35. Asmara janji
Denok memperbaiki long dress berwarna navy Marchesa Notte off shoulder yang menampilkan kedua bahunya yang mulus dan mengundang tatapan orang lain kepadanya karena hari ini Denok cukup lebih segar dibandingkan tamu yang lain.
Semua menampikan kemewahan dan betapa glamour pakaian yang tengah dipakai oleh mereka, tapi Denok tetap terlihat mewah dalam kesederhanaan yang terbalut di tubuhnya.
Luki Amidjaja sudah mewanti-wanti kalau tunangannya ini berpenampilan cantik dari apa yang dia kira, dan ternyata dugaannya benar. Dan kini, Luki merasa Denok menjadi bahan perhatian sekitar karena kecantikan gadis itu! Harusnya dia membelikan mukena saja atau tidak pakaian syar'i! Tapi Luki ingat bahwa Denok Katolik dan jelas tunangannya tidak akan memakai pakaian yang menutup aurat itu.
"Denokku!" teriak Rajasa ketika Denok baru saja datang dan menghampiri meja keluarga.
Denok mencium tangan Rajasa dan memeluk pria tua itu. "Opa, apa kabar?" tanyanya dengan nada lembut seperti biasanya.
"Sangat baik! Kamu cantik sekali... Luki pasti menyesal karena sudah melepaskan kamu." ujar Rasaja mulai mengompori posisi cucunya yang ada di belakang tubuh Denok.
Denok hanya melirik sekilas tanpa memedulikan ekspresi Luki. "Opa maaf ya, aku jarang main ke rumah... minggu ini, UTS anak-anak di sekolah selesai, aku akan mengunjungi Opa nanti." kata Denok membuat Rajasa sumringah.
"Oke! Opa tunggu ya! Jangan lupa bawa kue lupis!" request pria tua itu.
"Siap."
Luki menahan lengan Denok dan berbisik. "Kamu jangan banyak senyum begitu dong.."
"Apa sih?!" keluh Denok menjauh dari Luki.
Lalu Denok melihat Ruth, Virginia serta Penelope melambaikan tangan kepadanya, dan tentu saja Denok mendekat ke arah wanita Amidjaja itu, tanpa Luki sadari dia hendak melangkah mengikuti Denok namun Rajasa menahan tangannya.
"Ada apa Opa?" tanya Luki tak sabaran.
"Biarkan Denok menyapa Mamamu dan Tante-Tantemu dengan bebas. Mau sampai mana kamu menjadi ekor Denok?" tanyanya dengan sebal.
Luki melengos dan membetulkan tuksedonya. "Aku tidak akan tenang kalau lihat dia cantik begini, Opa tidak lihat? Semua tamu undangan Adjie itu aktor lebay dan playboy yang tidak akan tahan melihat cewek cantik."
"Oh," Rajasa berdeham dan terkekeh pelan meledek bagaimana gilanya Luki. "Memang sulit kalau punya perempuan cantik, tapi Denok bukan milik kamu."
"Akan aku jadikan dia milikku!" tekan Luki duduk di sisi Opanya hingga kata-katanya tadi bisa didengar oleh Laksmana.
Meskipun kelihatannya Laskmana tidak peduli dan sejak tadi mengacuhkan kedatangan Denok dan dirinya, tetap saja Luki akan membuktikan bahwa Denok adalah miliknya.
"Dimana calon istri lo?" tanya Luki berbasa-basi kepada Laksmana.
Laskmana meneguk sampanye dengan tenang. "Diajak Papa gue buat kenalan sama partner bisnis."
Wah... gerak cepat juga Om Sienggih, batin Luki. Melihat dari bagaimana sikap cueknya Laksmana, pasti sepupunya ini tidak tertarik pada calon istrinya itu.
"Calon istri lo cantik kok." kata Luki berusaha membesarkan hati Laksmana, ya meskipun tidak secantik Denok, bagi Luki tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikan tunangannya itu.
"Makasih, harusnya lo bicara sama Ansara langsung." balas Laksmana seadanya.
Luki menepuk bahu Laksmana. "Gue juga bentar lagi akan menikah dengan Denok,"
Laksmana menoleh kepadanya dan Luki berhasil menarik atensi Laksmana sekarang. "Congrats kalau begitu."
Rajasa yang mendengarkan perbincangan antara kedua cucunya itu hanya bisa menghela napasnya, meksipun Laksmana tidak terang-terangan menunjukkan perasaannya kepada Denok, Rajasa tahu kalau perasaan Laksmana pada Denok nyata adanya. Semoga saja tidak ada hal buruk yang akan terjadi di kemudian hari.
Rajasa tidak akan sanggup melihat perpecahan di dalam keluarnya hanya karena seorang wanita saja.
Lalu Denok datang kembali bersama Martha di sisinya. "Aku sudah sapa Mas Adjie sama Mbak Ariel." katanya memberi laporan.
Luki berdeham lalu bangkit dari duduknya. "Mau pulang?" tawarnya.
Rajasa mendengus geli. "Mau apa pulang cepat-cepat?"
Martha mengangguk setuju. "Duduk dulu, De.. mau minum apa? Sampanye? Wine?"
"Sampanye aja," Jawab Denok.
Martha memberikan sampanye kepada Denok dan gadis itu menerimanya dengan senang hati. "Darimana kamu belajar asam basa?" tanya Laksmana tiba-tiba kepada Denok.
Denok yang duduk di sisi Rajasa terkejut karena tidak sangka bahwa Laksmana akan bertanya sekaligus menyapanya lagi. "Masih aja dibahas,"katanya dengan nada protes.
Martha menahan tawanya, sementara Luki berdecak di sisi Laksmana.
"Kamu mabuk saat di Bali, dan Martha merekam kamu, tentu saja aku jadi penasaran darimana kamu belajar asam basa, dari awal kita belum pernah membahasnya." ujar Laksmana sengaja membuka obrolan agar dia dan Denok tidak canggung lagi.
Luki hanya bisa menyipitkan matanya sadar bahwa Laksmana tengah memanfaatkan keadaan agar Denok kembali bersikap biasanya kepadanya.
Denok membulatkan matanya. "Aku cuman..." Denok menggaruk pelipisnya malu dan menggeleng. "Entahlah,"
"Kamu lucu banget De!" ujar Martha terkekeh pelan. "Kamu bahas Phospate, Carbonat, sampai HCO-3 saat mabuk."
Denok menepuk keningnya merasa malu tak ada dua. "Aku belajar untuk tahu kadar dan analisa gas darah, itu... cuman iseng aja, karena terkadang ketika asam meningkat dan membuat kinerja paru-paru serta jantung meningkat pun buat pasien sesak." jawab Denok kepada Laksmana.
Laksmana terkekeh pelan. "Hipoventilasi," ujar Laksmana menerangkannya kepada Denok, sementara Rajasa, Luki dan Martha menjadi pihak penonton dan pendengar setia. "Kadar karbondioksida dan pH darah bisa merangsang kemoreseptor yang bisa mempengaruhi pusat pernapasan. Bisa juga terjadi hiperventilasi."
"Waw..." Denok berdecak kagum dengan penjelasan Laksmana yang singkat namun jelas itu. "Jadi gangguan keseimbangan asam basa itu..."
"Asidosis respirator," imbuh Laksmana dengan senyuman tipisnya. "Hipoventilasi itu retensi dari karbondioksida dengan H2CO3 yang menaik dan H+ menaik. Sementara alkalosis respiratorik itu hiperventilasi yang menyebabkan banyaknya karbondioksida yang hilang."
"Oh..." dan Denok benar-benar mengerti sekarang. "Jadi penentuan buat interpretasi AGD itu di lihat dari nilai pH, benar?" tanyanya.
Laksmana mengangguk dengan senyuman puas mendengarkan pertanyaan Denok. "Benar. Ngomong-ngomong, kenapa kamu nggak masuk kedokteran saja? Kamu ternyata pintar juga."
"Ah..." Denok mengibaskan tangannya dan menyampirkan helaian rambutnya ke belakang telinga dengan rasa malu.
Luki, yang melihat itu semua merasa tidak bisa tinggal diam, Denoknya baru saja tersipu malu karena pujian Laksmana! Sial!
"Ayo pulang!" paksa Luki menarik tangan Denok kali ini.
Denok menatap Luki dengan aura permusuhan yang kuat. "Apa, sih? Nggak lihat aku lagi ngobrol apa?"
"Ngobrol sama aku nanti! Ayo pulang!" Luki membuat Denok berdiri secara paksa dan sengaja mengikuti kemauan pria itu daripada membuat kegaduhan acara resepsi Adjie dan Ariel.
Bisa apa lagi memangnya?
Martha yang melihat itu semua merasa kasihan kepada Denok, sementara kakaknya Laksmana tengah tersenyum seperti orang bodoh setelah membahas asam basa dengan tunangan sepupunya sendiri.
"Mas, jangan gila." kata Martha mengingatkan sikap Laksmana.
Sementara Laksmana berdeham dan melirik Opanya yang tengah menatapnya dengan tajam. "Tipe cewek ku itu begitu, Opa. Yang pintar seperti Denok."
Rajasa menggelengkan kepalanya tak percaya, sepertinya yang harus secepatnya dinikahkan itu Laksmana, bukan Luki!
***
"Kenapa kamu bawa aku ke apartemen kamu?" tanya Denok tidak terima karena dia tidak dipulangkan ke rumahnya.
Sementara itu, Luki melepaskan dasi pitanya, membuka tiga kancing kemeja putih dan tuksedonya hingga membuat Denok beringsut mundur takut jika Luki akan menyerangnya kembali.
"Sini kamu!" pinta Luki dengan berkacak pinggang.
"M-mau apa?" tanya Denok menutupi dadanya dengan kedua tangannya.
"Aku nggak akan ngapa-ngapain." ujar Luki berusaha membuat Denok mendekat ke arahnya. "Aku mau cuddling."
Mendengar tawaran cuddling, Denok pun mendekat. "Kita nggak pamit sama Mas Adjie dan Mbak Ariel, nggak enak banget."
"Nggak apa-apa." jawab Luki menenangkan dan membuat Denok duduk di atas pangkuannya.
Awalnya Denok berjengit kaget dan hendak bangkit, tapi Luki menahan pinggangnya. "Jangan kabur," bisiknya.
Denok menggeleng dengan tatapan polosnya. "Aku nggak kabur, tapi tolong... aku juga bisa duduk sendiri kok."
"Nggak," sahut Luki tidak setuju. "Aku maunya begini, mari kita buka obrolan kita, tadi aku lihat kamu dan Laskmana bisa akrab lagi karena bahas asam basa itu! Padahal, aku yang dengar ocehan kamu semalaman saat mabuk itu!"
"Iya, terus kamu cium aku ketika aku nggak sadar kan?" balas Denok membuat Luki terkekeh gugup.
"Udah lama nih nggak ciuman. Mau nggak?" tawarnya.
Denok malah menggeleng dengan raut wajah geli. "Sudah berapa banyak cewek yang kamu gombali begitu?"
"Ya banyak." jawab Luki dengan jujur. "Tapi cuman satu cewek yang kasih aku peringatan, makanya aku minta izin sama kamu sekarang, boleh nggak aku cium kamu, Sayang?"
Denok menjauhkan dirinya dan menahan kedua tangannya di atas bahu Luki. "Kamu kelihatan kayak bajingan kalau begini."
"Ya ampun..." Luki speechless dan hanya menatap Denok dengan raut wajah yang tidak bisa Denok jabarkan.
Merasakan bahwa dia baru saja menyinggung Luki, Denok meringis kaku. "Maaf, aku nggak sopan." katanya kepada Luki.
Tadinya Luki ingin mengomel tapi melihat tampang menggemaskan Denok mana bisa dia tahan? "Sayang... mulutnya itu lho tolong dijaga ya?"
"Oke." jawab Denok dengan enteng.
Luki berdeham dan menyingkirkan rambut Denok ke belakang bahu gadis itu, aroma manis dan segar milik Denok bisa dia hirup dengan bebas. "Aku mau bicara soal perkembangan hubungan kita."
"Ya,"
"Aku mau tanya..." Luki menyusuri bahu telanjang Denok dengan telunjuknya dan turun pada dada gadis itu. "Kamu sudah nyaman denganku? Maksudnya kedekatan kita, seperti sekarang."
Nyaman? Denok mengernyitkan keningnya bingung tapi memang entah kenapa rasanya Denok bisa mengetahui bahasa tubuh Luki ataupun tubuhnya sendiri yang bisa menerima Luki secara alamiah.
"Kayaknya suka," jawab Denok tak mau repot-repot berpikir. "Kenapa?"
Luki menghela napasnya dengan lega. "Syukurlah, karena aku sedang berjuang untuk buat kamu nyaman dengan keberadaan aku."
"Biar aku bergantung sama kamu?" tanya balik Denok mengeluarkan senjatanya.
"Kamu mau bergantung kepadaku? Aku bakal sujud syukur."
"Berlebihan." cibir Denok.
Luki mendekatkan wajahnya mencium bahu kiri Denok dan meninggalkan kecupan basah di sana, Denok menatap Luki dengan penuh penasaran dan menunggu hal baru apa lagi yang akan pria itu lakukan kepadanya.
"Kamu suka aku cium begini?" tanya Luki kepada Denok.
Denok mengerjapkan matanya malu, kedua pipinya bersemu merah lalu gadis itu mengangguk. "Iya."
Luki senang mendengarnya, dan kali ini Luki mencium tulang selangka Denok, menggigit kecil di sana dan turun menuju dada Denok. Awalnya, Denok menjauh tapi Luki menahan pinggang gadis itu dan sengaja mendorongnya agar wajahnya terbenam di tengah dada Denok.
Menghirup semua aroma manis gadis itu dan mencium dada Denok berkali-kali hingga membuat Denok kesulitan menarik napasnya sendiri.
Luki mengangkat wajahnya setelah berhasil membuat goresan halus di permukaan dada Denok yang putih karena rahangnya yang tidak dicukur sampai habis olehnya.
"Baby," panggil Luki membuat gadis itu menunduk membalas tatapannya. "Marry me,"
Denok membulatkan matanya dan menggeleng. "Kok ngajak nikah lagi?!"
"Kamu nggak mau?" tanya Luki tak sabaran.
"Aku masih belum nemu alasan yang bagus buat terima ajakan nikah kamu soalnya!"
Jawaban Denok malah membuat Luki kesal, jangan-jangan gadis itu memang tidak mengerti akan perasaannya sendiri? Jika iya Luki pening, bagaimana bisa dia membuat Denok menyadari perasaannya sendiri ya Tuhan...
"D, but you can feel me right?"
"Feel what?" tanya Denok.
Ah! Maki Luki dalam hati, kali ini Luki membaringkan tubuh Denok dengan gentle di atas sofa dan mengungkungnya dari atas. Gadis itu terkejut bukan main, tapi Luki langsung menciumnya dengan ganas dan membuat Denok meremas lengan atasnya meminta Luki untuk melepaskannya.
Tapi Luki jelas tidak akan membiarkan gadis itu lengah sekalipun, kecupan hangat dan panas itu terus Luki berikan dan membuat Denok kewalahan. Luki menggigit bibir bawah Denok dan merasakan tarikan napas Denok yang memberat, ciumannya turun menuju dada dan menurunkan permukaan dress yang sengaja tidak menutupi seluruh dada gadis itu.
Denok meremas rambutnya dan meminta Luki untuk melakukannya secara lebih, Denok sendiri tidak tahu kenapa tapi ciuman Luki berhasil menerbangkan dirinya.
Tangan kanan Luki turun mengusap pinggulnya dan masuk ke dalam dress meraba pahanya dengan telapak tangan Luki yang terasa kasar di atas permukaan kulitnya. Napas Luki begitu terasa di permukaan wajahnya dan pria itu mencium setiap sisi wajah Denok.
"Baby, can you feel me?" tanya Luki dengan suaranya yang berat.
Denok merasakan tangan Luki berada di pinggangnya, menyentuh pinggiran celana dalamnya dan membuat Denok mengangguk cepat dan berusaha melepaskan tangan Luki yang ada di dalam dressnya.
"Mas..." erang Denok ketika Luki malah menyelipkan jari-jari besarnya di sana.
Ciuman Luki sampai pada puncak payudara Denok yang terhalang oleh dress, pria itu menggigitnya secara perlahan membuat Denok mengerang tanpa ia sadari dan Denok memberikan akses dengan menurunkan dressnya lebih jauh.
Luki menatap pemandangan yang ada dibawahnya, Denok setengah bertelanjang, kedua dadanya yang ranum dan besar tersuguhkan di hadapan wajahnya sementara jari-jari Luki sedang menyentuh lipatan dibawah sana yang membuat kedua paha Denok bergetar.
Melihat ketidakberdayaan gadis itu, Luki turun dan mencium puting Denok dengan lidahnya sendiri. Denok menarik napasnya dan membusungkan dadanya meminta Luki untuk memperdalam apa yang tengah dia lakukan.
"Your body language speaks to me," bisik Luki kepada Denok.
Denok masih memandangi Luki dengan tatapan yang sudah terkabut oleh gairah, Luki melepaskan jarinya yang ada di bawah sana sengaja menekan miliknya sendiri yang masih terhalang oleh celananya, sementara Denok mengangkat sedikit kepalanya ingin tahu apa yang baru saja dia rasakan.
"Aku janji nggak akan menyentuh kamu lebih dari ini sebelum kita menikah. Aku janji, Sayang."
Ucapan Luki berhasil membuat Denok waras kembali dan mendorong tubuh Luki hingga terpental ke belakang.
Denok menaikkan dressnya sendiri dan Luki terkekeh pelan melihat betapa berantakannya penampilan Denok karena ulahnya. "Kamu!" teriak Denok dengan kemarahannya.
Luki bangun dan meraih wajah Denok sekali lagi tanpa rasa takut, Luki mencium pipi kanan Denok dengan sangat dalam. "Calon istriku satu ini pemarah." godanya pada Denok.
Dan pada saat itu juga Luki harus melihat aksi brutal yang Denok lakukan padanya. Dan Luki berhasil mendapatkan satu tamparan keras di pipi kanannya.
***
a/n:
Udah harusnya daftar KUA sih ini mah. Memang sulit, kalo udah tua kebelet nikah, kasian Luki. Tapi bucin nya belum seberapa gengs, kalian bakal tau pengorbanan Luki lebih dari sekarang wkwkwk.
p.s: Cerita Laksmana bakal jadi spinn off kayaknya. Centernya bakal beda, akan ada banyak karakter baru di sana.
18, Desember 2022.
Salam sayang,
Ayangnya Jaehyun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro