Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. Kebo Masuk Rumah 🏡🐃

Malang nian. Sam tidak bisa tidur malam itu. Kedua lututnya kini ungu kebiruan akibat sukses mencium lantai secara amat mesra dan menggebu-gebu.

Lupakan soal barang jarahan di kamar sendiri. Sam menumpuk keranjang keramat di bawah gulungan sarung di kamar Putra. Lantas Sam menyingkir ke kantor kerjanya yang berjarak 400 meter dari rumah. Oh, jangan dikira kantor Sam itu bangunan megah berlantai dua dari beton. Kantor kerja Sam hanyalah rumah kaca berisi setumpuk pupuk, biji-biji kangkung dan deretan pipa paralon yang bakalan dipakai pekan depan untuk ekspansi lahan pertanian.

Sam telah kehilangan muka di depan seorang cewek. Biarpun juteknya selangit, tetapi tetap saja cewek. Nggak ada duanya. Pokoknya Sam malu.

Plak! Plok! Plak!

Sam tidak cukup gila dengan menampar pipinya sendiri. Namun, si betina ganjen bernama nyamuk sangat menyukai fisik Sam. Kulit manusia satu ini benar-benar segar untuk dicolek probosis nyamuk.

"Nasib gini amat. Belom sempat pasang pertahanan, udah dibombardir sama aib. Kapan ya bisa jadi juragan miliader dari ternak lele dan kangkung doang?" Sam mengeluh.

Kendati murung begini, Sam sibuk mengenyahkan pikiran yang semrawut dengan melubangi gelas mineral bekas. Lubang-lubang itu kelak digunakan untuk memberi sirkulasi nutrisi sayuran yang ditanam. Serta, lubang-lubang itu serupa dengan perasaannya saat ini.

Dia dialiri serangkaian masalah karena terusir dari kamarnya sendiri.

"Aku mau bangun rumah lima lantai, terus tinggal di kamar mana aja gak kudu diusir. Tuhan, aku itu anaknya mami apa bukan? Kamar aja kagak punya malam ini," lanjutnya mengomel sendiri.

Apakah ini tanda gila bicara sendiri selain agresif menampar pipi sendiri yang gatal?

Sepertinya iya.

Sam menggelengkan kepala lagi. Kalut dengan rencana tidurnya yang berantakan. Hanya karena sebuah kamar yang jarang ditiduri, Sam bisa merajuk ke maminya.

"Udahlah. Aku mau gedein peternakan dan pertanian saja. Nanti juga bisa bangun lima lantai dari usaha sendiri."

Sam bertekad. Gemuruh solder menjadi musik pengiring kemelut jiwa Sam. Dia melubangi ratusan gelas dengan malam yang sunyi dan senyap.

***********

"Wiiiii, rajin bener Mas Sam. Dari kapan datang?" tegur Eros, salah satu anak buahnya datang ke rumah kaca.

Remaja berusia 18 tahun itu lengkap dengan sarung tangan, sepatu boot karet, topi anti matahari dan kacamata besar. Benar-benar ciri khas petani modern sekali. Eros bergegas menumpuk gelas-gelas yang sudah dilubangi menjadi satu agar mudah disimpan.

"Dari semalam."

"Lembur ya, Masam? Gila. Cepet amat sih. Siapa bantuin? Narto, Udin apa Kang Abdul?" cecar Eros penuh pinisirin. Eros tipikal yang tidak suka disaingi dalam hal upah lemburan. Pokoknya harus diajak juga agar sama rata sewaktu bayaran.

"Digarap sendiri." Sam tersadar. Seharusnya ini pekerjaan Eros. Sam bagian membuat nutrisi hewan dan tumbuhan. Bukan melubangi satu per satu plastik bekas.

Tidak terasa juga kalau sekarang sudah pagi. Sadar akan waktu yang berlalu ini, perut Sam keroncongan.

Sam lapar dan ingin balik ke rumah. Soalnya Riani sempat menyinggung rawon sebagai menu hari ini. Namun, dalam sekian detik keinginan pulang menjadi tertunda.

Sam makan gengsi lagi.

"Masam, kamu dicari Bapak sama Ibu. Telepon nggak diangkat terus," ujar Eros cengengesan. "Ternyata keasikan lembur."

Sam tidak menggubris. Dia kehilangan akal untuk kembali ke rumah tanpa harus diliputi malu akibat insiden yang disebabkan oleh ulahnya sendiri. Kedua bola mata yang sayu dan memerah itu pada akhirnya terkunci ke wajah Eros.

"Ros, bisa bawain bekal nggak. Menu rawon. Kirim aja ke sini. Gak usah bilang aku ada di sini juga," ucapnya disusul gemuruh di perut.

"Walah, Masam. Nggak bisa. Aku barusan makan di sana. Masa mau minta lagi."

"Bilang aja buat Kang Abdul atau Udin."

"Mereka masih makan di sana, Masam." Dengan polosnya Eros menjawab. Lebih mengesalkan lagi, pegawai satu ini meniupkan asap tembakau ke muka Sam.

Sam terbatuk-batuk, tetapi dia tidak mau menyerah. Soalnya rawon memang favoritnya. Apalagi ditambah dengan labu Siam. Kenyal-kenyal segar selain dipenuhi oleh daging sapi.

"Ya udah, bilang aja kamu laper dan buat bekal makan siang nanti." Sam bersikeras.

"Anu.... Masam, Ibu juga sudah pesan tadi. Kami disuruh kumpul nanti siang juga buat ngabisin rawon." Eros sama sekali tidak bisa membantu. "Kenapa sih, Masam? Tinggal pulang aja. Lagian dicari Bapak sama Ibu lho."

"Ngapain nyariin?" Akhirnya Sam tertarik juga. Lantas otaknya yang error' mengingat sesuatu. Riani meminta Sam mengajak Dara keliling kebunnya untuk riset penelitian.

Akan tetapi, sempak bermasalahnya jauh lebih horor untuk diingat kembali. Sam malah menggelengkan kepala sedih campur tengsin.

"Mana kutahu, Masam. Disuruh sarapan kali ya. Eh, tapi Masam. Semalam ada maling ya katanya di rumah? Sampe-sampe ada yang teriak minta tolong. Apa yang dijarah? Malingnya ketangkep?" kejar Eros penuh minat.

Maling apanya? Aku yang kerampokan kamar, harga diri dan hidup tenang nan sentosa.

Sam mengomel dalam hati. Bahunya terangkat tidak acuh.

Akan tetapi, gemuruh terdengar tidak jauh dari rumah kaca. Telinga Sam tegak sempurna. Tumben-tumbenan terdapat suara gaduh di pagi hari. Kemudian, dari balik dinding plastik transparan itu, terdapat banyak bayangan bergerak. Sam memicingkan mata yang rada rabun.

Satu... Dua.... Tiga....

Sam menghitung.

Buset..... Ini kenapa orang sekampung datang, woi? Mau order lele apa?

Sam dilanda panik. Dia tidak punya stok lele yang siap dijual. Soalnya dua hari lalu, lelenya habis diborong tengkulak dan dikirim ke kota tetangga.

Pengusaha pemula ini senang kalo tempatnya dikerubuti banyak pelanggan, tetapi kalau persediaannya tidak ada, ya mustahil. Apalagi dengan tingginya permintaan akan diikuti tingginya penawaran. Untungnya bisa seribu kali lipat kalau banyak yang rebutan.

Namun, wajah-wajah di luar itu tidak seperti yang seharusnya. Butek sekali seperti kolam lele yang lagi dikuras.

Sam dan Eros bertukar pandang. Sama-sama tidak mengerti dengan situasi di luar dugaan.

"Masam, apa kamu habis godain janda desa sebelah sampai-sampai semua orang mau memakan Masam?" tuduh Eros.

"Sembarangan. Kapan aku minat godain perempuan?" semprot Sam tidak terima.

"Ya kali, Mas. Kamu kan, udah sering dilabrak banyak laki-laki lain karena wanita idamannya milih kamu," tepi Eros sambil terkekeh kecil.

Ucapan Eros benar. Sam memang selalu terlibat dengan banyak laki-laki lain. Bukan Sam yang mencari masalah, tapi memang dia selalu tertimpa masalah yang bukan masalahnya. Wajahnya yang bermasalah. Dia terlalu cakep sampai banyak penggemarnya. Parahnya para penggemar ini sewaktu dipinang laki-lakinya malah menolak. Sampai Sam bisa menikah dengan perempuan yang dicintai, para penggemar bakal berhenti memburu Sam. Karena itu, sulit sekali para perawan dan janda di desa menikah.

"Udahlah. Kamu lanjutin lagi ngebor plastiknya. Terus ditata di paralon itu." Jari Sam menunjuk ke rangka paralon sepanjang lima meter. "Sore ini kudu beres. Soalnya besok harus siap tanam daun bawang," imbuh Sam dan bergegas mendekat ke kerumunan di luar.

Dengan senyum seramah mungkin, Sam menyambut tamu-tamu itu.

"Ada apa nih, Bapak Ibu tumben pada kemari? Mau cari sayur dan ikan lele, ya?" tanya Sam berbasa-basi.

"Masam! Kamu nggak boleh gitu."

"Lhaaaa.... Apanya yang nggak boleh?" tanya Sam semakin bingung.

"Kamu tinggal sama perempuan asing serumah! Kumpul kebo tidak diperbolehkan!"

Mulut Samudra mengangga. Selebar mulut ikan lele yang menjelang sakaratul maut karena tidak kunjung menemukan air. Apa yang harus dia lakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut?

Lagipula siapa yang kumpul kebo? Kebonya aja nggak muat masuk rumah sangking ge........

Sam tidak bisa berkata-kata untuk melanjutkan pemikiran soal kebo.

Kebo... Kebo apa yang dimaksud heeee?


Semoga bisa konsisten menulis mumpung lagi liburan lebaran. Happy reading. Thank a lost if you give a star for this work!

26 April 2023 - 18.08 WIB

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro