Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Larangan

Pagi buta ini, Denok dibangunkan oleh lima panggilan tidak terjawab, dan satu deringan yang kini tengah berbunyi dengan kontak yang tidak Denok kenali sama sekali.

Dengan kesal, dia mengangkat tubuhnya dan menggeser ikon hijau itu demi memenuhi panggilan heboh yang tidak tahu jam ini.

"Halo?"

"Apa kamu sengaja ingin mencari masalah denganku?!"

Denok mengernyitkan keningnya dengan bingung, lalu menatap layar ponselnya kembali. "Wait—who are you?"

"Saya Luki Amidjaja,"

Kedua mata Denok langsung terbuka lebar, jantungnya berdegup kencang. Diantara semua kemungkinan, untuk apa pria itu meneleponnya pagi buta seperti ini?

...

...

Tujuh jam sebelumnya...

"Djie... mata gue nggak bengkak, kan?" tanya Ariel kepada Adjie.

Adjie menggeleng dengan senyuman kesal, bule kesasar ini memang sangat cantik dengan balutan dress Valentino hitam yang memperlihatkan ketegasan tubuhnya dan kepercayaan diri yang Ariel miliki. Sayang saja, Ariel tengah insecure karena mantan pacarnya, Joshua Astungkara si tukang selingkuh itu menikahi putri konglomerat dari keluarga Pawaka.

Bianca Pawaka is the one of smartest girl, dia salah satu teman kampus Adjie saat di MIT, dan Adjie yakin jika dia memberitahu Bianca Pawaka teman kampusnya, si bule kesasar ini akan merasa insecure tingkat dewa.

Belum apa-apa saja, Ariel sudah membuang napas berkali-kali.

Dan lagi, penampilan Adjie sangat proper malam ini. Siapa yang tahu, kalau Ariel Tjahjawulan memodali satu set Brioni abu yang tengah dipakainya kini.

"Lo tuh insecure mulu.. ketemu mantan tuh harusnya lo tunjukkan bahwa lo sudah keluar dan bebas dari lingkaran setan itu, Ariel. Artinya Tuhan masih sayang sama lo karena lo dijauhkan dari orang yang nggak mempertanggungjawabkan perasaan orang lain tahu nggak!"

Ariel memandang Adjie dengan takjub. "Kok lo mendadak bijak?"

"Gue ini lebih tua dari lo empat tahun ya, Riel kalau lo lupa. Modal masalah kayak lo itu lumrah di lingkungan borjuis. Duit yang berjalan, cinta mah bukan apa-apa."

"Sih najisnya..." umpat Ariel.

Adjie menepuk puncak kepala Ariel dengan gemas. "Lo hidup dengan duit, Riel. Itu kenapa lo jadi publik figur, kalau gue—daripada harus pegang perusahaan, mending kerja serabutan aja kayak gini."

"Udah lah!" balas Ariel dengan muak. "Gue tahu lo kaya raya, keluarga Astungkara juga kaya, dan Bianca Pawaka si istri mantan gue itu kaya. Dan kenapa gue..."

Ariel menunduk meratapi nasibnya. Adjie tak kuasa menahan tawa. "Lo kan nggak bisa milih mau lahir dimana, Riel. Kalau lo bisa pilih, gue sarankan lo jadi anak Mami gue aja dulu."

"Ya udah.." kedua mata Ariel yang berkaca-kaca menatap Adjie dengan penuh permohonan. "Bilang sama Mami lo, angkat gue jadi anaknya please."

Adjie menggeleng dengan cepat. "Sori, Mami gue sudah nggak butuh anak."

"Terus buruhnya apa?"

"Menantu lah, goblok lo... itu kenapa gue disuruh menikah mulu!"

"Ah..." Ariel menghela napasnya dengan gusar.

Setelahnya mengucapkan selamat kepada dua pengantin, Ariel masih saja mencengkeram lengan jasnya dengan begitu erat. Macam tahu kondisi yang tengah menekan perasaan si bule kesasar itu, Adjie lantas memeluknya dan memberikan usapan yang menenangkan di lengan atas Ariel.

"Sudah, pasrahkan... dia bukan jodoh lo."

Ariel menahan tangis lebih kuat, lalu gadis itu mendongak dengan wajah bodohnya lagi. "Ya udah, pulang dari sini ciuman sama gue."

Mampus! Adjie melihat keadaan sekitar memastikan tidak ada orang yang mendengar ucapan frontal Ariel. "Lo gila, kalau kedengaran sama orang lain gimana?!"

"Nggak ada orang tapi—"

"Riel kalau bercanda tahu tempat, ini bukan studio tempat dimana semua orang sudah tahu kelakuan sengklek lo!"

"Tapi tadi lo minta ci—"

"Riel!"

Adjie gemas dengan kelakuan bodoh bule kesasar ini. Dia mengedarkan pandangannya tapi kedua matanya baru saja menangkap pemandangan yang tidak seharusnya terjadi. Dan bagaimana bisa gadis yang dia kenali sebagai tunangan sepupu tertuanya itu ada di sini?

"Wait—lo bisa lihat cewek cantik itu nggak?" tanya Adjie memastikan Ariel melihat sosok yang sama dengannya.

"Yang mana sih?" tanya Ariel kebingungan.

"Itu!" tunjuk Adjie di arah jarum jam sembilan. "Cewek yang pakai sirkam padi dan gaun warna hijau tua!"

"Geez—that's from Zuhair Murad—harusnya gaun itu baru keluar untuk Haute Couture tahun ini, Djie dan dia—"

"Lo malah fokus sama gaunnya lagi!" protes Adjie dengan kesal.

"Itu gaun mahal banget, gue pengen... dan yang pakai juga cantik!"

Indeed! Teriak Adjie dalam hatinya. Luki Amidjaja sepupunya yang gila itu memang beruntung karena mendapatkan tunangan secantik Denok Djatiwibowo, usianya yang masih muda, dan bagaimana pembawaan gadis itu membuat Adjie yakin—laki-laki mana yang tahan dengan pesona gadis itu? Luki bodoh kalau sampai harus menahan iman karena gengsinya.

Adjie langsung membayangkan jika Luki dan Denok nanti menikah. Giliran Luki yang sudah setua kakek-kakek, sementara istrinya masih sehat, bugar dan cantik. Ah, sepertinya Adjie juga harus mencari daun muda untuk aset di masa tua.

Di masa tua, diperlukannya pemandangan yang baik demi menjaga kesehatan mata, jantung, hati dan pencernaan. Sepertinya istri muda, cantik dan berbakat bisa menjadi faktor usia panjang umur.

"Okay..." otak jahilnya mulai bekerja sekarang.

Adjie mengeluarkan ponselnya dan mulai memotret Denok Djatiwibowo yang tengah dirangkul oleh putra bungsu keluarga Pawaka. Tentu saja, Adjie tahu siapa lelaki yang merangkul tunangan sepupunya itu, karena Ariel mengenalnya dengan baik.

He's name is Benjamin Pawaka.

Dan sepupunya yang sudah tua bernama Luki Amidjaja itu, pasti akan kepanasan setelah tahu perbedaan usia antara dirinya dengan Denok Djatiwibowo.

***

"Ada apa ini?" protes Denok dengan tenang, setengah kesadarannya baru saja terkumpul dan setengahnya lagi berkutat dengan emosi. "Saya nggak membuat masalah apa pun dengan kamu hari ini, ketemu saja nggak."

Suara helaan napas yang berat membuat Denok tahu bahwa Luki Amidjaja juga tengah emosi saat ini, kepadanya. "Kamu pergi kemana tadi malam? Dan siapa laki-laki yang bersama kamu itu?"

"Oh..." tadinya Denok akan menjawab, tapi apa urusannya juga sih Luki tahu soal Ben? Ben kan, temannya. "Bukan suatu hal yang penting."

"Denok, saya tahu kamu masih muda—ego kamu, jelas tidak mau terkalahkan. Tapi saya minta tolong, jaga nama baik saya dan nama baik keluarga saya. Akan jadi apa jika orang lain melihat tunangan Luki Amidjaja jalan dengan pria lain? Apa kamu sengaja ingin memberikan noda pada keluarga saya? Jangan bersikap pencicilan dan murahan, jaga batasan kamu sebagai perempuan."

Sialan...

Apa masalahnya sih? Kenapa pria itu mengatakannya seolah-olah Denok baru saja melakukan hal yang tidak baik?

"Saya bersama sahabat saya tadi, Ben—kamu sudah pernah bertemu dengannya di rumah saya. Kalau kamu nggak percaya, tanyakan saja padanya. Saya datang memenuhi undangan atas perwakilan keluarga. Bianca Pawaka, kakak perempuan Ben baru saja menikah."

"Kamu tidak membohongi saya?"

Lagi-lagi, Luki merasa ragu kepadanya. Ya kalau dipikir-pikir untuk apa juga Luki punya kepercayaan kepadanya?

"Ya, saya nggak membohongi kamu. Kalau pun ada yang dibohongi di sini, adalah saya." balas Denok dengan tegas, dia tidak tahu dimana keberadaan pria itu sekarang, dan sedang bersama siapa. "Kamu tahu saya pergi kemana, dan bersama siapa—setelah saya mengakuinya tadi—tapi saya, nggak tahu kamu ada dimana dan sama siapa. Apakah itu adil?"

"Saya sedang di Yogyakarta, Denok. Ada proyek baru dan tengah memastikan pembangunan fondasi puluhan sektor berjalan dengan baik. Kalau kamu penasaran saya sedang di hotel sendirian."

"Kamu..." Denok menggigit bibirnya ragu. "Belum tidur? Itu kenapa kamu menelepon saya pagi buta begini?"

"Ya." jawab Luki dengan cepat. "Saya jadi tidak bisa konsentrasi karena kamu bisa saja menyeret saya ke dalam masalah."

"Tenang saja... saya tidak berpengaruh kuat seperti kamu, ada pun jika nama saya terangkat di seluruh media. Akan saya ucapkan bahwa saya happily being your fiance."

"That's not a simple as you said, Denok."

"Ya, terserah... sudahlah, saya harus tidur!" dengan kesal Denok ingin mematikan panggilan Luki.

Luki menahannya. "Sebentar, anak kecil. Kamu ini tidak tahu sopan santun? Saya belum selesai berbicara."

"Apa lagi?"

"Besok, jemput saya di Bandara jam enam sore. Sharp, don't be late."

Setelah mengatakannya, Luki menutup panggilan secara sepihak. Yang mana, membuat Denok kesal. Lain kali, jika Luki meneleponnya lagi, Denok akan mematikan sambungan teleponnya lebih dulu daripada pria itu!

***

"Martha bego!"

Adjie mengumpati sepupu perempuannya yang baru saja masuk ke dalam apartemennya dengan cara yang tidak sopan.

Sementara Martha hanya bisa menggeleng tak percaya melihat apa yang dia temukan di dalam apartemen sepupunya ini.

Artis cantik, bernama Ariel Tjahjawulan, presenter dan host terbaik di Indonesia yang menjadi partner Adjie di program Today Talkshow tengah duduk dengan wajah masam, sementara pakaiannya telah diganti oleh kaus Nirvana hitam milik Adjie.

Martha tidak sebodoh itu sampai harus berpikir ulang menebak apa yang dua orang dewasa itu lakukan.

Setahu Martha lagi, sepupunya yang satu ini cukup bajingan dan tidak pernah bisa tahan dengan satu komitmen. Tapi kini? Ariel Tjajawulan jelas bukan tipe Adjie. Martha tahu tipe ideal Adjie, wanita tinggi, ramping, kulit kecoklatan dan pintar. Sementara Ariel Tjajawulan? Blasteran Rusia-Indonesia, kedua bola matanya berwarna cokelat terang, rambutnya brunette dan panjang, tubuhnya tinggi semampai bak model.

Ini sih namanya kelas atas.

"Gue cari-cari ternyata lo bertelur di sini ya?" ledek Martha pada Adjie.

Sedangkan Ariel hanya menatap Martha dengan tatapan memicing. "Lo sepupunya si bangsat ini, kan?" Ariel menunjuk Adjie.

"Iya, kenapa?" jawab Martha.

"Semalam sepupu lo maksa ajak ciuman sama gue, akhirnya kita berdua make out—"

"Oy bule!" teriak Adjie malu hingga kini dia hanya bisa menatap Ariel dengan kesal, bagaimana bisa dia semalam berciuman dengan perempuan bermulut besar ini? "... nggak usah lo sebar lagi! Segitu bangganya bisa ciuman sama gue?!"

"Sih..." Ariel mengendikkan bahunya dengan acuh sementara sendi lehernya dia regangkan ke kanan dan ke kiri. "Gue lebih heran sama orang yang percaya diri tinggi kek lo! Nggak ada rasanya juga ciuman sama lo!"

Martha membulatkan matanya dengan shock. "Serius?" tanyanya pada Ariel. "Lo nggak merasakan butterfly effect karena dicium sepupu gue yang ganteng ini?"

Ariel menggeleng acuh. "Nggak." jawabnya lagi. "Antarkan gue pulang Koentoadjie!"

Adjie memasang wajah masam dan memilih tidak percaya dengan apa yang Ariel katakan tadi. Padahal, Adjie ingat bagaimana bibir Ariel dan bibir dirinya bertemu menjadi satu sementara perang lidah tidak bisa dikatakan sebentar.

"Gue cium lagi mau?" ancam Adjie.

Ariel menjulurkan lidahnya. "Lo ketagihan cium gue, kan?"

"Nggak!"

Martha tak kuasa menahan tawanya, Adjie pergi menuju kamar karena akan berganti baju. Sementara Martha memandangi Ariel dengan heran.

"Kalau lo suka sama sepupu gue—please, jangan permainkan perasaan dia ya." pinta Martha.

Ariel lantas tertegun mendengarkan ucapan Martha. "Nggak salah lo bicara begitu? Yang harusnya lo ucapkan itu—sepupu lo tukang mempermainkan perasaan orang hati-hati ya... nah itu baru benar."

Martha lantas menyangga dagu dengan tangan kanannya karena merasa terpancing oleh kata-kata Ariel yang polos. "Memang Adjie pernah memainkan perasaan lo?"

Ariel mengangkat bahunya acuh dan berdiri mengambil clutch yang ada di bawah sofa. "Sering." jawabnya.

Lantas Martha hanya bisa menatap kepergian Adjie yang mengantarkan Ariel pulang. Mendengar bagaimana jawaban Ariel tadi, hanya satu yang Martha pikirkan. Adjie, telah menemukan wanita yang diinginkannya—tanpa Adjie sadari.

***

a/n:

Adjie dan Ariel ini kayaknya bakal jadi moodboster deh:)

Pahit bestieeee

p.s: Akan kubuat universe dimana kau jadi Kokoh kaya raya pemilik toko emas, Jung Jaehyun!

25 November 2022.

Salam sayang,
Ayangnya Jaehyun.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro