Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

LBA 3

"Aku menyerah. Customer itu, meskipun tampan, tapi kebawelannya mengalahkan Kakekku." Seorang pramusaji masuk kedalam dapur sambil meletakkan kasar piring berisi makanan yang masih penuh -bahkan tidak tersentuh itu ke atas meja.

"Kali ini apa lagi?" Tanya Gerald yang merupakan koki kepala di restoran ini dengan kening berkerut menghampiri pramusaji bernana Deborah yang sedang bersedekap.

"Ia meminta Makanan tanpa bawang putih, tapi bagaimana dia memesan Aglio Olio kalau dia tidak mau bawang putih? Lalu sekarang dia bilang pasta ini terlalu berminyak. Dia sudah gila? Aglio Olio memang seharusnya seperti ini!" Debora mengadu dengan kalimat menggebu saat Gerald berada di dekatnya.

Natalie yang penasaran dengan keributan yang dihasilkan Debora, berjalan mendekat dan mengintip makanan yang di protes oleh customer dan mengernyit. "Itu memang terlalu berminyak," Gumamnya pelan namun bisa di dengar semua orang.

Ia kembali di hujani tatapan.

"Kau mencuci saja. Orang yang hanya bisa membuat keributan sepertimu, tidak mengerti masalah ini!" Omel Debora mengabaikan Natalie.

Natalie mencibir dan bergumam semakin kecil, "kalau aku jadi dia, aku juga tidak akan mau makan makanan itu!" Lalu Natalie memutuskan untuk kembali ke tempat cucinya.

Mencuci sehari ini seperti neraka untuk Natalie. Ia ingin menyentuh tepung dan telur lalu membuat sebuah makanan manis. Bukan bermainan sabun seperti ini.

Ia bahkan tidak tahan untuk tidak menyambar kalau ada berita atau gosip seperti tadi.

Sepertinya Natalie memang harus mencari pekerjaan lain secepatnya, karena impiannya menikahi pemuda kaya tentu saja akan lebih sulit terkabul dari pada mendapatkan pekerjaan layak.

Tapi bagaimana Natalie bisa mencari pekerjaan kalau ia saja harus bekerja sampai matahari terbenam dan bulan sudah membayang tinggi di atas?

"Little Mr.Handsome, aku harus mencari pekerjaan kemana lagi?" Tanya Natalie berbisik sambil menatap perutnya yang berbalut apron putih.

***

"Bagaimana Meetingmu siang tadi, Son?" Alexis mengadah saat sosok yang merupakan cerminan dirinya sedang berdiri di ambang pintu ruang kerjanya.

"Lancar, Dad." Jawab Alexis sambil tersenyum. Untuk beberapa alasan, Alexis merasa tidak bisa menatap mata ayahnya beberapa hari ini. Mungkin dikarenakan beban tanggung jawab yang ia abaikan.

"Kau tidak terlihat bersemangat." Ayahnya berjalan mendekat dan duduk di kursi yang berada di hadapan Alexis. "Ada masalah?"

Alexis serta merta menggeleng.

"Karena Kelly akan menikah sebentar lagi?" Tanya Ayahnya lagi dan kali ini Alexis kembali menggeleng. Ia bahkan tidak lagi memikirkan masalah itu belakangan ini.

"Dad, sebenarnya..." Alexis melipat kedua tangannya di atas meja dan menatap ayahnya lurus. "Alexis ingin membeli sebuah rumah. Sepertinya ini sudah saatnya Alexis tinggal terpisah." Alexis mencari alasan.

Ayahnya mengernyit dan ikut mencondongkan tubuhnya. "Kenapa tiba-tiba? Kau tahu Daddy tidak setuju dengan ide itu setelah melihat apa yang terjadi pada anak-anak paman Peter yang memutuskan untuk tinggal terpisah, kan?"

Alexis meneguk ludahnya dengan susah payah. Ia tidak sanggup mengakui kesalahannya sebelum ia tahu yakin kalau ia benar-benar telah melakukan kesalahan itu atau tidak.

Menanggapi keterdiaman Alexis, ayahnya berdeham dan memutuskan untuk mempertimbangkan permintaan sang anak secara garis besar. "Kalau itu yang kau pikirkan, Daddy akan mempertimbangkannya."

Alexis menarik senyumnya, lalu mengangguk. "Thanks, Dad."

"You're Welcome, Son."

Alexis kembali terdiam dan sibuk berpikir lagi. Kemana lagi dia harus mencari wanita itu?

***

Ini adalah pekerjaan terburuk! Bukan hanya tukang cuci, tapi Natalie juga harus merangkap sebagai kurir pesan antar karena dari sekian banyak pegawai, hanya Natalie yang tidak memiliki pekerjaan penting. -setidaknya itulah yang Managernya katakan saat menyuruhnya tadi.-

Natalie mencibir sambil menggenggam genggaman yang tersedia di bus menuju ke alamat yang ia tuju.

Natalie kembali bertekad kalau dia tidak akan kembali lagi kesana dalam hitungan minggu! Ia akan segera mencari pekerjaan pengganti setelah ini.

Natalie berjengit terkejut saat ia melihat pemberhentiannya terlewat. Ia memekik dan dengan brutal ia menekan tombol stop hingga suara tombol itu membuat semua orang di dalam bus melihat kearahnya.

"Maaf berhenti! Aku mau berhenti disini!!!" Teriaknya panik.

Supir bus yang kesal dengan kejutan yang dibuat Natalie, akhirnya menepi dan melanggar peraturan yang tidak memperbolehkan bus untuk berhenti sembarangan.

Begitu pintu bus terbuka, Natalie bergumam terima kasih berkali-kali sebelum berlari turun dan menuju ke alamat yang ternyata adalah sebuah gedung perkantoran yang cukup besar.

Tanpa merasa terpukau, karena tujuan Natalie kesana hanyalah untuk mengantar pesanan, ia melanjutkan jalannya sambil menelepon penerima makanan itu dengan jalan tertunduk.

"Saya sudah berada di bawah." Tanpa menyapa, Natalie menginformasikan keberadaannya dengan nafas terengah. "Resepsionis? Baik saya akan menunggu anda di sana."

Natalie mulai mengedarkan pandangannya dan kepalanya pening mendadak melihat seberapa besar lobby perusahaan ini.

Dimana resepsionisnya? Natalie membatin sambil terkagum-kagum dengan interior disana.

"Memang dunia tidak adil ya, Little Mr.Handsome?" Natalie kembali berdecak sambil geleng-geleng. "Ini bedanya manusia yang terlahir di rumah sakit, dengan manusia yang terlahir di rumah susun." Natalie masih bergumam sambil mengelus perutnya. "Ini alasannya aku harus mencari uang agar kau bisa lahir di rumah sakit. Siapa tahu saja kau bisa jadi pemimpin perusahaan sebesar ini nantinya, benar kan, little Mr.Handsome?"

Natalie sudah sampai di depan Resepsionis dan mengabarkan maksud kedatangannya juga siapa yang sedang ia tunggu.

Resepsionis itu meminta Natalie menunggu di sofa yang tersedia tidak jauh dari sana dan Natalie kembali terpukau.

"Aku menjamin harga sofa ini seharga gajiku selama 2 tahun." Natalie kembali bermonolog sambil mengelus sofa itu perlahan.

Natalie bukan berasal dari keluarga tidak berada, tapi juga bukan dari keluarga berada. Ia berada di bagian tengahnya. Yang penting bagi Natalie, ia cukup makan dan tidur nyenyak itu sudah lebih dari cukup. Apalagi setelah ia ditinggal oleh orang tuanya dan terpaksa harus banting tulang agar bisa tetap makan dan hidup.

Ditambah mantan kekasihnya yang brengsek itu yang malah mempermainkannya selama ini.

"Maaf menunggu lama. Berapa yang harus ku bayar?" Seorang wanita menghampiri Natalie dengan sedikit tergesa.

Natalie yang merasa kalau wanita itu adalah orang yang ia tunggu berdiri sambil mengangkat bungkusan yang ia bawa dari tadi. "$83. Mau membayar dengan kartu atau tunai?" Tawar Natalie.

"Tunai saja." Wanita itu mengeluarkan selembar uang dari dompetnya yang senilai seratus dollar dan menyerahkannya kepada Natalie.

Saat Natalie hendak mengembalikan uangnya, wanita itu langsung menyela dengan mengatakan, "ambil saja kembaliannya. Hari ini aku berulang tahun. Anggap saja itu traktiranku. Terima kasih sudah mengantarnya."

Wajah Natalie bersemi-semi. Kalau terus seperti ini, Natalie rela lari-lari turun dari bis setiap hari.

"Terima kasih. Selamat menikmati dan saya tunggu pesanan anda selanjutnya." Ujar Natalie penuh semangat.

Natalie melompat kegirangan dan berbalik. "Lihat bukan, Little Mr.Handsome? Ibumu ini sepertinya sedang beruntung setelah sial cukup lama." Natalie bermonolog lagi sambil berjalan keluar.

Namun baru beberapa langkah, ia seperti terpanggil untuk menoleh kearah eskalator yang berada tidak jauh dari meja resepsionis, dimana ada sekitar 10 orang laki-laki berpakaian rapi dengan jas dan dasi yang terlihat mahal dan selalu masuk ke jasa Laundry sedang turun menuju ke lantai bawah.

Dari kelihatannya, Natalie dapat menebak kalau mereka adalah orang-orang kaya. Mungkin mafia?

Natalie masih menatap kearah mereka hingga salah satu pria yang tadi membelakanginya, berbalik setelah selesai berbicara dengan laki-laki paling depan sambil merapikan jasnya.

Wajah yang terlihat muda dan tampan itu tidak bisa Natalie lupakan.

Matanya membulat. Ya Tuhan! Jangan katakan aku sudah tidur dengan mafia! Natalie membatin. Wajahnya sudah pucat pasih memikirkan hal itu.

Hal yang kemudian melintas di kepala Natalir adalah, Kabur!

Melihat setelan hitam-hitam yang dikenakan, juga seberapa serius wajah mereka, tidak salah lagi. Mereka pasti Mafia! Natalie berjengit. Ia menutup wajahnya dengan uang 100 dollar yang ia dapatkan tadi, lalu berjalan lurus. Ingin pura-pura bodoh saja dari pada dibunuh atau diperbudak.

***

"Daddy minta tolong kau mengurus pekerjaan disini dulu sementara waktu. Setelah cabang New York terkendali, Daddy akan segera kembali." Ayahnya berujar tanpa menatap kearahnya.

"Daddy bisa disini saja, biar aku yang mengurus cabang New York, kan?" Alexis keberatan dengan keputusan ayahnya yang dinilai sepihak.

"Kau sedang terlihat linglung begitu. Aku tidak mau mengorbankan perusahaan." Sindir ayahnya telak. "Kau selesaikan saja masalahmu dulu disini." Ayahnya berbalik menatap putra satu-satunya itu. "Daddy serahkan perusahaan disini kepadamu."

Alexis hanya bisa menghela nafas pasrah dan mengangguk. "Safe Flight, Dad." Akhirnya Alexis memilih mengalah.

Ketika ayahnya sudah masuk kedalam mobil, diikuti oleh beberapa anggota direksi yang ikut ke New York, Alexia kemudian berbalik hendak kembali ke ruangannya lagi setelah pekerjaannya ia tinggal akibat rapat darurat barusan.

Namun sudut matanya menangkap satu bayangan aneh yang berjalan miring seperti kepiting, juga selembar uang 100 dollar yang menutupi matanya.

Gadis aneh. Alexis membatin. Ia baru ingin kembali berjalan, tapi kakinya tidak jadi melangkah setelah merasakan ada sesuatu yang familiar pada wanita itu.

Alexis kembali menatap wanita itu, dan kakinya melangkah mendekatinya.

"Maaf, apa aku mengenalmu?" Tanya Alexis. Tubuh wanita itu menegang sebentar, kemudian ia menggeleng kencang. "Tapi aku merasa kau terlihat familiar. Boleh kau turunkan uang di wajahmu?" Wanita itu kembali menggeleng dan berjalan selangkah lagi yang diikuti oleh Alexis.

"Kenapa kau takut kalau kita tidak kenal? Aku hanya memastikan apa kau wanita yang kucari atau bukan. Karena tinggi badanmu dan juga rambutmu dan tubuhmu mirip dengan orang yang sedang kucari." Alexis tidak bermaksud memaksa, tapi ia memang ingin melihat wajah wanita yang mencurigakan ini.

Tangan wanita itu bergetar. Perlahan, lembaran uang itu diturunkan dari wajahnya hingga Alexis bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas.

Perasaannya terasa lega saat menyadari kalau wanita yang membuatnya frustari sebulan ini, kini berada di hadapannya.

"Kau..."

"Mr.Handsome, tolong jangan bunuh aku. Aku masih memiliki banyak hutang yang harus kulunasi." Tangan wanita itu langsung terkatup di depan wajah dan memohon pada Alexis dengan suara yang lumayan kencang hingga bisa terdengar oleh orang-orang yang berada di depan lobby perusahaan laki-laki itu. "Tolong jangan bunuh aku, Mr.Handsome."

Alexis tercengang.

***

Tbc

PERKENALAN CAST!!

- Maggie Lindemann as Natalie

- Alvaro Mel as Alexis Theodore Bramantyo

Permintaan maaf, aku gak update Kelly dulu ya. Mumet tak tertahankan :'D

Baru kali ini aku nulis sampe ngapus 5x, padahal wordsnya udh smp 300. Jadi untuk kebaikan Kelly dan Sean juga pembaca, lebih baik aku absen dlu ya 😂😂😂

Makasih untuk kesabarannya menunggu 🙏

Dan berikan cinta kalian pada pasangan baru ini, apalagi Natalie si pendatang baru 😉

Vote dan Comment ditunggu 😉

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro