14. Ben & Kezia
"HOI!"
Denok terkejut karena tepukan tangan di bahunya yang dilakukan oleh Ben, Denok baru saja mengambil surat dari ruang administrasi untuk peminjaman ruangan, sidangnya tinggal menghitung hari dan tentu saja setiap hari Denok tidak bisa bersantai ria.
"Ngapain lo di sini?" tanya Denok kepada Ben.
Setahu Denok, penelitian Ben belum selesai, dan sepertinya Ben sedang mengolah data. "Ada lo di sini makanya gue ke sini, udah makan siang belum? Kalau belum gue mau ajak lo makan siang."
"Boleh, gue izin ke pacar gue dulu ya."
Rasa-rasanya cuaca Jakarta sedang cerah dan tidak ada suara petir dimana-mana, tapi sepertinya telinga Ben baru saja disambar geledek entah darimana.
"Apa?" kata Ben mendekatkan telinganya di wajah Denok. "Apa tadi? Lo ngomong apa? Coba sekali lagi."
"Gue mau izin pacar gue dulu makan siangnya sama lo." jawab Denok mempertegas kalimatnya.
Ben langsung mundur dua langkah dan menatap Denok layaknya ranjau, bisa-bisa meledak kapan saja. Memang, usia rata-rata cewek seperti Denok lagi musim-musimnya gila dan halu. Ada yang halusinasi ingin dinikahi pria kaya raya agar tidak kerja setelah lulus nanti, ada yang halusinasi menjadi pacar Idol Kpop yang bahkan idol nya sendiri saja tidak akan tahu fans nya hidup dibelahan dunia mana, ada lagi yang halusinasi ingin memiliki uang banyak namun tidak mau usaha alias mencari usaha sampingan dengan jaga lilin.
Tapi sepertinya Denok ini masuk ke dalam jenis halusinasi penglihatan, pendengaran, perabaan dan segalanya. "Dimana pacar lo? Seumur hidup gue belum pernah lihat pacar lo!" tekan Ben agar Denok kembali ke dunia nyata.
"Ck, pacar gue ya tunangan gue lah." balasnya enteng.
"Maksud lo?!"
"Apa sih, Ben?"
"Lo pacaran sama Luki Amidjaja?!" teriak Ben yang tidak bisa mengendalikan kepanikannya.
Denok memberikan tatapan malasnya dan mengangguk kecil. "Nyobain doang,"
"Nyobain mata lo!" sembur Ben tak suka. "Kok lo jadi nakal sih?!"
"Lo aja tukang coba-coba gue nggak protes!" balas Denok tak mau kalah. "Jadi nggak usah syok, kalau kelakuan lo aja tukang coba-coba!"
Ben mendengus sebal, sejak kapan Denok bisa membalikkan kata-kata begini? "Dengar ya, De. Lo nanti bakalan ditinggalin sama tuh laki, memangnya Luki Amidjaja bakal peduli kalau lo patah hati, atau mulai cinta beneran sama dia?"
"Gue..." Denok menatap gamang parkiran kampus yang lengang siang ini. "Gue nggak akan cinta sama dia, Ben."
"Kenapa?"
"Karena gue suka sama orang lain."
Ben kena serangan jantung untuk yang kedua kalinya hari ini. "Si-siapa?" tanyanya dengan gagu. "Siapa yang lo suka?"
Seumur-umur Ben kenal Denok, cewek itu belum pernah menyinggung pembahasan cowok mana pun. Dan cowok hebat mana yang bisa menggulingkan dunia seorang Denok?
"Udah lah, nggak usah dibahas. Nanti gue bete, soalnya orang yang gue sukai juga punya cewek."
"Tuh kan... lo mah malah makan hati nantinya, De."
"Ya gimana lagi? Kata Abby kan hati nggak bisa dipaksain, memang jatuh cinta bisa pilih orang?"
"Ya bisa! Lo aja nggak tahu caranya," ledek Ben dengan cengirannya. "Udah lah, jangan bahas cowok mulu mau steambot apa ramen?"
"Ramen," jawab Denok cepat.
"Oke,"
***
Luki menatap room i-messagenya bersama Denok dengan tatapan menerawang. Ramen date sialan, apa Denok memang sengaja tengah membuatnya kesal? Di setiap baris kata balasan Denok, Luki seolah bisa mendengar nada suara gadis itu, dan bagaimana wajah datar gadis itu yang tidak akan memberikan pengaruh apa pun. Tapi ternyata, Luki sudah mengenal Denok sebaik ini.
Ben, Ben dan Ben.
Anak cowok itu tidak tahu kalau cewek yang diajak makan ramen bersamanya adalah cewek yang menyukainya, Luki hanya bisa berdoa dalam hati bahwa sampai kapan pun Denok tidak akan mengutarakan perasaannya, biarkan saja agar gadis itu lupa akan perasannya pada Ben dan mulai menyukainya.
Luki lo barusan mikir apa? Gerutu Luki dalam hatinya.
Apa dia ingin Denok menyukainya? Yang benar saja!
"Hon," panggil Kezia padanya.
Luki mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku celana. "Ya? You need a help?"
"Iya, bisa datang ke sini sebentar? Aku nggak bisa tarik resleting gaunku."
"Okay,"
Luki masuk ke dalam kamar Kezia dan menemukan perempuan itu yang tengah berdiri di hadapan cermin dengan long dress berwarna hitam yang belum di resleting.
Siang ini sesuai janjinya, Luki akan menemani Kezia mengantarkan kado untuk keponakannya di Cilandak. Hari ini, keponakan Kezia berulang tahun dan Luki juga berniat untuk memberikan kado kepada keponakan Kezia.
"I'm here," Luki menaikkan resleting dress Kezia dan perempuan itu tersenyum dengan puas.
"Thanks, Hon."
"Anytime,"
Tanpa Luki bisa tebak, Kezia mengalungkan kedua tangannya di seputar leher Luki dan menarik wajah Luki ke bawah untuk dicium oleh perempuan itu.
Kezia menciumnya dengan handal, aroma lip balm cokelat bisa Luki rasai dan bagi Luki ciuman Kezia tetap semanis dulu. Tidak ada gerakan yang amatir, lumatan-lumatan kecil yang Kezia berikan padanya membuat kepala Luki terasa ringan siang ini, tangan Luki terulur mengusap lekukan punggung Kezia dan turun menuju pinggang.
Kezia memperdalam ciumannya dan Luki pun membalasnya tak kalah dalam. "Kangen banget sama kamu," bisik Kezia di depan bibirnya.
Luki tersenyum dan mengangguk. "Sama, I miss bite your lips, tapi kalau aku gigit sekarang nanti lipstik kamu rusak."
"Nevermind, kita masih punya waktu panjang aku bisa touch up lagi. Kangen banget, Ki..."
Luki menatap kedua mata Kezia dengan hangat dan mencium kening perempuan itu, bagaimana pun dia berusaha menjauh dari Kezia, sampai saat ini Kezia adalah hidupnya. Dan Luki tidak tahu sampai kapan dia akan menahan perasaannya seperti ini sementara ke depannya dia dan Kezia mungkin harus mendapatkan tantangan yang lebih berat.
Benar apa kata Denok, bahwa Luki harus mengencangkan sabuk pengamannya untuk dirinya dan Kezia, dan benar juga apa yang gadis itu katakan bahwa dia harus memperjuangkan Kezia jika memang benar apa yang dia inginkan adalah Kezia.
Tangan Kezia menyentuh rahang Luki dan mencium dagunya, Luki menahan semua keinginannya untuk melucuti pakaian Kezia siang ini. "C'mon, kita harus berangkat sekarang."
"Kenapa?" tanya Kezia dengan lirih, bibirnya sudah bengkak karena ciuman yang dilakukan keduanya begitu menggebu-gebu telah melepas penatnya rasa rindu.
"Aku nggak mau telanjangi kamu sekarang, kalau aku dan kamu nggak pergi, bisa-bisa aku geret kamu ke atas ranjang." gumam Luki di bibir Kezia.
Kezia tertawa ringan dan mengangguk. "Okay, kita pergi sekarang, aku kasihan sama kamu."
"Jangan siksa aku siang-siang begini, Key...."
"Alright Honey, nanti malam kamu mau pulang apa menginap di sini?" tawar Kezia.
Senyum simpul terbit begitu saja dan Luki mengangguk tegas. "Menginap,"
Seperti itu, ya senyuman yang Kezia inginkan. Senyuman Luki hanya untuk miliknya, dan jika senyuman itu kembali padanya, itu artinya tidak akan ada hal buruk yang terjadi padanya. Luki akan tetap memilihnya, dan akan selalu kembali padanya.
***
"Memang sudah gila itu anak!"
Rajasa Amidjaja menahan diri dengan kuat setelah mendengar bahwa Luki dan Kezia tengah bersama. Padahal, dari beberapa minggu ini Rajasa merasa lega jika mendengar Luki sedang bersama Denok.
Rajasa juga mendapatkan laporan mencengangkan dari Martha cucu perempuannya yang terkejut dengan perubahan sikap Luki pada Denok yang terlihat dibuat-buat.
Gana mengambil iPad dan memberikannya pada Rajasa, dalam iPad itu terbanyak data, sistem, informasi bahkan sampai tetek bengek—rahasia keluarga apa lagi keempat cucunya yang selalu Rajasa awasi.
Bukan berarti resek, tapi Rajasa tidak bisa tenang jika dia membiarkan keempat cucunya hidup seenaknya.
Kehidupan privasi keluarga Amidjaja memang tidak usah diragukan lagi, dari keempat cucunya itu hanya Koentoeadjie yang memiliki akun Instagram dengan jutaan followers, tapi ketiga cucunya yang lain, dengan sengaja Rajasa meminta mereka bertiga agar tidak terlalu mengekspos kehidupan yang bisa menjadi bahan konsumsi publik.
Kalau Koentoadjie sih, sudah biasa. Dimana-mana namanya selalu menjadi kontroversial apa lagi kalau soal perempuan. Rajasa kadang berpikir, apa sebenarnya kehidupan yang Koentoeadjie inginkan hingga mau susah payah diperbudak menjadi budak industri hiburan Indonesia.
Bahkan, pertama kali Koentoeadjie menyelam di dunia industri hiburan, Rajasa sempat keteteran karena nama keluarganya mendadak naik ke permunculan dengan sangat drastis.
Bahkan, untuk orang-orang yang kurang kerjaan, mencari tahu aset keluarga Amidjaja dan dikoleksikan dalam suatu video yang bisa dijual secara mahal pada infotainment.
Dan sekarang, Luki Amidjaja tengah naik ke permukaan karena artikel; how old money spending his times. Sejak Luki diwawancarai oleh salah satu majalah bisnis ternama, dan namanya masuk ke dalam 25 Forbes, namanya jadi mudah ditemukan di Wikipedia, dan belum lagi.... Ck, bagaimana para gadis-gadis yang menggilai Luki mulai mengikutinya sejak Luki melanjutkan S2 di Notre Dame.
Lalu cucu satu-satunya perempuan yang dia punya, harus terjebak oleh kamera paparazzi tengah melakukan sailing dengan mantan kekasihnya, Kahlevi Kawidagda, makin saja nama keluarganya panas untuk beberapa waktu karena mengetahui harga Yacht kecil yang pernah Rajasa berikan sebagai hadiah ulang tahun untuk Martha.
Bagaimana dengan Laksmana? Puji Tuhan, cucunya yang satu itu sepertinya selalu membantu separuh nyawanya agar tetap bertahan hidup di dunia yang kejam ini. Setelah ditinggalkan oleh istrinya, Rajasa pernah kehilangan semangat hidup, dan Laksmana adalah satu-satunya cucu yang mengerti soal kondisi psikologisnya, mungkin itu juga alasannya Laksmana menjadi seorang dokter.
Rajasa bersyukur bahwa dia bisa memiliki cucu seperti Laksmana.
"Bisa kamu minta Denok untuk ke kantor saya besok, Gana?"
Gana tercengang sebentar sebelum mengendalikan kembali ekspresi wajahnya. "Ke kantor?"
"Ya, jemput Denok untuk mengunjungi kantor di Bandung, bisa? Saya ingin memperkenalkan kantor PT. Media Global Tbk pada Denok, di sana saham Sisca Moestopo sangat besar, dan kemarin saya dapat kabar bahwa Sisca Moestopo akan menurunkannya pada Denok."
"Apa itu artinya Nona Denok sebentar lagi akan mengetahui Sisca Moestopo adalah Ibunya, Pak?"
Rajasa mengangguk. "Ya, dan semoga saja tidak menimbulkan respon yang buruk."
"Apa saya perlu beritahu Den Mas Luki, Pak?" tanya Gana meminta izin.
Rajasa tiba-tiba menggeleng dengan tatapan tidak yakin. "Jangan, biarkan ini jadi rahasia inti dulu saja."
"Baik, Pak."
***
Luki memandangi pemandangan malam kota Jakarta Pusat dari balkon apartemen Kezia yang berada di Sudirman. Sejak dulu, apartemen Kezia sudah menyimpan banyak kenangan untuknya, dan pada masa-masa sulitnya pun Luki lebih suka pergi dan menyendiri di apartemen Kezia meskipun perempuan itu berada di luar kota.
Dan malam ini, dia kembali bersantai di balkon apartemen Kezia dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Papanya, Gianjar. Mamanya, Ruth. Mereka berdua memutuskan untuk kembali bersama dan memulai kedamaian yang membuat Luki tak habis pikir.
Mamanya kembali mencintai Papanya. Apa itu semua mungkin terjadi? Atau hanya kamuflase?
Berapa lama Luki mengenal Mamanya? Berapa lama Luki tahu rasa sakit Mamanya? Dan berapa banyak waktu yang telah Mamanya buang hanya untuk menunggu Papanya?
"Hon,"
Luki mematikan rokoknya dan tersenyum melihat Kezia yang datang menghampirinya sambil mengikat gaun tidurnya. "Hei, kok keluar?"
"Ranjangku dingin," Kezia menjatuhkan tubuhnya di sisi Luki dan memeluk pria itu. "Aku kira kamu pergi,"
"Aku nggak kemana-mana."
Tatapan Luki yang menerawang dan kosong membuat Kezia memeluknya kian hangat. "Ada sesuatu hal yang mengganggu?"
"Mm? Nothing, aku cuman penasaran memang ada ya orang yang bisa memaafkan dan memberikan kesempatan kedua pada orang yang telah menyakiti kita habis-habisan?" tanya Luki pada Kezia.
"Ada," jawab Kezia. "Semua yang kamu tanyakan itu murni sifat alamiah manusia. Terkadang, kamu bakal menemukan manusia yang tegas dan egois dan lebih memilih dirinya sendiri dibandingkan apa pun? Tapi... ada juga manusia yang egois lebih menyingkirkan rasa takut, dan rasa sedih hanya demi memaafkan orang yang telah menyakiti kita. Kamu tahu itu apa?"
"Apa?"
"Takut kehilangan." ujar Kezia. "Dikecewakan berkali-kali nggak akan sebanding dengan rasa kehilangan yang bisa menimbulkan rasa penyesalan."
"Mm, kayaknya kamu benar."
"Dan rasa penyesalan adalah rasa yang paling ditakuti semua manusia lho, Ki."
Penyesalan?
Jadi, apa Papanya merasakan penyesalan yang amat dalam pada Mamanya?
"Meskipun terlambat? Atau membuat orang rugi karena kesalahannya?"
Kezia terkekeh pelan dan mencium sudut bibir Luki. "Penyesalan itu ada dua; pertama, penyesalan yang nggak bisa diubah dan yang kedua adalah penyesalan yang bisa diubah."
Luki tersenyum mendengarnya, ternyata Tuhan sebaik itu pada Papanya hingga memberikan penyesalan yang masih bisa diubah.
Luki hendak mencium kening Kezia karena merasa berterima kasih bisa mendapatkan ketenangan setelah bertukar pendapat dan bercerita, tapi sayangnya ponsel Luki bergetar dan dia mendapatkan pesan masuk yang aneh dari Denok.
Pasalnya, sejak kapan Denok berani memanggilnya Mas secara terang-terangan di pesan?
"Kenapa, Ki?" tanya Kezia yang terkejut melihat gerak Luki yang bangkit secara tiba-tiba.
"Aku harus ke RS, Key. Sori, aku nggak bisa bermalam di sini." ujar Luki sembari masuk ke dalam dan memakai pakaian atasnya.
Kezia mengejarnya. "What's wrong? Apa Opa sakit?"
"No, this is not opa. Tapi, tunanganku."
Mendengar kata tunanganku, Kezia mati kutu di tempat. Luki terlihat khawatir dan Kezia bisa melihatnya dengan jelas, bagaimana Luki menyambar teleponnya dan menghubungi Laksmana agar menyusul ke rumah sakit.
Apa Luki....
"Aku pergi." pamit Luki tanpa menghadiahi sebuah ciuman untuknya.
Dan untuk pertama kalinya, Kezia merasakan ditinggal oleh Luki.
Pria itu meninggalkannya.
***
a/n:
Tahu nggak hukum gaya fisika? Semakin banyak gaya maka tekanan yang didapatkan semakin banyak. Ya, itu semua buat si Luki Amidjaja wkwk. Gaya hukum fisika, kebanyakan gaya.
Jangan sampai kek begini.
p.s: hari ini capek banget, pas liat tanggal ternyata hari Senin.
28, November 2022.
Salam sayang,
Ayangnya Jaehyun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro