Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

28. Restu yang terpaksa

Ruth Helena, Gianjar Amidjaja, Sienggih Amidjaja, Virginia Misbach, Rajasa Amidjaja serta dua pria yang benar-benar sedang di sidang oleh keluarganya sendiri tak lain; Luki Amidjaja dan Laksmana Amidjaja duduk bersisian dengan aura permusuhan yang kental.

Ini semua, belum pernah terjadi sebelumnya. Ruth pikir keponakannya yang selalu bersikap lebih dewasa dari Luki hanya bercanda. Ya, mereka hanya sedang bercanda.

Sementara Virginia hanya bisa tersenyum tak enak kepada Rajasa yang sudah menghembuskan napas dengan lelah berkali-kali pada kedua cucu laki-lakinya.

"Kalian berdua pasti bercanda," sahut Sienggih, Ayah Laksmana. "Nggak ada istilah saling memperebutkan, begitu-begitu, Denok adalah manusia terlebih dia adalah perempuan."

Gianjar mengangguk setuju atas perkataan adiknya, Sienggih. "Laksmana hanya bercanda, dan Luki sudah memutuskan segalanya. Sudah, lupakan saja."

"Siapa bilang aku bercanda, Om?" sahut Laksmana cepat kepada Gianjar.

Virginia menggeleng memperingatkan putra sulungnya itu agar bersikap lebih sopan. "Laksmana, hentikan."

"Aku tidak merebut siapa pun di sini, Luki sudah melepaskan tunangannya di hadapanku,"

Luki mengepalkan kedua tangannya dan mengetatkan rahangnya, Gianjar bisa melihat dan cukup tahu bahwa putranya benar-bener tengah menahan amarah pada Laksmana.

"Ini semua terjadi karena kesalahan kita," Sienggih mengurut pelipisnya, dia tak bisa membayangkan kalau keponakannya sendiri akan menjadi musuh anaknya. Tidak, mereka adalah saudara dan tidak sebaiknya bersikap seperti ini. "Luki dan Kezia, kekasihnya—andaikan sejak dulu Opa, Mas Gianjar dan Mbak Ruth memberi restu,"

"Kenapa Om jadi menyalahkan Opa dan orangtuaku?" protes Luki pada Sienggih.

Sienggih membalas tatapan keponakannya yang tajam tanpa dipenuhi rasa takut, dia di sini akan bersikap sewajarnya—bagaimana pun Luki adalah keponakan, dan dia sudah menganggapnya sebagai anak. "Sejak dulu yang kamu butuhkan itu restu untuk menikahi kekasih kamu, bukan?"

"Ya tapi Opa—"

"Baik, semuanya salah Opa." Rajasa menghela napas dengan pasrah, agar semuanya tidak memperpanjang masalah. "Seharusnya Opa tidak menjodohkan kamu dengan Denok,"

"Pa!" Gianjar memperingatkan Papanya agar tidak berlebihan. "Semua turut andil atas kejadian ini, dan untuk Laksmana," Gianjar berusaha menengahi semuanya dengan netral. "Om tidak tahu apa yang kamu rencanakan, atau jika kamu memang benar punya perasaan pada Denok, tetap saja kamu sudah membohongi sepupumu sendiri."

"Apa perasaanku bisa ditahan dan dikendalikan?" ujar Laksmana melempar balik umpan pada sang Paman. "Aku tidak berbohong ketika aku bilang menyukainya, aku memang tidak pernah berpikir untuk memilikinya, tapi Luki bukankah sudah melepaskan Denok? Kenapa kalian mempermasalahkan apa yang sudah bukan menjadi hak bagi Luki?"

"Sebaiknya lo berhenti bicara, Laksmana." tekan Luki penuh ancaman kepada Laksmana. "Berhenti menegaskan bahwa gue telah melepaskan Denok, gue masih belum melepaskan dia. Ngerti lo?"

"Lo sudah melepaskannya," balas Laksmana lebih tegas dan menyorot kedua mata hitam Luki dengan dalam. "Sejak lo menggandeng tangan Kezia dan membawanya masuk ke rumah ini, lo sudah melepaskan Denok sejak awal. Ingat obrolan malam di apartemen lo?!" seringai sinis dan dingin itu membuat Luki sadar bahwa selama ini Laksmana betul-betul memperhatikannya. "Lo bilang bahwa lo tidak mungkin menikahi dia—Denok." tekan Laskmana.

Luki menyunggingkan senyumannya dan terkekeh sinis. "Sejak kapan lo mulai ikut campur urusan orang? Bukannya lo nggak pernah peduli dengan urusan orang?"

"Soal Denok gue peduli."

Luki sangat tidak suka mendengar bagaimana Laksmana dengan lantangnya mengucapkan nama gadisnya.

"Denok pernah menyelamatkan gue. Dia adalah salah satu perempuan yang gue harapkan untuk berhasil dengan lo." Laksmana tersenyum penuh bijaksana dan tersenyum miris ketika harapannya tidak sesuai ekspektasi. "Gue sudah pernah bilang, jangan mempermainkan dia."

"Gue lebih kenal Denok lebih dulu daripada lo!"

"Gue tahu," Laksmana mengangguk santai. "Sekarang, coba deh lo pahami poin yang satu ini, kalau lo memang cinta sama Denok kenapa lo harus kembali lagi kepada Kezia?"

"Laksmana!" tekan Sienggih kepada putranya agar tidak mengusik emosi Luki lebih dalam.

"Biarkan Sienggih," kata Rajasa mendukung perdebatan diantara kedua cucunya itu. "Biarkan semuanya terjadi, agar Papa bisa melihat keinginan Luki secara transparan. Sebenarnya apa yang Luki inginkan, dan apa yang Laksmana inginkan."

Laksmana setuju dengan perkataan Opanya. "Deal, itu sangat adil menurutku."

Virginia sudah panik lebih dulu, jangan tanya bagaimana perasaan Ruth sekarang, dia lebih merasa bersalah karena dia pernah ada di pihak menjadi orang tua egois dan menolak hubungan Luki dengan Kezia.

"Jangan ganggu tunangan gue," Luki tak mau membahasnya lebih panjang. "Dan sebaiknya jaga batasan lo."

"Nggak bisa." jawab Laksmana dengan keras kepalanya. "Gue berniat menikahi Denok, Luki. Dia sudah masuk dan dikenal sebagai calon keluarga Amidjaja dan jika lo melepaskannya, gue bersedia menggantikan lo—"

Laksmana tersungkur di atas permadani ruang keluarga setelah Luki melayangkan pukulan pada rahang sepupunya itu.

Kedua wanita di ruangan itu, Ruth dan Virginia berteriak dan berusaha memisahkan keributan yang terjadi.

Virginia membantu anaknya bangkit, sementara Ruth menjauhkan tubuh Luki dari dekat Laksmana. "Hentikan, jangan ada kekerasan lagi." bisik Ruth sembari mengusap dada sang putra.

Napas Luki masih tersengal setelah melayangkan pukulan tadi, tapi Luki tetap tidak bisa berhenti apa lagi setelah Laksmana mengatakan bahwa dia tetap akan menikahi Denok sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tindakan Luki yang telah menyakiti hati gadis itu.

Luki melayangkan tinju tepat dibawah rahang Laksmana dan merenggut kemeja sepupunya dengan penuh amarah.

"Luki! Berhenti!" teriak Gianjar.

Ruth berusaha menarik bahu putranya agar mau melepaskan Laksmana. "Berhenti, Luki... kamu nggak sayang sama Mama? Berhenti, lepaskan Laksmana, sadar, Nak... dia sepupumu."

"Apa sih yang lo mau sebenarnya?" tanya Laksmana dengan kesal dan menatap Luki dengan dingin. "Lo jangan serakah, lo sudah punya Kezia dalam hidup lo!"

"Denok milik gue! Jangan berani-beraninya lo mendekati dia!"

"Urusan lo apa?" tantang Laksmana.

Sienggih memisahkan keduanya dengan sekuat tenaga. "Hentikan, kalian berdua seperti anak kecil. Ingat usia kalian! Dan kamu!" tunjuknya pada Laksmana putranya sendiri. "Meskipun kamu kukuh ingin menikahi Denok, Papa tetap tidak akan memberikan restu apa pun." ancamnya.

Ada sedikit kelegaan yang mengalir di dalam diri Luki setelah mendengar perkataan Pamannya yang tidak menyetujui hubungan Laksmana dengan Denok.

Sementara itu, Rajasa Amidjaja pria tua yang sudah lelah dengan keadaan yang dia lihat memilih tertawa dengan perlahan tapi mampu membuat semua orang mematung. "Pada akhirnya kamu jatuh cinta pada pilihan Opa, Luki." tekannya sengaja langsung mengarahkan apa yang dia ingin katakan sejak tadi pada cucu sulungnya. "Lupakan Denok, tidak ada lagi Denok di dalam keluarga kita." putusnya.

Ruth dan Virginia mengangguk setuju. "Ya, tidak ada Denok lagi. Sudah, lebih baik kalian menikah dengan wanita lain asal bukan Denok Djatiwibowo yang kalian inginkan!"

Luki menyugar rambutnya secara frustrasi, dia sudah kalah telak di hadapan Opanya sendiri.

"Luki," panggil Rajasa kembali. "Bawa Kezia ke sini, tentukan tanggal pernikahan kalian, Opa sudah merestui hubungan kalian berdua."

Dan nyatanya, kalimat itu bukan apa-apa lagi bagi Luki, dia selalu menutup mata atas apa yang Opanya berikan padanya, dan sekarang... Luki tidak pernah mau mendengarkan restu apa pun lagi.

Terlebih, jika restu yang dia inginkan bukan lagi Kezia. Tidak, Luki tidak menginginkan Kezia lagi.

Tidak.

***

Satu tahun sebelumnya...

"Opa dengar kamu masih berpacaran dengan temannya Martha itu? Kamu sudah janji pada Opa akan memutuskan dia, bukan?" tanya Rajasa, siang itu di kantor Luki.

Luki baru saja didatangi oleh kekasihnya, dan mereka berdua baru saja menghabiskan makan siang bersama.

"Namanya Kezia, dan aku sudah nyaman dengan Kezia, Opa." balas Luki tanpa mengangkat wajahnya dari iPad-nya.

"Seingat Opa kamu tidak peduli dengan perempuan setelah mantan terakhir kamu, Samira." sindir Rajasa pada cucunya.

Luki malah terkekeh pelan. "Harusnya Opa bersyukur karena aku bisa melupakan Samira karena teman Martha ini."

"Luki, kamu tahu Opa tidak pernah melarang kamu jalan dengan perempuan mana pun."

"Ya, aku tahu." jawab Luki seadanya.

"Dan Opa masih pegang janjimu kalau kamu akan menyerahkan soal perempuan—terutama yang akan menjadi istrimu nanti pada Opa."

Luki malah terkekeh pelan dan menatap Rajasa dengan tatapan takjub. "Really Opa? Saat itu aku hanya remaja yang terkesan mendengarkan cerita Opa dan Oma."

"You said it before, Luki." Rajasa tersenyum sabar, dia tahu jika pada akhirnya Luki akan memiliki pilihannya sendiri, tapi peluang yang ada di depan mata itu banyak dan Rajasa tidak bisa membiarkannya begitu saja. "Kamu akan menjadi pengganti Opa. Lupakan Laksmana yang sibuk di rumah sakit, ataupun Adjie yang sibuk karena kariernya di industri hiburan, sementara Martha—Opa tidak khawatir karena Martha akan menjadi milik orang lain setelah menikah, tapi kamu?"

"Aku janji tidak akan mengecewakan Opa, lagi pula Kezia perempuan yang baik."

"Kamu tahu darimana?" balas Rajasa menantang Luki.

"Aku sudah mengenalnya setidaknya dua tahun terakhir."

"Apa dia benar-benar mencintai kamu?"

"Ya, dia selalu tulus ketika bersamaku,"

Luki terlalu percaya diri, itu artinya Luki memang sudah percaya kepada perempuan itu. Rajasa saja mencari tahu karena dia peduli dengan masa depan cucunya, tapi tidak dengan Luki yang tidak akan punya pikiran buruk pada orang yang dia sayangi.

Bagaimana jika akhirnya Luki tahu? Apa cucunya akan kecewa? Apa kekecewaan cucunya akan sebanding dengan apa yang Rajasa rasakan sekarang?

"Luki, kamu belum pernah bertanya kepadanya dengan serius, apa yang dia inginkan?"

Kening Luki berkerut tak mengerti kepada sang Opa. "Apa maksudnya Opa? Jangan bertele-tele."

Rajasa menghela napasnya dan tersenyum penuh wibawa pada cucunya, informasi yang Gana berikan kepadanya sudah menjadi bukti kuat bahwa sebaiknya Luki menghindari apa yang harusnya dia hindari.

"Kezia, teman Martha itu pernah hampir menikah, apa benar?"

Luki takjub dengan permainan kotor yang Opanya lakukan di belakangnya. Oh, jadi selama ini Opanya mencari tahu tentang Kezia? "Hebat sekali skill intelijen Opa, siapa yang mencari tahu? Gana dan anak buahnya?"

"Ya," balas Rajasa tanpa mengurangi rasa lega dalam hatinya.

"Oh... lalu apa lagi yang Opa cari?"

"Kezia, perempuan itu pernah menggugurkan kandungannya yang membuatnya mengalami perdarahan rahim." untuk yang satu ini, Rajasa berhak memberitahukan semuanya pada Luki. "Pria yang pernah akan menikahinya enggan bertanggung jawab karena tidak yakin dengan bayi yang dikandung oleh Kezia, apakah benar anaknya atau tidak—"

"Stop it," pinta Luki dengan suara dalamnya dan tidak suka dengan sikap Opanya yang keterlaluan siang ini.

Tapi Rajasa malah tersenyum dan semakin melanjutkan kata-katanya. "Perempuan itu bermain dengan takdirnya sendiri, enggan mendapatkan gunjingan dan membuang darah dagingnya sendiri, Luki."

"Opa!" teriak Luki tak terima dengan penghakiman yang Rajasa lakukan di hadapannya tentang Kezia.

Tapi Rajasa tetap melanjutkannya kembali. "Dia melakukan pengangkatan organ rahim di hari yang sama dia membuang janinnya,"

Luki menggebrak meja dan berdiri di hadapan Rajasa dengan senyuman paling angkuh yang pernah Rajasa lihat dari wajah cucu tertuanya ini. "Apa mau Opa sebenarnya?"

"Mau Opa?" Rajasa memiringkan wajahnya dan tersenyum. "Opa tidak akan membiarkan kamu dengan perempuan itu yang bisa memutus keturunanmu, Luki. Masih banyak perempuan sehat dan sempurna yang bisa memberikan kamu keturunan, dan Opa tidak akan memberikan toleransi untuk hubungan kamu ini. Kamu hanya berespons seadanya? Opa rasa kamu sudah tahu lebih dulu tentang perempuan itu."

"..."

"Lepaskan dia secara perlahan, bukan tanggung jawabmu untuk menerima semua kekurangan dia. Opa tetap tidak akan membiarkan keturunan Amidjaja berhenti, kamu harus mendapatkan yang lebih baik."

Setelah mengatakannya, Rajasa tersenyum dan meninggalkan Luki. Jika pada akhirnya Luki terus mempertahankan perempuan itu, maka jawabannya hanya satu; Rajasa harus mencarikan perempuan lain yang lebih sempurna untuk Luki, dan sudah dipastikan akan membuat Luki tergila-gila.

Apa yang disukai oleh lelaki? Tidak munafik, kecantikan adalah yang disukai oleh lelaki.

Dimana Rajasa bisa menemukan gadis cantik untuk cucu tertuanya ini?

***

a/n:

Ini dia biang keroknya. Jadi inti semua ini adalah Rajasa Amidjaja wkwkwk. Apa sih yang kakek tua itu nggak tahu? Sampai aib-aib aja kayaknya Rajasa tahu wkwkwk.

Berterima kasih lah kepada Gana, asisten pribadi Opa si paling jenius.

p.s: ini keributan kapan selesainya sih.

12, Desember 2022.

Salam sayang,
Ayangnya Jaehyun.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro