Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

26. Perlindungan internal

Rajasa Amidjaja melakukan pertemuan mendadak dengan Sisca Moestopo, Edgar Djatiwibowo, dan cucu yang selalu dia banggakan selama hidupnya Laksmana Amidjaja yang baru saja menggemparkan seisi rumah dan membuat Luki Amidjaja sepupu tertuanya diam karena sikapnya hari ini.

Lalu, Rajasa mencoba menjelaskan sesingkat mungkin soal permasalahan yang terjadi. Sisca Moestopo dan Edgar Djatiwibowo sampai harus melakukan penerbangan mendadak karena urusan Luki dan Denok yang sudah selesai hari ini juga, dan hal itu diselesaikan langsung di hadapan kedua mata Rajasa Amidjaja.

"Saya siap menerima Denok, Tante." ujar Laksmana setelah Rajasa selesai menceritakan persoalan hari ini.

"Tidak," Sisca Moestopo menggelengkan kepalanya dengan tidak setuju. "Tidak, apa-apaan ini? Sudah cukup putri saya dipermainkan oleh cucu-cucu Anda, Pak Rajasa!" tekan Sisca pada Rajasa Amidjaja.

"Tunggu dulu," Rajasa menahan Sisca agar tidak meledak saat ini juga. "Dengarkan penjelasan cucu kedua saya ini."

"Tidak," tolak Sisca dengan tegas. "Saya sudah memperingatkan Luki sejak awal, dia tidak boleh mempermainkan putri saya. Lagipula, sejak dulu juga putri saya memang sudah menghancurkan dirinya sendiri dengan mengikuti permainan Luki!"

"Saya tahu Anda lebih khawatir akan perasaan putri Anda sendiri. Tapi saya tidak bisa mempertaruhkan nama keluarga saya." balas Rajasa dengan sabar kepada Sisca.

Bagaimana pun, Sisca Moestopo adalah seorang wanita dan seorang Ibu yang memiliki perasaan sentimentil apa lagi kalau urusannya anak perempuannya.

"Kenapa kamu menginginkan anak saya?" tanya Sisca Moestopo dengan wajah tegasnya sembari mengangkat dagunya kepada Laksmana.

Laksmana duduk dengan tegak tanpa merasa terintimidasi sama sekali, bagi Sisca, Laksmana Amidjaja berbeda dengan Luki Amidjaja yang pintar mengintimidasi lawan bicaranya dan sudah jelas piawai dalam membangun komunikasi dengan orang asing sekali pun.

Sementara Laksmana adalah tipikal pria yang rapi, dan sudah jelas tidak akan membuat kesalahan dalam hidupnya. Tapi Sisca ragu soal perasaan dan sikap Laksmana terhadap perempuan, jika Laksmana punya segudang kesuksesan dalam setiap hal, tidak berarti bahwa Laksmana akan berhasil dalam memahami soal perasaan wanita.

"Saya tidak munafik, bahwa saya tertarik pada Denok, putri Tante."

"Sejak kapan?" tanya Sisca langsung tanpa jeda dan tidak mau banyak berpikir.

Laksmana menarik senyuman tenangnya. "Sejak dia menyelamatkan saya dari teror penyerangan,"

Ya, Sisca pernah dengar itu semua dari Alfa dan Bagas kalau Sisca menyelamatkan Laksmana Amidjaja di parkiran rumah sakit. "Tapi kamu kan sudah tahu kalau dia adalah tunangan sepupumu sendiri?"

"Saya tahu, itu kenapa saya sadar diri dan lebih memilih membuang perasaan itu secara halus. Perasaan tidak lah salah, Tante. Karena perasaan itu datangnya secara tiba-tiba dan tidak bisa saya tebak. Tapi hari ini, saya merasa punya peluang untuk mendapatkan Denok."

Sisca berdecak sembari menggeleng dengan tidak suka. "Anak saya bukan barang, dan dia tidak bisa kamu dapatkan begitu saja."

Laksmana mengangguk. "Saya tahu, tapi Denok adalah hal yang berharga untuk Tante, bukan? Tidak hanya Tante saja, mungkin sangat berharga bagi keluarga Djatiwibowo."

"Tidak usah bertele-tele, apa mau kamu?"

"Saya hanya berusaha memulihkan perasan Denok dan berjanji akan memberikan tempat di hati saya untuknya, Tante." balas Laksmana dengan mantap.

Sisca masih ragu. "Lalu bagaimana dengan sepupumu?"

"Soal itu adalah urusan kami, para lelaki."

"Apa?" Sisca menaikkan suaranya dan membuat Edgar menepuk pundaknya memperingatkan Sisca agar menjaga emosinya. "Kamu memang sengaja ingin menyulut permusuhan dalam keluargamu sendiri dan anak saya yang berada di tengah masalah yang kalian buat?"

"Tidak, Tante." Laksmana menggeleng dengan sabarnya, dia sering bertemu dengan pasien atau pun keluarga pasien yang keras kepala. Dan sebagai dokter, sudah terbiasa bagi Laksmana untuk menekan kesabarannya lebih tinggi. "Luki sudah menunjukkan bahwa dia memilih wanita yang dia inginkan, secara tidak langsung Luki—sepupu saya itu hanya memanfaatkan keluguan Denok untuk mengisi waktu kosongnya, dan percobaan yang tidak menghasilkan apa pun terkecuali—merugikan perasaan Denok."

Rajasa menggeleng tak percaya melihat cucunya yang satu ini ternyata pandai berbicara. "Itu kenapa, saya memilih untuk bertanggung jawab atas waktu sia-sia Denok dengan sepupu saya. Terlebih, saya memang punya perasaan pada putri Tante."

Sisca berdecak tak setuju dan memandang Rajasa dengan lelah. "Cucu Anda... saya pikir sudah pada gila semua."

"Tidak semua," bantah Rajasa dengan ketus. "Yang satu akan menikah dua bulan lagi, dan dia jelas tahu apa yang dia inginkan."

Laksmana lantas memutar tubuhnya dengan menunjuk wajahnya sendiri. "Aku juga Opa,"

"Apanya yang aku juga?" sahut Rajasa dengan pening.

"Aku tahu apa yang aku inginkan." jawab Laksmana dengan bangga.

"Oh Tuhan..." keluh Rajasa sembari menunduk.

Edgar Djatiwibowo berdeham dan membuka suaranya kali ini. "Saya pikir, berikan waktu untuk keponakan saya, jangan ada Luki Amidjaja ataupun Laskmana Amidjaja. Biarkan perjodohan ini batal, dan tolong... biarkan keponakan saya hidup tenang."

Laksmana lantas menyahut dengan cepat. "Jadi intinya saya di tolak?"

"Ya," balas Sisca dengan tegas. "Kita ambil jalan aman. Jika kamu memang benar jodoh putri saya, tanpa harus adanya perjodohan pun maka kamu akan bersatu dengan putri saya."

Rajasa pikir, itu ide yang benar. Demi keamanan dan ketentraman keluarganya sendiri, Rajasa tidak mau melihat Laksmana maupun Luki bermusuhan hanya karena perempuan. Di usia rentanya ini, Rajasa hanya ingin kedamaian.

"Tapi, apa saya boleh mendekati Denok?" tanya Laksmana meminta izin pada Sisca dan Edgar.

Sisca menoleh pada Edgar dan meminta saran pada pria itu. "Semua dikembalikan lagi pada Denok, keputusan ada pada Denok. Dan jangan ada kompetisi terang-terangan di depan Denok. Saya tidak mau keponakan saya tertekan karena dua cucu Amidjaja yang kacau."

Laksmana tidak suka mendengarnya. "Saya tidak kacau, Om Edgar."

"Ya, kamu hanya sedikit kacau." ujar Edgar merevisi kata-katanya. "Luki Amidjaja sangat kacau, terlebih lagi... perasaannya. Benar-benar kacau."

Rajasa menyandarkan punggungnya di kursi roda dan menghela napas dengan begitu berat. Entah siapa yang sebenarnya Luki inginkan, sementara itu Rajasa bisa melihat bahwa Denok sudah memiliki cinta untuk cucu sulungnya. Cinta itu sudah tumbuh di dalam perasaan gadis cantik dan lugu itu. Dan Rajasa, merasa bersalah.

***

"Aku sudah buat kesalahan," Luki bergumam pada dirinya sendiri, tapi kata-katanya bisa didengar oleh Kezia yang berdiri di belakang tubuh Luki.

Punggung Luki terasa jauh meskipun ada di hadapannya, pria yang ada di hadapannya ini—yang telah ia tahan untuk terus berada di sisinya, Kezia tahu bahwa dia pun melakukan hal yang salah terutama pada gadis bernama Denok itu.

Tunangan Luki tidak melakukan kesalahan apa pun, bahkan gadis itu tergolong tegar meskipun usianya masih belia dan memilih melepaskan Luki untuknya.

Kezia sudah memberikan dua pilihan pada Luki, dirinya atau tunangannya, tapi Luki melepaskannya dan meminta Kezia untuk terus maju tanpa memikirkannya. Kezia tidak bisa, dia frustrasi tanpa Luki, beberapa tahun belakangan ini Luki adalah kehidupannya. Bagaimana bisa Kezia merelakan kekasihnya sendiri?

"Aku sudah buat kesalahan pada gadis itu, Kezia."

Kezia tidak mau mendengarkannya. "Ki, ingat kalau aku ada lebih dulu di kehidupan kamu dibandingkan dia,"

Luki memutarkan tubuhnya hingga kegelapan unit apartemen Luki membuat Kezia tersadar, sejak tadi meskipun Luki ada di sisinya pikiran pria itu entah melayang kemana. "Dia... dia akan menjadi milik Laksmana. Sepupuku sendiri membohongiku, Kezia! Kamu tahu itu!"

"Bukankah itu bagus?" tanya Kezia balik dengan alis yang terangkat sebelah. "Beban pikiranmu berkurang satu, kamu dan aku sudah bersama sejak lama, di sini pengganggu hubungan kita itu Opa kamu dan kedatangan gadis itu ke dalam hidup kamu!"

Luki menggeleng putus asa dan berdecak, Luki mendudukkan dirinya di sofa sembari menunduk, memejamkan matanya yang terasa berat, kedua kakinya bergerak cemas dan Luki ingin berteriak sekarang juga.

Terakhir pilihannya adalah Kezia, dalam hatinya selalu ada Kezia. Di saat Kezia ada di hadapannya sekarang, kenapa perasaannya terhadap Denok kian membesar? Rasanya Luki merasa bersalah.

Dan Laksmana.. sepupunya sendiri ternyata selama ini... menaruh perasaan pada tunangannya sendiri yang entah sejak kapan.

Semuanya menjadi kacau.

"Kisah kita berdua bahkan sudah dimulai sejak lama, kan?" Kezia berlutut dan menumpukan kedua tangannya di atas lutut Luki yang bergerak cemas.

Usapan demi usapan Kezia berikan pada lengan atas Luki. "Honey, kamu bilang kamu sayang aku, hanya aku..."

Luki memaksakan diri membuka matanya, beberapa minggu ini Kezia memang mendekatinya terus menerus dan seolah menegaskan kebersamaan yang telah Luki dan Kezia lewati selama bertahun-tahun, dan hal itu juga berhasil memancing kenangan Luki dan kebersamaannya dengan Kezia sebelum Denok datang ke dalam kehidupannya dan membuat carut marut tidak jelas.

Luki suka kesopanan gadis itu, Luki suka cara ketika Denok berdoa pada Tuhan untuk hal sekecil apa pun, Luki suka ketika Denok mengajarkannya untuk berdoa setiap akan makan bersamanya, Luki suka bagaimana tatapan dingin gadis itu yang selalu membuat Luki ingin menaklukan ketajamannya, dan Luki suka bagaimana gadis itu bersemu kepadanya di malam dinner terakhir yang dia lakukan bersama gadis itu.

"Aku menyukai dia, Kezia."

Pengakuan Luki membuat darah Kezia terkuras, tenaganya entah hilang kemana.

"Aku menyukai dia, ini semua salahku." ujar Luki membalas tatapan penuh kekecewaan Kezia padanya. "Aku sudah mengecewakan kamu, mengecewakan dia, dan mengecewakan semuanya."

Tapi Kezia ingin menyangkal itu semua, tidak... semuanya tidak benar, Luki hanya merasa bersalah saja. "Kamu hanya merasa bersalah, lambat laun perasaan itu akan hilang dengan sendirinya,"

Tidak, Luki tidak bisa membenarkan apa kata Kezia tadi. Perasaan bersalah? Itu sudah pasti. Tapi membayangkan Denok bersama sepupunya sendiri, Laksmana?

Luki jujur bahwa dia belum pernah benar-benar menawarkan cinta kepada Denok, harusnya dia menawarkan cinta pada gadis itu yang bisa membuat gadis itu bertahan di sisinya dan percaya kepadanya. Dan lagi, jika saja Luki melepaskan Kezia sepenuhnya.

"Aku merugikan kamu, Kezia. Aku juga merugikan Denok, ini semua salahku. Aku..."

"Apa kamu lupa aku siapa, Ki?" tanya Kezia dengan tatapan nanar, berusaha mengais cinta yang pernah terajut diantaranya dengan Luki. "Mau sampai kapan kamu begini, Ki?"

Luki menunduk dan berusaha mengisi paru-parunya dengan seluruh oksigen yang dia raup. "Aku minta maaf, Kezia. Aku rasa, ini waktunya untuk kita benar-benar berpisah."

"Kenapa kamu begini, Ki? Kenapa?" tanya Kezia tidak terima.

"Its might hard to believe but—aku nggak bisa menempatkan kamu di tempat yang egois seperti ini, aku sudah menyakiti kamu dan sebaiknya aku berhenti untuk terus menyakiti kamu, Kezia."

Kezia menggeleng, tapi Luki merangkum wajahnya dan meyakinkan Kezia untuk tetap memandangnya. "Ada dua orang yang sudah aku sakiti, pertama; kamu dan yang kedua; dia. Its not that you never good enough for me, aku pernah mencintai kamu sampai dimana aku yakin kamu adalah yang terbaik untuk aku. Tapi di sini, aku penjahatnya, Kezia. Aku yang sudah jahat pada kamu."

"..."

"You deserves better than me, I'm sorry."

***

Adjie pening dan migrain karena kelakuan dua sepupunya yang seperti bagong hutan. Bisa-bisanya mereka berkelakuan seperti bom yang bisa meledak kapan saja. Yang satu; bersikap sok manis dan layaknya pria ideal yang berhasil mencintai sang tunangan eh ternyata zonk! Yang kedua; layaknya balon yang di isi oleh gas helium tanpa henti dan akhirnya meletus juga sambil mengeluarkan bau yang sedap dan menggoreng peperangan serta kehancuran keluarga.

Fix! Di keluarga Amidjaja ini, hanya dirinya yang tampan dan waras. Sudah waras, dia sebentar lagi akan menikah dan menjadi suami dengan perempuan yang dia inginkan, ada untungnya juga jadi playboy dan menemukan titik pemberhentian. Kedua sepupunya yang gila itu malah membuat kekacauan hingga semua orang meradang mendengarnya.

"Abis pemberkatan, kita lempar burung merpati ke udara yuk!" ajak Ariel di sisinya.

Ini lagi... calon istrinya yang konyol ini malah memikirkan burung merpati. "Sebentar dulu, Riel.. kepala gue mau pecah mikirin si Luki Lukito dan Laksmana Raja di Laut itu!"

Ariel pun mendadak ikut lesu dan mengangguk. "Gimana dong? Kan udah terlanjur terjadi, lagian sepupu lo yang tua itu bego banget sih, Djie."

Adjie mengangguk setuju. "Bukan bego lagi, duh... gue kasihan sama Denok, kayaknya dia kecewa banget. Jangan-jangan tuh bocah sebenarnya udah punya perasan sama Luki lagi."

Ariel mengangguk membenarkan. "Memang udah punya perasaan dia, Djie. Kalau nggak, buat apa dia mengakui ketampanan Luki kemarin di hadapan lo."

"Iya juga ya... ah bego, yang buat masalah siapa, yang pening siapa."

Ariel menjauhkan keningnya di bahu Adjie dan mengangguk. "Gue juga ikutan pusing dengar masalah keluarga lo."

"Sabar, ini baru separuh."

"Memang keluarga lo demen buat masalah begitu ya?"

"Si Luki Lukito aja yang sarap!" sembur Adjie penuh emosi.

"Gitu-gitu Mas Luki ganteng, Djie. Pantas aja si Denok oleng juga lama-lama meskipun sikapnya Ice Princess begitu, misterius, dingin, cuek."

"Memang bakatnya begitu dia, tapi Denok juga cantik, Riel."

Ariel menyetujuinya, serius Denok itu betulan cantik dan... ya, aura kecantikan bak putri dongeng! Matanya sipit seperti kucing, potongan wajah kecil, bibir menawan, serta rambut yang luar biasa sehat dan indah. Ck, apa sih kekurangan gadis itu? "Denok memang cantik, Mas Laksmana aja sampai naksir lho Djie. Lo nggak pernah naksir? Bohong banget," cetus Arie sambil menyipitkan matanya curiga.

Adjie malah terkekeh pelan melihat tingkat Ariel. "Ya tertarik lah, naksir pernah sih—tapi gue sadar diri!" tekan Adjie mencubit kedua pipi Ariel. "Denok itu tunangannya Luki, sepupu gue tertua, itu artinya dia bakal jadi kakak ipar gue—tadinya gue berpikir seperti itu. Tapi sialan juga si Laksmana diam-diam bau tahi."

Ariel tertawa mendengarnya. Kasus... kasus... "Hebat ya Denok, bisa buat dua sepupu lo kelenger gitu, Djie."

"Tahu ah! Jangan sampai aja ada adegan ribut, gue malas misahin mereka, bisa-bisa gue kena bonyok."

"Tapi firasat gue bakal ada adegan sparing di dojang gitu sih,"

Lalu kedua mata Adjie membulat tak percaya, mana dua-duanya hobi boxing pula. "Anjing... dimana si Luki Lukito dan Laksmana Raja di Laut itu sekarang, Riel?! Kalau mereka beneran ribut gimana? Ah—bangke!"

Adjie menyambar kunci mobilnya dan meninggalkan Ariel sendirian di tempatnya. Adjie lebih kepikiran soal masa depan keluarga besarnya yang bisa hancur perkara cewek doang. Wah... kusut.

***

a/n:

Sudah pecah telor ya GUYS, intinya memang si Luki duluan yang punya perasaan sama Denok. Memang kayak begitu sih, milik sendiri akan kelihatan tidak menarik di mata kita, tapi apa pun milik kita bakal kelihatan menarik di mata orang lain.

Tapi jujurly, nasibnya Laksmana kayaknya bakal jadi sad boy, soalnya agak... strict orangnya. Denok itu cewek strict, masa iya mau disatukan sama yang strict lagi?

Terus, ego Luki juga sebagai lelaki dewasa, mapan dan sukses pasti beda pemikirannya. Bayangin aja dia usia tiga puluh lima lebih harus dipasangkan sama gadis berusia 20 tahun yang bagi Luki tuh nggak ada apa-apanya dibandingkan sama Kezia yang usianya sudah terbilang matang.

Intinya bakal ketahuan kok sifat si Denok satu persatu nantinya. Wkwkwk.

p.s: btw Jaehyun, Jungwoo, Johnny katanya kecelakaan di set syuting:( untung nggak ada luka besar. Cuman agak syok aja kemarin pas di kantor wkwkwk.

10, Desember 2022.

Salam sayang,
Ayangnya Jaehyun.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro