5. Kain Pusaka 😬🩲
Dara kira dia seorang sosok yang mudah beradaptasi secara cepat di lingkungan baru. Dalam satu kali kedip mata bisa tidur pulas bermodal bantal dan selimut. Kenyataannya tempat itu benar-benar asing. Dimulai dari empuk bantal atau tebal selimut menindih sekujur tubuh. Demikian aroma sprei dan selimut yang berbau buluk, campur keringat dan apek karena lama tidak dicuci. Atau aroma kamar yang terlalu maskulin tanpa wangi-wangi bunga khas parfum wanita. Campuran amis, oli dan keringat khas laki-laki.
Kelopak mata Dara berkedip-kedip pelan. Semakin sibuk otaknya membayangkan pegunungan yang indah atau laut yang ombaknya bergulung lembut, Dara malah semakin terjaga. Dia butuh waktu untuk menyatu dengan kamar yang bakal dihuni selama satu bulan ke depan paling lambat. Mungkin besok atau lusa malam, Dara sudah terbiasa. Sekarang dimaklumi saja jika tubuhnya lebih demen begadang.
Namun, situasi tidak terduga memaksa jantungnya goyang ngebor versi maju mundur. Dia disekap tiba-tiba oleh seorang makhluk besar kala membuka pintu. Niat hati hendak ke kamar mandi untuk cuci muka, Dara dilanda panik ketika Sam beringsut membuka pintu lemari besar. Tumpukan pakaian berjatuhan tanpa dikembalikan secara rapi. Sam agaknya dikejar waktu sehingga memborong barang-barang yang diinginkan.
Seluruh tubuh Dara membeku. Alasan lainnya, Dara sadar kalau ini kamar Sam. Bau selimut yang persis dengan bau badan Sam menjadi buktinya. Dara tidak jadi melawan. Dia membiarkan Sam melakukan aksinya yang persis maling menyatroni rumah.
Sam segera pergi.
Sayangnya, nyonya rumah bergerak lebih cepat dengan menerjang Sam. Keduanya sama-sama jatuh ke lantai. Sebab Riani asal melompat sehingga tubuh berisi itu menindih Sam.
"MAU KE MANA KAMU MALING?" tanyanya tanpa ampun.
Dara menutup mulut penuh kengerian.
Efek tubuh membeku membuat dia tidak mampu bersuara apalagi bicara.
Hanya ada deru terengah dari makhluk yang tergencet di bawah Riani. Wanita itu benar-benar hebat dalam meringkus Sam. Tangan Sam tertekuk ke punggung.
"Mamaaaaaa...... ampoooon!"
"Lha, Sam?"
Riani akhirnya mengenali suara Sam. Dia bahkan menyipitkan kedua matanya yang rabun akut.
Riani melepaskan anaknya sendiri. Sementara itu Sam mengibaskan tangannya yang mendadak kesemutan.
"Mami ngapain sih main seruduk Samudra?" tuntut Sam tidak terima. Intonasinya saat bicara sangat tinggi. Alasan lain, dia malu disaksikan tamu mereka.
"Ya kamu yang ngapain bawa sarung digulung. Kirain maling."
"Mami sih. Gak siapin barang-barang Sam. Sam mau mengungsi masa nggak ada persiapan!"
"Lha terus?"
Aduh, Mami tega!
Sam pengen salto seribu kali biar emosinya surut dengan pertanyaan Riani yang nggak peka sama sekali. Sam nyaris sekali mengatai maminya pe'a dengan lantang, tetapi tabokan maminya super dahsyat. jadinya dia urung bilang.
"Mi, bangun, Mi. Sam nggak mau jadi sambel penyet. Mami berat banget nih!" Napas Sam megap-megap. Dengan sisa tenaga, Sam mendorong maminya agar menjauh.
Riani segera bangkit tanpa peduli apakah anaknya sekarat atau tidak.
"Terus kamu mau ngungsi kemana? Kalo bawa barang itu wadahnya yang bagusan dikit, kenapa sih, Sam? Koper kek, ransel kek. Bukan pakai sarung kayak manusia purba mau tirakat ke gurun." Riani mengambil gulungan kain berlogo dua buah asam segar. Tangannya tanpa dosa membuka isinya untuk melacak apakah Sam beneran maling atau tidak. Ya, kan, siapa tahu mencuri duit Riani.
"Kemana aja asal bisa dipake buat tidur. Asal nggak sekasur sama Putra. Kapok aku tidur sama dia, Mi. Bangun-bangun, bau busuk bokongnya nempel ke mukaku."
"Dia lagi bercanda kali. Kamu sih, susah dibangunin. Cara instannya ya itu tadi."
Saltonya bisa dinaikkan jadi 3.000 kali saja. Pengaduannya ditolak mentah-mentah. Riani terlalu peduli dengan cucu dibandingkan anak. Memang benar-benar pilih kasih.
"Iya, pokoknya aku mau nginep di rumah temen aja."
"Apa katamu? Mau apa nginep di luar? Inget, Sam! Kamu bujangan, tidak boleh sembarangan bertindak. Ada banyak janda sinting menggoda di luaran sana, gatelen sama kamu. Ngerti?"
Dara terpana. Apakah dunia lagi baik-baik saja? Kenapa ada dunia yang terjungkir-balik begini? Biasanya perawan yang tidak boleh keluar rumah. Sam, si bujangan dilarang maminya berkeliaran di luar. Dara menutup mulut, mati-matian menahan tawa.
"Pokoknya kamu di rumah aja. Jangan keluyuran!"
"Hadeh, Mam..."
"Lagian di luar buat apa? Kalo mabuk-mabukan sama anak dusun pojok itu, Mami nggak setuju. Jaga diri, Sam. Papi mau daftar buat periode kedua. Kita nggak boleh macam-macam sampai merugikan Papi. Kerjasamanya tolong yaaa!"
Riani tidak buang kesempatan untuk gaspol menceramahi anak laki-lakinya. Bagaimana tidak panik kalau dua hari yang lalu, sekumpulan anak SMP kepergok minum minuman oplosan dan dibawa ke UGD. Pertolongan pertama efek mabuk. Apesnya langsung digiring ke kantor Polsek untuk dimintai keringanan. Ya, surat pembinaan masuk dalam saku orang tua, tetapi aib tidak bisa disembunyikan dalam saku. Sanksi dijadikan sumber ghibah itu lebih berat dibandingkan masuk penjara. Seumur hidup bakalan dikenang anaknya adalah seorang pemabuk.
Repot, ck ck ck....
Makanya Riani segan kalau anak-anaknya bermasalah. Khususnya pada Samudra yang belum menikah.
"Iya, Mam. Iya. Sam nggak mabuk-mabukan kok. Cuma Mabar doang sama anak-anak."
"Apa? Mabok bareng gitu?" Riani salah tanggap.
"Main bareng, Mami. MA diambil dari main. BAR diambil dari Bareng. Doooh, katanya Mami sosialita kekinian, mestinya ngerti dong arti ini. Hadoh, Mam. Itu kata udah mulai kapan loh dipake semua orang buat bilang maen game rame-rame. Udah bukan mabok-mabokan lagi buat menganggap nongkrong di luar itu keren. Nih, main hape, Mam lebih keren. Aman, tanpa pidana. Nggak melanggar hukum!" balas Sam yang ngegas.
"Tapi melanggar waktu. Siang malem hape terossssss. Mami minta tolong kamu anter ke pasar aja, kamu gak mau. Katanya habis ini mau tidur abis main hape. Mami balik ke rumah aja, kamu masih main hape. Pagi sampek malem, hape! Udah, gak usah main hape lagi. Sana tidur di kamar Putra! Besok subuh, antar Mami ke rumah Mbah Parman!"
"Mam!"
"Jangan ganggu Dara istirahat. Keluar, Sam!" Riani tidak mau dibantah lagi. Dia malu kepalang dengan perbuatan Sam. Malah Riani khawatir Dara tidak nyaman.
Sam menurut. Lengkap dengan sarung yang sudah kusut diacak-acak Riani.
Lantas lengkingan tidak terduga menyembur dari mulut Riani. Tampangnya penuh horor selagi melihat tumpukan baju rapi semburat tidak karuan dari lemari baju.
"Sam! Rapiin baju di lemari!"
"Katanya keluar dulu?" Samudra bergegas kabur. Paham bahwa maminya bakalan ngambek dua hari dua malam gara-gara pakaian.
"Nggak apa-apa, Tante. Biar aku aja yang rapikan," cetus Dara ingin menengahi. Pusing dengan ibu dan anak yang jago adu bacot, lengkap dengan debatnya.
"Nggak usah, Dara. Kamu bakalan jijik sama sempaknya Sam banyak bolongnya."
"MAMI!" Sam balik menerobos masuk, lengkap dengan sekeranjang kain segitiga pusakanya yang harus diselamatkan dari pandangan.
Namun, reputasi Sam semakin anjlok karena aibnya dikupas melulu. Tebar pesonanya sudah menguap tertelan kenyataan.
Sementara itu, Riani terkekeh secara kejam. Puas menjatuhkan harga diri Sam yang semakin carut-marut. Apes. Sam tersandung kakinya sendiri dan tumpahkan kain compang-camping yang dimaksud Riani. Lubangnya bukan cuma tiga sewajarnya sempak, tapi banyak sekali sampai lebih mirip jaring ikan yang ringsek.
"Masam mau kemana?" tegur Bik Yati dilanda kebingungan melihat Sam memunguti celana dalamnya kembali ke kotak keranjang.
"Kemana aja, Bik. Asal ketemu kantong kresek!"
Kalau saja semesta ini berhenti berputar, maka aku akan bahagia dengan waktu yang telah membeku. Karenanya, bintang-bintang bakalan berhamburan ke segala arah dan aku bisa memundurkan jarum jam ke belakang. Terusnya lagi, aku bisa sembunyi di kresek.
Sempak sialan. Kenapa juga Mami doyan ekspos segala. Dan sempak sialan ini mengejek dengan sejuta benang-benang yang mencuat akibat dihajar sedemikian rupa oleh mesin cuci milik Mami.
Dahlah..... Samudra sedang menggulung diri akibat kenyataan.
Banyuwangi, 25 April 2023
18:41 Waktu Indah Bersama
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro