Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

29. Akhir dari saga

Martha, mengajak Denok bertemu di Houma Listening Bar and All Day Dining, tanpa banyak ba-bi-bu Denok setuju dan melakukan janji setelah pulang dari sekolah. Tentu saja, Denok mengganti pakaiannya dan bersikap sesantai mungkin meskipun dia penasaran setengah mati dengan apa yang akan Martha bicarakan kepadanya.

Denok belum mengetahui kabar Luki sejak pertemuan terakhirnya tiga bulan yang lalu. Ya, semuanya terlewati begitu saja meskipun masih ada rasa kesal, kecewa dan amarah yang Denok tidak tahu harus ia tumpahkan pada siapa.

Pertanyaannya, kenapa pria itu membuat Denok jatuh cinta dengan mudah? Dan cinta yang Denok terima dari Luki itu tergolong invisible, mungkin itu adalah satu dari sekian rahasia yang tidak akan Denok beritahu pada seisi dunia. Jika Luki menyangka bahwa dia tidak mencintai pria itu, maka Denok akan mengakuinya saja daripada harus mengatakan cinta pada pria tua sombong itu.

"Hai! Sori, tunggu lama ya?" kata Martha yang baru saja duduk di depannya.

"Nggak kok, baru sampai di Jakarta hari apa, Mbak?" tanya Denok.

"Kemarin, duh... sori ya, aku buat kamu menunggu. Oh, ya—sudah pesan makanan?"

"Not yet, bareng saja sama Mbak."

Keduanya memesan makanan ringan serta cocktail yang Denok butuhkan, entah kenapa rasanya Denok butuh alkohol untuk malam ini. Ya, sedikit alkohol tidak masalah.

"You okay?" tanya Martha dengan khawatir, Martha adalah perempuan yang baik, dan Denok merasa malu jika harus menolak ajakan temu dengan Martha yang notabenenya tidak mempunyai salah apa pun.

"Memang Mbak lihat aku seperti apa?" jawab Denok penasaran akan tanggapan orang lain terhadap dirinya.

Martha tersenyum lembut dan menghela napasnya dengan berat. "Keadaan kamu... terlihat merelakan? Kok bisa, De?"

Oh? Apakah dia sudah ditahap merelakan? Sepertinya iya. "Aku nggak mau terus berkubang dalam rasa yang nggak pasti, Mbak. Sejak dulu, aku cuman orang baru di kehidupan Mas Luki, dan ya... aku nggak berhak buat singkirin posisi Kezia di hati Mas Luki."

Martha menggeleng takjub, mungkin ini salah satu alasan kenapa Opa selalu berkata bahwa Denok adalah gadis yang menakjubkan. Dibalik usianya yang masih belia, pemikiran Denok memang cukup matang.

Semua kata-kata yang keluar dari mulutnya tertata dengan baik, tanpa tekanan dan otak gadis itu adalah kuncinya. Denok selalu terlihat lebih memahami keadaan dan apa yang terjadi lalu setelahnya dia mengambil tindakan apa yang harus dia lakukan.

"Semuanya berantakan, De. Mas Luki dan Masku—Mas Laksmana, mereka berdua tengah perang dingin."

Sampai saat ini, Denok belum pernah bertemu dengan Laksmana, lagi pula pria itu juga belum pernah menghubunginya. "Mas Laksmana hanya sekadar bicara saja kali, Mbak."

Martha menggeleng dengan wajah kaku dan serius. "Nggak, De.. Masku belum pernah bercanda, dan dia serius soal kamu. Itu juga yang buat keluarga merenggang setelah pertengkaran Mas Luki dan Masku."

Kedua mata Denok membulat tak percaya. "Pertengkaran?"

"Ya, Mas Luki menghajar Masku."

"Kenapa bisa..." Denok tidak bisa berkata-kata lagi sekarang. Kenapa bisa Luki kehilangan kesabaran? Dan Laksmana? Pria itu bercanda. "Kalian semua nggak mungkin—"

"De, maafkan aku." Martha meraih tangan Denok dan menggenggamnya dengan erat. "Opa jatuh sakit, memikirkan kedua cucunya, dan Mas Luki tetap berkeras hati untuk kembali dengan kamu,"

"Bukannya Mas Luki nggak bisa meninggalkan Kezia?"

"Sudah tidak lagi."

Apa-apaan ini? Bajingan sekali Luki Amidjaja itu. "Apa Mas Luki sengaja ingin mempermainkan perasaanku, Mbak? Ketika aku yakin, dia malah buat aku mundur, dan setelah aku mundur dia ingin menarik aku kembali? Apa dia gila?!"

Martha mengangguk dengan wajah tak enak. "Aku tahu, De... aku tahu kamu pasti marah."

"Jangan bilang bahwa Mbak di sini..."

Martha mengangguk dengan wajah tak enak, ya bagaimana pun juga keluarganya telah membuat Denok terjebak diantara masalah yang tidak pernah Denok harapkan akan terjadi. "Jangan pilih Masku, kamu boleh menolak Mas Luki, tapi tolong jangan pilih Masku."

"Apa—"

"Karena pertengkaran yang terjadi diantara Mas Luki dan Mas Laksmana, kedua orangtuaku menjodohkan Masku pada akhirnya, De."

Lega bukan main...

Denok menghembuskan napasnya dengan lega. "Puji Tuhan..."

"Kamu lega?"

"Sangat, tapi sepertinya aku nggak bisa muncul ataupun bertemu dengan keluarga kalian lagi. Aku nggak mau jadi sumber masalah."

"Tapi sebentar lagi Adjie akan menikah, De."

"Lalu apa aku harus ada di sana?"

"Ya, sebagai jaminan untuk menjaga nama baik—agar masalah ini tidak tembus keluar sana, bersikap bahwa kamu masih menjadi tunangan Mas Luki saja, nggak lebih."

Pasti, setiap kedatangan keluarga Amidjaja pasti ada maksud dan tujuannya. "Aku nggak akan kembali dengan Mas Luki," ujar Denok mengutarakan apa yang dia rasakan saat ini.

Martha mengangguk mengerti. "Aku mengerti, kalau kamu berkenan, tolong temui Opa ya?"

"Apa Opa dirawat?"

"Ya, Opa dirawat di Genesis."

Denok mengangguk. "Oke, aku akan temui Opa nanti, Mbak. Dan tolong sampaikan maafku pada Mas Laksmana."

"Kenapa harus Mas Laskmana?"

"Karena aku merasa bersalah, Mbak. Saat Mas Laksmana menawarkan dirinya kepada aku, aku nggak menjawab apa pun dan pergi begitu saja. Rasanya aku nggak sopan banget, tapi setelah dengar kalau Mas Laksmana di jodohkan, aku sedikit agak lega.."

Martha terkekeh pelan. "Papa dan Mamaku nggak akan membiarkan kamu dimiliki oleh Masku, kamu adalah tunangan Mas Luki, sejak awal. Dan di keluarga kami nggak akan terjadi perebutan, kalau memang iya pun—maka keduanya nggak diperbolehkan untuk memilih kamu, dan Opa sudah memutuskan untuk melepas kamu agar kamu nggak bisa dimiliki oleh Mas Luki ataupun Masku."

Ah... betapa leganya. Rasanya dada Denok baru saja lepas dari tali tambang yang mengikat dadanya, hebat sekali.. Denok benar-bena harus berterima kasih pada Rajasa Amidjaja yang sudah menolongnya sejauh ini. Jika bukan karena pria tua itu, Denok tidak tahu harus pergi kemana sementara selama ini—Denok merasa diawasi terus menerus.

***

Pesan yang Luki kirimkan pada Denok tidak ada yang dibaca oleh gadis itu. Denok sudah tidak memedulikannya, barangkali gadis itu membencinya. Denok menutup aksesnya dengan cara yang begitu tidak bisa Luki mengerti, bahkan disaat gadis itu sedang bekerja pun Luki tetap tidak bisa menemuinya. Di depan rumahnya, satpam rumah gadis itu selalu mengatakan bahwa pemilik rumahnya sedang tidak ada.

Dan lagi... pria berpakaian hitam dengan kacamata hitam yang jelas Luki tahu bahwa itu adalah bodyguard menjaga setidaknya dua orang di depan rumah Denok dan di depan sekolah gadis itu. Sialan, kenapa Denok seperti Presiden hingga tidak bisa ditemui olehnya dengan mudah?

Sagar bilang, para bodyguard itu adalah sewaan Sisca Moestopo, Luki baru tahu bahwa Denok punya dua bodyguard pribadi yang jelas tidak gadis itu ketahui. Edgar Djatiwibowo sedang sibuk dengan kehidupannya yang lain hingga tidak memperhatikan keponakannya sendiri dan Sisca Moestopo mengambil alih keamanan putrinya.

Luki yakin, sampai saat ini Sisca Moestopo belum memberitahu identitas dirinya kepada Denok.

"Dia belum balas pesan kamu?" tanya Ruth, Mamanya yang mendatangi kantor Luki dan membawa makan siang untuknya.

Luki hanya mengangguk, sementara Ruth kelihatan tidak bisa melakukan apa pun untuk putranya. Karena Luki, kehidupan Laksmana pun sepertinya berantakan. Sepupu Luki itu harus terpaksa berada dalam ikatan yang tidak diinginkan, demi mencegah terjadinya perpecahan lebih besar karena antara Luki dan Laksmana masih sama-sama menginginkan Denok.

Ruth sudah pernah bilang, bukan? Gadis itu sangat cantik, lelaki akan lebih mudah jatuh dan takluk pada perempuan cantik, dibalik usianya yang masih muda, Ruth yang sudah mengenal dunia lebih lama daripada Denok bisa menilai bahwa Denok memang punya aura sensual yang tinggi.

Jika pria-pria di luar sana menilai Denok dengan tanda kutip sebagai cewek pilihan untuk imajinasi seksual, maka Ruth sebagai perempuan yang sudah tua akan menyetujuinya. Dia mewarisi kecantikan Sisca Moestopo, artis senior meksipun usianya tak lagi muda kecantikannya tidak berkurang sama sekali.

Tapi Ruth yakin, mau itu Luki atau Laksmana tidak akan sedangkal itu sampai harus memperebutkan karena Denok adalah gadis yang cantik. Dan untuk alasan yang terakhir Ruth sangat tahu bahwa putranya telah jatuh cinta kepada Denok.

"Mama tahu kamu dulu nggak menyukai gadis itu sama sekali, Ki. Usia kalian juga cukup jauh, Denok sudah berada di usia 22 tahun dan masa depan dia masih panjang. Keluarga Djatiwibowo nggak akan mengikat dia untuk satu alasan dalam hubungan pertunangan dengan kamu." Ruth berusaha mengendalikan pikiran putranya agar tidak menjadi ambisi yang bisa membahayakan dirinya sendiri.

"..."

"Dalam waktu rentang satu tahun lebih kamu mengenal Denok pun kamu belum pernah memiliki niat untuk menikahi, dia."

"Ya, dan itu salahku." Luki menjawabnya dengan gumaman, serta pandangan mata yang mengabur karena tak fokus. "Aku hanya belum yakin dengan dia, saat aku mengenalnya dia baru berusia 20 tahun, Ma."

"Dan selama waktu satu tahun setengah ini pun kamu menarik ulur hubungan kamu dengan Kezia," imbuh Ruth dengan senyuman yang sendu. "Papa kamu bilang, bahwa sudah waktunya kamu menikah, Ki. Usia kamu semakin bertambah dan Denok sudah lepas dari keluarga kita sejak lama."

Semua orang selalu mengatakan hal yang sama kepada Luki. Denok sudah lepas dari keluarga kita sejak lama, memang siapa yang sudah melepaskan gadis itu?

Luki memberikan waktu beberapa bulan ini kepada Denok, dan gadis itu sepertinya memang tidak pernah peduli pada dirinya—meskipun dirinya berusaha susah payah ingin bertemu dan menjelaskan perasaannya.

Apa sesulit ini menyukai gadis yang usianya jauh darinya?

"Aku akan mencoba menemuinya lagi." ujar Luki mengatakan keputusan finalnya pada Ruth.

Ruth bisa apa? Selain mengangguk dan menuruti keinginan putranya? "Jangan terlalu abai sama diri sendiri, kamu masih punya banyak tanggung jawab dan nggak harus selalu Denok yang kamu pikirkan."

"Aku merasa bersalah, Ma." Luki mengatakan apa yang membuatnya merasa jadi pria kurang ajar selama ini. "Aku yang selalu menunjukkan ketidakseriusanku kepadanya, wajar kalau dia sulit mempercayai ku."

"Lalu apa tujuan kamu sekarang, Ki?"

"Aku akan menemui Tante Sisca."

Kedua mata Ruth membulat seketika. "Sisca Moestopo?"

"Ya,"

"Untuk apa, Ki?"

"Tante Sisca yang membuat aku nggak bisa menemui putrinya itu, Ma. I didn't see her for a whole time, aku butuh waktu meyakinkan diriku sendiri setelah melepaskan Kezia, and I always choose her, bukti bahwa aku tetap memikirkannya selama ini." tekan Luki kepada Ruth.

Luki ingin menepis semua ketakutan yang ada pada dirinya, akan lebih tidak waras kalau dia menginterogasi Laksmana. Tapi yang Luki tahu dari Adjie pun, Laksmana tidak pernah menemui Denok sama sekali.

Betapa lucunya sepupunya satu itu. Adjie memang sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya yang akan datang sebentar lagi, namun dibalik kesibukannya Adjie tetap menjadi jembatan bagi Luki untuk mencari informasi Denok.

"Apa pun yang akan kamu lakukan ke depannya, Ki. Mama titip pesan, jangan membuat diri kamu sendiri merugi, apa lagi orang lain yang rugi. Mama nggak mau ada Kezia lain, ataupun Denok lain yang harus dikorbankan karena ketidakjujuran kamu."

Luki menatap Ruth dengan sungguh-sungguh dan mengangguk. "I will, Ma."

***

Adjie terkekeh pelan mendengarkan rentetan rencana gila yang Luki jabarkan padanya. Kalau ada lomba merangkai strategi, sepertinya Luki bisa menang. Dan apa katanya tadi? Adjie harus terlibat? Dirinya saja sudah pusing memikirkan rencana pernikahannya dengan Ariel yang super gila dan hedon itu, laku Luki akan menambah kegilaannya?

"Gue ini lagi berusaha agar tetap waras, karena sebentar lagi gue akan kawin. Lah, lo? Datang-datang malah buat gue keder aja!" sungut Adjie dengan kesal.

"Lo mau tolong gue apa nggak?!" ancam Luki dengan wajahnya yang kesal.

Akhir-akhir ini kesabarannya memang tipis karena tidak menemui Denok berbulan-bulan. Gadis itu hilang seperti ditelan oleh bumi!

"Gue juga udah lama nggak ketemu sama Denok, masalahnya!"

"Ya kan lo orangnya nggak tahu malu, Djie.. lo buat janji sama dia nggak apa-apa kali, gue yang bayar reservasi segala macam." Pinta Luki.

Adjie menggeleng. "Bisa jadi skandal anjing lo! Kenapa nggak minta Martha aja?"

Luki memutarkan bola matanya dengan kesal. "Martha udah menemui Denok bulan lalu hanya untuk kasih tahu soal Opa yang dirawat."

Adjie mengangguk cepat dan mengusap dagunya. Pintar juga ternyata Martha. "Bagus juga si Martha, ya wajar lah.. Denok masih harus tetap jaga silaturahmi sama Opa, kalau sama lo mah kan, cuman mantan tunangan."

"Bajingan." umpat Luki tidak terima. "Lo nggak bohong kan? Laksmana nggak pernah nemui Denok, kan?" tanya Luki lagi meyakinkan.

"Kagak!" Adjie menghela napasnya dengan lega. "Lo pikir gimana dia bisa nemui Denok kalau Laksmana aja lebih sibuk di rumah sakit dan direcoki oleh calon istrinya juga?!"

Ya, dan katanya Laksmana dijodohkan oleh salah satu kenalan Virginia, usut punya usut—perempuan yang dijodohkan dengan Laksmana masih ada hubungan keluarga, ya semacam keluarga jauh Virginia.

"Bantu gue lah, Djie." pinta Luki lagi pada sepupunya ini. "Biasanya lo bermurah hati dalam membantu orang lain."

Adjie menyipitkan matanya dan menatap Luki dengan seringai jahil. "Lo mau kasih gue hadiah pernikahan apa?" tanyanya mencoba peruntungan.

Luki tertawa dengan puas mendengarnya. "Kampret! Lo mau apa sih, Djie? Niat gue hadiah pernikahannya buat Ariel kok."

"Ngapain lo kasih si Ariel? Yang sepupu lo itu gue apa si Ariel?" balas Adjie dengan sewot.

"Ya tapi dia kan jadi istri lo nanti bangsat!"

"Gue mau Bentley Continental GT." katanya tanpa rasa malu dan dosa.

Luki mencoba menyabarkan dirinya sendiri di hadapan sepupunya yang laknat ini. "Kalau lo berhasil membantu gue bertemu dengan Denok, dan gue bisa berbaikan lagi dengan dia... gue akan kasih lo mobil itu."

Adjie menatap Luki dengan tidak yakin. "Serius lo? Masalahnya, gue sama Ariel bisa bantu lo, tapi ya tetap—hukumnya membantu itu ya semampu kita."

"Ya maka dari itu lo bantu gue dengan sungguh-sungguh." timpal Luki kepada Adjie dengan semangat. "Gue percaya sama lo, Djie. Sekarang... siapa lagi yang bisa gue percaya? Laksmana, ternyata dia juga demen sama cewek gue!"

"Ya salah siapa punya cewek cakep lo anggurin kemarin-kemarin."

"Ya gue kagak mau buat Denok syok, ya. Lo tahu sendiri kalau usia gue dan dia jauh, maka dari itu gue selalu mencoba untuk membawa Denok agar merasa nyaman dengan gue."

Lagaknya seperti yang iya saja. "Ah, andaikan lo nggak bawa Kezia saat itu," gumam Adjie mengingat lagi ketika Denok, memilih Luki sebagai pria yang tampan daripada dirinya.

"Kenapa lagi? Lo mau bahas kesalahan gue sampai kapan?" tuduhnya dengan tidak suka.

Adjie menggelengkan kepalanya dan tersenyum seperti orang bodoh. "Denok kayaknya udah demen sama lo, cuman lo nya aja yang kehilangan kesempatan."

"Dia bilang sama lo? Soal perasaannya? Nggak mungkin!" kilah Luki tidak percaya.

"Bukan lah bego! Denok nggak akan mungkin mengatakan perasaannya secara gamblang, cuman hari itu... dia lebih memilih lo sebagai pria paling tampan daripada gue, cih..." Adjie berdecih dan tertawa. "Tuh cewek udah demen, eh lo yang merusak semuanya kampret."

Luki merasa geram mendengarnya dan dia tidak ada di sana ketika Denok melakukan hal yang berada di luar konteks sifatnya! Mengesalkan sekali kenapa Luki tetap tidak bisa membuat Denok mengutarakan perasaan dan keinginan gadis kepadanya.

Pertama kalinya Luki mengikuti keinginan gadis itu dengan benar-benar saat Denok minta bahwa Luki tidak boleh menciumnya dengan sembarangan, dan setelah dia mengiyakan—Denok pun tersipu malu.

Shit, I ruined her feeling toward me. Luki berteriak dalam batinnya sendiri. "Ya udah! Lo bantu gue dan gue akan memperbaiki segalanya, tolong Djie... gue betulan kena karma karena udah meremehkan Denok selama ini."

Adjie tidak percaya ini, Luki Amidjaja mempercayai karma karena telah jatuh cinta kepada mantan tunangannya itu.

Ironi sekali.

***

a/n:

Belum kelar aje....

Ini memang urusannya belum kelar sih, apa lagi Denok sama Luki. Ini lah dampak yang sebenarnya, ketika cewek usia muda ketemu sama lelaki dewasa. Kalau lelakinya yang jatuh cinta duluan memang nggak akan sulit, tapi kan ini dua-duanya sama-sama denial.

Wokwokwok.

Tapi yang penting Denok udah lega sih, masalahnya dia juga tetap nggak tenang karena nggak ada bahasa sama Laksmana.

Semuanya gara-gara si Luki wkwkwk, gara-gara dia juga Laksmana kena imbasnya jadi dijodohin, memang kurang adabbbb hahaha.

p.s: kalo emang jalannya harus bareng2 nantinya kenapa nggak? Tapi mau tanya dong, kalian kalau jadi Denok bakal ilfeel nggak sih? Atau masih penasaran sama Luki?

13, Desember 2022.

Salam sayang,
Ayangnya Jaehyun.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro