Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 11

Warning!
Gaje,Ooc,Typo, DLDR!
.
.
.
.
.

Midorima sudah sampai di Kyoto dari setengah jam yang lalu. Kini ia telah berada di apartementnya, letaknya pun tidak jauh dari mansion Uchiha. Ia sengaja mengambil tempat yang tak jauh dari pujaan hatinya, agar dirinya bisa mengawasi gerak-gerik yang dilakukan Tenten.

Ia juga merahasiakan kedatangannya dari Tenten.
Midorima juga sudah mengabari sahabatnya, Kuroko Tetsuya. Bahwa dirinya telah sampai di kota tujuannya.

Kota ini tak banyak berubah dari sebelum ia memutuskan untuk pindah ke Tokyo, semua nya masih sama.
Mendengus samar ia telah meyakinkan dirinya, dengan cara apapun ia akan segera mendapatkan cintanya, hidupnya.

"Aku harus segera memulainya, takkan ku sia-siakan kesempatan ini" ujarnya lirih.

Emerald nya menatap jauh keluar jendela. Sudah dua hari terakhir ia tidak berkirim pesan dengan Tenten. Hatinya gelisah, namun ia mencoba untuk lebih bersabar, karena ia tak mau gagal dalam rencananya.

'Tunggulah, sebentar lagi' midorima membatin.

Drrrrrt.... Drrrrt......

Midorima tersentak pelan karena suara dering ponselnya. Dengan segera ia mengambil dan menatap layar ponselnya datar.

'Kukira dia yang menelfon' batinnya miris.

Tut..

"Moshi-moshi Midorima-kun?"

"Moshi-moshi Kuroko, ada apa nodayo?" entah kenapa perasaannya tidak enak.

"Paket yang kau pesan sudah sampai disini"

"Jadi sudah sampai? Baguslah" sadar atau tidak, ia telah menahan nafasnya sejak tadi.

"Baiklah kututup teleponnya"

"Hm, baiklah sampai jumpa"

"Hai.."

Tut.. Tut..

Sambungan pun terputus, ia menaruh ponselnya kembali di nakas.

"Rencana telah tersusun matang" gumamnya pelan.

***
.
.
.

Saat ini Tenten tengah menghabiskan waktunya bersama sang sepupu, mungkin tak ada salah nya keputusan Sasuke menyuruhnya untuk kembali ke Kyoto. Bagaimana pun Sasuke juga yang telah merawatnya selama ini, harusnya ia tak marah saat Sasuke menyuruhnya kembali kesini. Ini juga tempat kelahirannya, banyak kenangan yang ia simpan disini.

Di sini juga ia bisa menjadi dirinya sendiri, meski tak sepenuhnya. Ia menghela nafas berat, ingatan itu masih membayangi dirinya. Masa lalu, cinta pertamanya. Kenapa sangat sulit untuk melupakannya? Terlebih dia hadir kembali di hidupku.

'Aku membenci mu Otsutsuki Toneri' umpatnya dalam hati.

"Nee-san..?" panggil Hanabi pelan.

"Hm?" Tenten hanya mengguman dan itu membuat Hanabi sedikit kesal.

"Kenapa melamun?" tanya Hanabi heran.

"Eh?! Ti-dak kok?" sanggah Tenten.

"Tuh kan, nee-chan bohong" ucap Hanabi dengan wajah datarnya.

"Tidak kok! Nee-chan tidak bohong!"  Tenten menyangkal, namun sepertinya ia gagal karena Hanabi sama sekali tidak mempercayai nya.

"Ya sudahlah, apa kita pulang saja?" tanya Hanabi pelan.

"Ya, sebentar lagi gelap. Aku tak mau kena omel Kiba-jii" ucap Tenten sambil terkekeh.

Hanabi tersenyum tipis, setidaknya ia membuat Tenten tersenyum hari ini.

"Ayo pulang Hanabi" ajak Tenten pelan.

"Ayo!" jawab Hanabi sedikit antusias.

Setidaknya, kehadiran Hanabi membuatnya sedikit melupakan masalah yang tengah ia hadapi.

Mereka pun meninggalkan taman tersebut.

Skip

Malam mulai larut, namun rasa kantuk sama sekali belum mampir. Padahal ia sudah membaca dan menyelesaikan pekerjaannya sedari tadi, ia juga sudah minum susu. Apa lagi yang harus ia lakukan agar lekas tidur? Ia lelah dan butuh istirahat namun tubuhnya tak bisa bekerja sama dengan batinnya.

Keluarganya yang lain sudah terlelap setelah makan malam tadi, hanya dirinya yang masih terjaga. Oh mungkin ada beberapa bodyguard yang berjaga. Firasatnya mulai tidak enak, bagaimana mungkin mansion sebesar ini tak ada satu pun pelayan yang masih terjaga. Mungkin mereka memang tidur, tapi ini aneh pikir Tenten.

Tiba-tiba ada suara derit pintu pelan tapi pasti pintu itu terbuka, Tenten menaikan alisnya heran. Ia masih belum mengganti posisinya yang tengah berbaring di tempat tidur meski ia memasang sikap waspada.

Tenten menanti siapa gerangan yang berani memasuki kamarnya tanpa izin, tapi sosok itu tak muncul juga.

Tap grab..

Tanpa ia sangka, ada yang membungkam mulutnya dengan sapu tangan, Tenten memberontak untuk melawan. Tapi sia-sia, usahanya gagal karena lawannya tak sebanding.

Hitungan ke sepuluh Tenten pun memejamkan matanya.

Sedang sosok yang menjadi pelaku, tersenyum manis dibalik maskernya.
Tanpa menunggu waktu yang lama, ia membawa pergi Tenten dari sana.

***
.
.
.
.

Sasori menatap sosok Toneri yang semakin ditelan keramaian manusia, Sasori sengaja menyempatkan dirinya untuk mengantar sang sahabat yang harus kembali ke Rusia hari ini.
Lengkungan tipis menyertai bibirnya saat mengingat pembicaraan  mereka kemarin, Toneri benar. Tak ada salahnya untuk mencoba lagi, jika ia masih mendapatkan jawaban yang serupa mungkin ia juga harus membuka hatinya untuk yang lain.

Saat ia membalikan badan untuk meninggalkan bandara betapa terkejutnya ia mendapati sang pujaan hati yang sedang menatapnya juga.
Dengan langkah yang sedikit  ragu ia pun mendekatinya.

"Kau disini?" tanyanya pelan.

Sasori tak mendapat jawaban berupa lisan, tapi hanya dengan sebuah anggukan. Sasori mengernyit dalam saat ia merasakan ada sayatan di hatinya.
Setahun sudah berlalu hubungan mereka tak ada kemajuan, tak berjalan, terus seperti ini.

Ia memandang paras cantik yang masih menatapnya dengan tatapan datar andalannya, ada senyum manis disana. Senyum yang membuatnya jatuh hati ketika melihatnya, ia heran saat kekasih nya menulis sesuatu di note kecil yang entah sejak kapan ada disana.

Sasori menerima note itu dengan tatapan tak mengerti, namun matanya membulat saat sebaris kalimat bertengger disana.

"Pernyataanmu setahun yang lalu, bolehkah kujawab sekarang?"

Sasori menatap note kecil dengan bergantian.
Mendadak lidahnya terasa kelu, jantungnya pun berdetak kencang alhasil ia hanya bisa mengangguk pelan.

Sasori melihat kekasihnya menulis kembali di note itu, lalu ia membaca kembali sebaris kalimat disana. Kalimat yang mampu menghancurkan relung hatinya, jiwanya, juga hidupnya.

Harapannya pupus sudah, cintanya lebih nemilih pergi daripada tinggal.

'Boleh ku menangis sekarang Tuhan?' teriaknya pilu di dalam hati.

***
.
.
.
.

Sasuke menatap geram pada rekannya, bagaimana mungkin dia meloloskan target?!

Ya, berita tentang penculikan Tenten telah sampai di telinga Sasuke. Jangan tanya dari mana Sasuke tau? Silahkan cek kamar Tenten, ternyata disana ada cctv.

Saat ini, Kiba, Naruto, Shikamaru tengah berada di ruang kerja Sasuke.

"Sasuke, tenang dulu. Dia memang kembali ke jepang, tapi apa dia berbuat ulah? Tidak kan?" ujar Naruto mencoba menenangkan sahabatnya.

"Lalu siapa yang membawa putriku hah?!" ucap Sasuke penuh emosi.

"Jika bukan dia siapa lagi?" sambungnya kemudian.

Semua terdiam, tak ada yang berkata sedikitpun.

"Sasuke.." panggil Shikamaru pelan. Yang dipanggil hanya balas menatap datar.

"Hn?"

"Apa dia mempunyai musuh?" tanya Shikamaru sedikit ragu. Sasuke mengernyit, ia pikir putriny ralat ponakannya tidak mempunyai musuh.

"Kurasa tidak Shika.. Bagai-" kalimat Naruto terpotong.

"Dia tidak mempunyai musuh, tapi ada seseorang yang mencoba untuk mendekatinya" ujar Sasuke pelan, sebenarnya ia juga kurang yakin dengan hal ini tapi apa salahnya jika kita mencari bukti?

"Jelaskan.."

Bersambung....

Holaa minnaaa~

Maaf baru update sekarang T_T

Kepentok gak ada satu pun ide yang masuk, ini up juga karena ide nya muncul tiba2

(Harhar)

Untuk ff ku yang lain, maaf ku usahakan biar ku update semuanya kalo ada ide // digampar masa

meski itu juga sulit// abaikan. (Harhar)

Sekali lagi maaf kan aku

Salam manis

Nisadiyanisa/Akabane Ran :)

220917

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro