranpo-san? kan dia asistennya ranpo-san," naomi berbicara dengan kunikida dan kunikida hanya berbicara acuh

"Dia bukan asisten ranpo lagi," naomi kaget dan begitu juga dirimu.

"Maksudnya?" Tanya kamu bingung, kunikida melihatmu.

"Memangnya kau tidak tau? Ranpo tadi pagi pergi dengan atsushi untuk bertemu dengan klien itu dan sepertinya dia akan menyelesaikannya," ucap kunikida dan membuatmu terdiam.

"Tapikan seharusnya perginya dengan [YourName]-chan yang asistennya bukan atsushi," ucap naomi dan di balas kunikida dengan angkat bahu

"Mungkin dia sudah di buang oleh ranpo," ucap kunikida asal dan membuatmu tambah kacau pikirannya.

"Huaa kunikida-san hidoi, jangan berucap seperti itu dong," kata naomi yang melihatmu dengan tatapan kasihan.

Kamu hanya menghela nafas dan suasanamu suram.
"Di buang ya?" Batinmu miris. Tapi seketika kamu menggelengkan kepala. "Tidak,"batinmu mengelak
"Bagus jika dia sudah membuangku, berarti aku bebas," ucapmu di dalam hati dengan perasaan senang yang masih di ragukan.

.
.
.

Setelah hari mulai semakin siang atsushipun datang bersama dazai yang entah khusus untuk dazai dia dari mana, dazai langsung di marahi oleh kunikida karena keluyuran dan atsushi hanya tersenyum maklum melihat dua seniornya yang memang tidak pernah akur.
Atsushi menghampirimu yang sedang mengerjakan tugas-tugas yang di berikan kunikida tadi.

"Ne [YourName]-chan," kamu hanya berdehem menjawab panggilan dari atsushi, matamu masih fokus menatap layar komputermu.

"Ranpo-san memangnya punya jawaban seperti apa?" Kamu menghentikan kegiatan kerjamu dan menatap atsushi dengan tatapan yang heran.

"Kenapa kamu tanya kepadaku? Bukankah tadi kamu yang mengantarnya?" Kamu bertanya dan atsushi hanya mengangguk

"Aku memang mengantarnya tapi aku hanya menunggu di luar dan ranpo yang di dalam bersama kliennya itu, katanya aku tunggu di luar saja," ucap atsushi yang membuatmu tambah heran.

"Aku tidak tau jawaban ranpo-san apa karena dia tidak memberitauku jadi yasudahlah," ucapmu yang mulai mencoba fokus lagi tapi pikiranmu mulai bertanya-tanya apa sebenarnya jawaban dari si detektif itu.

.
.
.

"Ahh akhirnya," kamu merenggangkan otot-ototmu yang kaku setelah seharian penuh mengerjakan tumpukan kertas itu agar menjadi laporan yang rapih, kamu melihat ke luar jendela, hari sudah sore dan kamu mulai memutuskan untuk pulang.

"Sudah selesai?" Tanya kunikida yang masih setia dengan komputernya, kamu mengangguk.

"Yasudah kau boleh pulang, dan kau harus ingat untuk tetap rajin mengerjakan tugas-tugas itu," ucap kunikida dan di balas anggukan olehmu.

"Siap senior," ucapmu memberi hormat dan berhasil mendapat pelototan dari kunikida.

"Sana pergi," kamu cepat-cepat pergi keluar atau kamu akan kena semprot dari kunikida.

.
.
.
.

Keesokan paginya kamu sudah selesai mandi dan siap-siap membuat sarapan, hari ini adalah hari minggu dan kemarin malam kamu mendapat telepon dari poe yang mengajakmu untuk keluar makan ice cream sekaligus main di area permainan besok, berarti hari ini, kamu mengiyakan ajakan poe karena kamu hari ini libur dan kamu ingin bersenang-senang setelah lelah bekerja dengan tumpukan kertas yang memuakkan.

Kamu hari ini memasak nasi goreng omelet, dan ketika kamu sedang asyik memasak tiba-tiba kamu mendengar ponselmu berdering dan kamu mematikan kompormu demi keamanan daripada nanti setelah selesai kamu mendapati nasi gorengmu gosong.

Kamu menghampiri ponselmu yang berdering lalu mengangkatnya

"Hallo"

"[YourName]," kamu mengernyitkan dahi mendengar suara di seberang teleponmu

"Ranpo-san ada apa?," kamu bertanya dengan nada bingung

"Kamu harus kesini," ucap ranpo dengan suara yang aneh kamu hanya menaikan alis bingung.

"Ada ap--", ucapanmu terpotong oleh ranpo

"Pokoknya kesini," ucap ranpo dan sambungan terputus. Kamu hanya menatap ponselmu dengan bingung dan kesal. Bingung karena mendengar suara ranpo yang sedikit serak dan kesal karena ranpo langsung menutup teleponnya.
Kamu mendengus.

"Kesini kemana? Seenaknya saja," ucapmu sambil menggerutu lalu setelah itu kamu mulai kembali ke kegiatan awalmu lagi.

.
.
.
.

Kamu berdiri menatap rumah yang kamu pernah kunjungi sebelumnya, di tanganmu terdapat bekal nasi goreng omelet yang kamu buat, entah kenapa kamu membawanya untuk ranpo. Kamu menatap pintu itu ragu, tapi setelah itu kamu memenekan bel pintu itu.

Sekali.

Oke kamu mulai ragu untuk datang ke rumah itu, dan kamu memutuskan untuk tidak menekan bel itu lagi, kamu memutuskan untuk berbalik pergi tapi sebelum kamu melakukan itu tiba-tiba pintu itu terbuka dan baru kamu ingin menyapa tiba-tiba lagi tanganmu di tarik masuk kedalam dan pintu itu tertutup.

Matamu mengerjap setelah kamu sudah masuk ke dalam rumah itu dan kamu terkejut mendapati dirimu bersandar di pintu yang tertutup tadi dengan ranpo yang berada di dekatmu-ralat-sangat dekat denganmu hingga kamu seperti kucing yang terjepit.
Kamu terdiam menatap ranpo yang menunduk sehingga kamu tidak melihat wajahnya.

"Ranpo-san?" Kamu bertanya dan ranpo merespon dengan mengangkat wajahnya, kamu tertegun menatap wajahnya yang seperti bukan ranpo saja, di bawah matanya ada sedikit lingkaran hitam walau samar dan bibirnya sedikit pucat lalu rambutnya semakin berantakan.
Kamu tanpa sadar mengangkat tanganmu dan menyentuh wajah ranpo yang tampak lusuh.

"Ranpo-san kau bisa bicarakan? jangan hanya diam," kamu mulai bingung kenapa sedari tadi ranpo hanya diam seperti zombie yang ada di film, oke kamu terlalu banyak nonton film. Lupakan itu.

Ranpo menatapmu dengan pandangan yang sulit diartikan, dia malah mendekatkan wajahnya padamu membuatmu bisa merasakan nafasnya yang hangat. Kamu mulai tegang.

"Ranpo-san," kamu mendorong ranpo untuk menjauh tapi ranpo sama sekali tidak menjauh. Kamu semakin tegang ketika ranpo semakin dekat wajahnya dan kamu hanya memejamkan mata tidak berani untuk lihat.

"Aku lapar," ucap ranpo tepat di telingamu dan kamu seketika merinding mendengar suara serak dari seorang ranpo.

"Aku bawa nasi goreng," ucapmu mencoba untuk tenang tetapi kamu masih takut. Ranpo menjauhkan wajahnya dan menatapmu yang sekarang juga melihat ranpo.

"Aku mau," ucapnya dengan nada riang walau suaranya masih serak dan kamu hanya menatap tidak percaya akan perubahan sikap ranpo.

.
.
.

Ranpo melahap habis nasi gorengmu dan kamu hanya menggeleng melihat ranpo yang seperti tidak makan selama setahun.

"Pelan-pelan saja," ucapmu dan ranpo hanya mengangguk saja dan setelah dia menyelesaikan acara makannya dia bersandar di sofa sambil menepuk perutnya tanda kenyang.

"Jadi kau menyuruhku kesini karena lapar?" Tanyamu dan hanya di balas anggukan oleh ranpo dan kamu hanya menggeleng.

Tiba-tiba ponselmu berdering dan kamu melihat itu dari poe.

"Hallo poe-kun"

"Ah iya aku lupa maafkan aku, aku segera kesana"

"Oke"

Kamu menutup teleponmu dan menatap ranpo yang sedari tadi melihatmu.

"Ranpo-san aku pamit ya," kamu berdiri tetapi ranpo menahan tanganmu.

"Kemana?" Tanya ranpo dan kamu hanya menjawab
"Bertemu dengan poe-kun,"

Ranpo seketika berubah.

"Tidak boleh," kamu menatap ranpo bingung

"Tapi aku harus pergi, aku sudah janji," kamu berucap dan melepaskan tangan ranpo lalu mulai beranjak pergi tapi lagi-lagi ranpo menarikmu dan kamu terjatuh di sofa dengan posisi ranpo yang berada di atasmu.

"Kalau kau pergi aku akan membuatmu tidak akan bisa pergi," ucap ranpo mengancam dan kamu hanya mencoba melepas tanganmu dari genggaman tangan ranpo.

"Apa maksudmu? Kau mau membunuhku ya? Sudahlah lepaskan aku," ucapmu berontak tapi ranpo hanya menatapmu.

"Kau pasti mengertikan jika seorang perempuan di bawah laki-laki itu akan seperti apa," ranpo berucap sambil menyeringai, dan kamu terkejut sekalipun merona.
Tapi kamu tetap memberontak.
"Jangan bercanda ranpo," kamu kesal sekaligus panik.

"Jadi kamu menganggap aku bercanda, baiklah aku akan tunjukkan keseriusanku," ucap ranpo dan kamu terkesiap ketika merasakan bibirmu di sentuh oleh bibir orang lain. Ranpo menciummu tepat di bibir.

Kamu terdiam dan ketika ranpo melepaskan ciumannya kamu menatap ranpo dengan pandangan sedih.

"Kau sudah membuangkukan? Aku ini bukan asistenmu lagi, lalu kenapa?" Ucapmu sedih dan matamu berkaca-kaca, ranpo yang melihatmu lalu terdiam.

"Aku memang membuangmu," kata ranpo, dan membuatmu mengeluarkan air mata, sedih.
"Membuangmu jadi asistenku dan menjadikanmu sebagai kekasihku," ucap ranpo dan membuatmu terkejut.

"Eh?" Kamu menatap tidak percaya ranpo yang tadi berucap seperti itu. "Kekasih?" Batinmu tidak percaya.

"Kau pasti maukan," itu bukan pertanyaan melainkan perintah dan kamu hanya mendengus mendengar ucapan ranpo tersebut.

"Kalau aku tidak mau?" Tanyamu

"Aku akan memaksa," ucap ranpo dan kamu hanya mendengus lagi.

"Terpaksa deh aku mau," ucapmu dan ranpo hanya tersenyum, kamu juga ikut tersenyum.

Lalu ranpo menunduk lagi untuk menciummu dan ketika tanganmu sudah bebas dari cengkraman ranpo, kamu hanya mengalungkan tanganmu di leher ranpo.

Tiba-tiba kamu mendengar ponselmu berdering dan kamu mencoba mendorong ranpo agar sedikit jauh darimu.

"Ponselku berdering," kamu menatap ranpo yang seperti tidak terima kamu memutuskan ciuman begitu saja.
"Minggir dulu," kamu berusaha mengusir ranpo yang masih diatas tubuhnya, ranpo menggeleng. Kamu menghela nafas.

Kamu mencari keberadaan ponselmu yang ternyata berada di tas yang berada di sebelahmu, kamu mengangkat.

"Hallo poe-kun, aku--" kalimatmu terhenti karena ranpo sudah merebut ponselmu, lalu ranpo menjawab

"Ah kamu kah? Hari ini dan untuk selamanya [YourName]-chan itu tidak bisa pergi denganmu, oke? Dia akan selalu bersamaku," ucap ranpo dan mematikan ponselmu lalu meletakkan di meja, kamu merona mendengar ucapan ranpo.

Ranpo melihatmu.

"Kita sudah sampai mana tadi?" Ucap ranpo ambigu dan kamu hanya menatap kesal.

"Dasar mesum," ucapmu dan hanya di balas seringaian oleh ranpo.

.
.
.
.

4 minggu kemudian
.
.
.

"Ranpo minggir aku sedang bekerja," ucapmu tapi ranpo hanya semakin memeluk lehermu dari belakang dan mencoba mencari bibirmu untuk di cium.

Kunikida berdehem.

Dazai cuek.

Yosano terkekeh.

Naomi langsung ikutan peluk onii-samanya.

Atsushi merona dan menutup mata kyouka.

Kenji tepuk tangan.

"Kiriman paket," seseorang muncul mengantar paket entah dari siapa.
Kenji mengambil dan membaca tulisan di atas paket tersebut.

"Untuk edogawa ranpo," kenji berucap dan menyerahkan paket itu ke ranpo yang masih asyik melakukan kegiatan keisengan dia. Ranpo menaikkan alisnya tapi dia tetap membukanya.
Sebuah novel dengan cover gambar dirinya dan kamu? Kamu menatap tidak percaya. Cover itu menampilkan gambar kamu dan ranpo dengan versi kartun yang sedang... pelukan?
Kamu mengerjap dan semua yang ada di kantor hanya menatap dengan kagum novel itu. Kamu melihat kertas yang berada di atas novel tersebut.

Terimakasih untuk Ranpo-san dan [YourName]-san, berkat kalian novel ini jadi, semoga kalian senang dengan covernya. Dan semoga kalian bersama selamanya ^^

Kamu membaca isi kertas itu dan kamu hanya tersenyum lalu kamu melihat ranpo yang sekarang sudah memakan permen lolipopnya lagi.

Ya. Kamu juga berucap terimakasih kepada klienmu itu.
Apapun yang ranpo jawab pada saat itu adalah sesuatu yang baik untuk dia dan juga ranpo.

.
.

End
.
.
.

Omake
.
.
.

Di sebuah ruangan yang menampilkan seseorang bernama fukuzawa yukichi itu sedang melihat sebuah paket yang sama seperti paket ranpo tadi hanya saja ini berisi sebuah kaset yang berisi rekaman. Fukuzuwa mendengar rekaman itu.

"Jadi apa jawabanmu ranpo-san?"

"Cinta itu adalah sesuatu yang tidak bisa di mengerti oleh otak bahkan yang jenius sepertiku tapi... cinta itu harus benar-benar dirasakan jika kamu benar-benar ingin merasakan secara langsung, cinta itu tidak bisa di pikirkan saja tetapi cinta itu harus menggunakan hati dan ketika hati merasakan maka otakpun mendefinisikannya. Maka dari itulah aku sengaja turun langsung untuk merasakannya dan ketika aku merasakannya aku sadar bahwa aku tidak akan membagi cintaku kepada siapapun seperti ice cream dan manisan yang aku punya hahaha, terimakasih olehmu dan terimakasih oleh sachou."

"Ja-jadi kau sudah tau..."

"Tentu saja kau itukan temannya sachou aku melihat fotomu di kantor sachou"

"Jangan sebut aku detektif kalau yang begitu aku tidak tau hahahaha"

Fukuzawa mematikan rekaman itu dan melihat foto dia bersama temannya. Fukuzawa menghela nafas.

"Ranpo memang sangat pintar," gumam fukuzawa lalu dia meminum tehnya.

Cinta adalah sesuatu yang bisa dirasakan oleh hati dan baru bisa di definisikan oleh otak -by Edogawa Ranpo.
.


.
.

Selesai

Semoga berkenan dan bagus wkwk jangan lupa vommentnya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro