LBA 24
"Hei, apa menurutmu anak itu benar-benar anak Dom? Entah kenapa aku merasa aneh. Elena pernah jatuh dari ketinggian saat menolong Hoobs di fast and furious 7 dulu. Tapi kenapa kandungannya baik-baik saja?" Natalie memasukan potongan keripik kentangnya ke dalam mulut tanpa mengalihkan tatapan dari layar televisi di depannya.
"Hm?" Alexis bergumam sekenanya. Matanya masih tertuju ke layar televisi tanpa minat karena ia memang sudah pernah menontonnya di bioskop dulu bersama Kelly.
"Apa mungkin itu anak Hoobs? Ck... dipikir bagaimanapun, sepertinya Elena tidak mungkin hamil. Kapan terakhir kali mereka berhubungan tadi? Fast and furious 6 kan?"
"Hm." Alexis kembali bergumam sekenanya.
Sudah hampir 3 bulan ia tinggal bersama Natalie sekarang, dan ia mempelajari satu hal untuk menghadapi Natalie. Setuju saja, dari pada berakhir dengan perdebatan yang membuat tenggorokan sakit.
Wanita yang tengah hamil memasuki bulan ke 6 itu sengaja menunggui Alexis keluar kamar sejak pagi untuk menggiring laki-laki itu menemaninya menonton serial fast and furious dari 1 sampai terakhir hingga berjam-jam lamanya. Alasan yang digunakan Natalie saat itu adalah "aku ingin anakku setampan Paul Walker, atau secantik Gal Gadot."
Alexis meringis sepanjang Natalie mengagumi Paul Walker setiap laki-laki itu muncul di televisi. Bagaimana bisa natalie menginginkan anakku setampan aktor itu? Dia anakku, tentu dia akan setampanku.
Natalie berdecak dan menggoyangkan Kakinya yang ada di atas pangkuan Alexis, "kalau kau tidak mau berkomentar bersamaku, setidaknya jangan berhenti memijati kakiku," gerutunya.
Alexis ikutan berdecak, namun tangannya kembali memijati kaki kecil Natalie yang memang sering membengkak belakangan ini. "Bukan tidak mau berkomentar bersamamu, tapi komentarmu itu tidak perlu ku tanggapi. Jangan lihat Elena, lihat saja dirimu. Sudah berapa kali kau terjatuh? Buktinya anakku masih baik-baik saja di dalam."
Natalie sibuk memasukkan keripik kentangnya ke dalam mulut dan mengangguk-angguk, "benar juga. Anakku juga sekuat anak Dom ternyata."
Natalie kemudian menegakkan tubuhnya dari posisi tiduran di sofa menjadi duduk tegak menghadap sisi tubuh Alexis. Posisinya sekarang membuat perutnya yang sudah membulat semakin terlihat dibalik kaus rumah milik Alexis yang lebar.
"Tuan mafia, temani aku mengecek little mr.Handsome, yuk! Aku jadi ingin mengetahui jenis kelaminnya sekarang." Pinta Natalie sedikit merayunya.
"Dan kau akan kembali berubah pikiran begitu sudah sampai dirumah sakit. Berapa kali kau mengerjaiku seperti itu, Nat?" Sindir Alexis.
Hingga sekarang, Mereka memang belum tahu apa jenis kelamin anak di kandungan Natalie. Itu karena Natalie ingin hal itu menjadi kejutan saja. Tapi setiap kali melihat anak balita lucu, Natalie selalu merubah pemikirannya. Begitu juga setelah ia sampai di rumah sakit, ia akan kembali berubah pikiran dan tetap ingin menjadikannya rahasia.
Alexis sudah hafal mati perilaku ibu dari calon anaknya ini.
Hingga sekarang, Natalie masih tidak memberikan jawaban atas ajakan Alexis untuk menikah. Bukan karena wanita itu belum siap, tapi memang karena Alexis tidak pernah lagi bertanya dan topik pernikahan itu berlalu dan terlupakan begitu saja.
Lagipula, dengan mereka hidup berdua seperti ini, mereka juga sudah merasa seperti hidup dalam sebuah penikahan. Hanya saja, mereka tidak terikat selain karena kehadiran anak di kandungan Natalie.
"Kalau kau tidak mau, ya sudah. Aku akan meminta James saja untuk mengantarku. AUH!" Natalie refleks memukul lengan Alexis yang baru saja meremas kakinya dengan kencang. Natalie melotot kearah Alexis dengan galak.
"Pergi saja. Dokter prakteknya juga kurasa sudah pulang." Sahut Alexis sambil menyingkirkan kaki Natalie dari pangkuannya dan ia berdiri lalu meregangkan otot-ototnya yang kaku setelah duduk berjam-jam. "Aku mau tidur. Jangan lupa matikan lampu dan televisinya. Jangan tidur terlalu larut." Alexis berjalan meninggalkan Natalie yang masih menggerutu di tempatnya.
"Dasar mafia jelek!" Umpatnya kembali berbaring untuk melanjutkan tontonannya yang sempat tertunda.
***
Alexis turun untuk mengisi air minumnya saat tengah malam. Saat ia akan berjalan kedapur melewati ruang keluarga, matanya menyipit ketika melihat Wanita yang -entah bagaimana bisa- tertidur dengan nyaman di sofa. Bahkan melihat posisinya saja Alexis sudah sakit leher dan pinggang.
Mata Alexis beralih menatap perut Natalie yang sudah tidak lagi kecil. Hatinya menghangat mengingat ada nyawa yang hidup membawa darahnya di dalam sana.
Melupakan gelas air minumnya, Alexis berjalan menghampiri Natalie kemudian ia mematikan televisi yang sudah menampilkan layar biru dan berkacak pinggang menatap Natalie.
"Bisa-bisanya kau tidur dengan nyaman disini?" Gerutu Alexis sambil geleng-geleng.
Dengan mudah, meski tidak sudah seringan dulu, Alexis mengangkat tubuh Natalie.
Wanita itu mempunyai keahlian tidak akan terbangun meski ia sedang diguncang gempa berkekuatan tinggi sekalipun. Satu kebiasaan yang juga Alexis sudah hafal mati setelah sekian lama tinggal bersama Natalie.
Alexis meletakkan Natalie di kasurnya dan menarik selimut hingga ke dagu wanita itu.
Natalie tersenyum dalam tidurnya kemudian ia menggelung seperti seorang bayi didalam kandungan. Perut Natalie semakin terhimpit dengan posisinya seperti itu.
Alexis hanya bisa berdecak dan geleng-geleng. Ia beringsut mendekati perut Natalie dan menyentuh permukaannya perlahan. "Tumbuh dengan baik di dalam sana. Aku yakin kau akan menjadi anak yang kuat dan tegar, seperti ibumu. Ini terasa aneh, tapi aku seperti sudah mengenalmu sejak lama."
Satu tendangan kecil Alexis rasakan di telapak tangannya. Ia sedikit terkejut kemudian menatap natalie, takut wanita itu terbangun dari tidurnya akibat tendangan tadi, tapi Natalie masih terlelap bahkan mendengkur.
Alexis terkekeh dan kembali membelai lembut permukaan perut Natalie, "aku tahu kau mendengarku. Daddy loves you too, baby." Alexis mengecup permukaan perut Natalie kemudian beralih menatap wajah lelap natalie yang terlihat damai. Ia sendiri masih tidak tahu apa yang ia rasakan pada Natalie.
Sikap gadis itu yang selalu easy going tentu bisa membuat siapa saja nyaman berada di dekatnya, termasuk Alexis meski sedikit banyak, mereka selalu berakhir dengan berdebat akan hal-hal kecil, tetapi -Alexis merasa ia gila karena ia malah merasa semakin nyaman.
Ia malah akan kebingungan kalau Natalie tiba-tiba diam dan menurut. Karena sikap Natalie yang seperti ini juga yang membuat Alexis tidak lagi merasakan sesak saat mengingat Kelly. Bahkan ia sudah jarang sekali memikirkan mengenai teman masa kecilnya itu belakangan ini. Natalie berhasil menyita 85% perhatiannya.
Senyum Alexis tertarik tanpa ia sadari. Kecupan kecil ia berikan di kening Natalie kemudian ia merapikan selimut wanita itu dan menepuk tubuh Natalie pelan seperti sedang menidurkan anak kecil. "Stay weird, Nat. Stay this cheerful."
***
"NATALIEEEEEEEEEEEEE!!!!!!!!!!" Teriak Alexis frustasi.
"ALEXIIIIIIIIIIIIISSSSSSSS!" Natalie ikut berteriak lalu ia terkekeh dan menyengir. "Ada apa, tuan mafia?"
"Ada apa?!" Alexis mendekati Natalie dengan tatapan geramnya. "Bisa tidak kau tidak bertingkah aneh sehari saja? Apa kau akan mati kalau tidak membuatku serangan jantung satu hari?" Omel Alexis mengambil alih dua kardus yang memang tidak terlalu berat dari tangan Natalie.
"Aku hanya mau memindahkan kardus itu ke gudang, bukan membuatmu jantungan," celetuk Natalie tidak merasa bersalah. "Baju-bajuku sudah tidak muat lagi, jadi aku mau menyimpannya dulu di gudang."
"Kau bisa meminta bantuanku, kan?" Desis Alexis masih geram.
"Aku bisa membawanya sendiri, Tuan mafia." Natalie kembali menjawab Alexis dengan kalem.
"Dengan menjadikan perutmu tatakan? Kau kira perutmu itu berisi anak manusia atau meja?!" Tanya Alexis sarkastik.
Natalie tergelak dan menepuk pundak Alexis dengan kencang. "Kau aneh sekali. Jelas-jelas kau yang menebar spermamu di dalam hingga membuahi sel telurku. Menurutmu saja ini anak manusia atau meja?" Bukan menjawab, Natalie malah tertawa sampai sudut matanya mengeluarkan airmata.
Alexis melotot dan mencibir. Jarinya yang bebas menyentil kening Natalie untuk menghentikan tawa wanita itu.
"Auh... hahaha." Natalie mengaduh menyentuh keningnya, kemudian kembali tertawa. "Lagian, kau aneh sekali. Kau lupa bagaimana perutku bisa jadi sebulat ini?"
"Aku sedang menyindirmu, bodoh!" Umpat Alexis. Ia mengulum senyumnya sambil menggeleng. Ia lalu berjalan menuruni tangga membawa kardus itu bersamanya.
"Oh, kau menyindirku?" Natalie sudah berdiri di sebelah Alexis. "Aku tidak tahu," gumamnya mengikuti punggung Alexis ke gudang.
"Bodoh. Akan lebih mengejutkan kalau kau sadar aku menyindirmu." Alexis terkekeh dan meletakkan kardus itu di dalam gudang. Ia kemudian berbalik menatap Natalie yang sejak beberapa minggu belakangan selalu mengenakan kaus rumah milik laki-laki itu karena lebih lebar daripada kaus milik wanita itu yang sudah tidak muat dan berakhir di gudang sekarang.
"Kau siap-siap, Nat."
"Siap-siap? Untuk apa?" Tanya Natalie yang sedang melihat lukisan di dalam gudang.
"Aku mau mengajakmu berbelanja. Kau tidak mungkin memakai kausku terus menerus, kan?" Tanya Alexis berjalan lebih dulu melewati Natalie.
Hari ini adalah hari Minggu. Semenjak kehamilan Natalie memasuki bulan ke 4, dan perut wanita itu sudah terlihat, Alexis terus meributi Natalie untuk berhenti bekerja. Tentu saja Natalie yang memenangkan adu mulut keras kepala itu dengan mempertahankan pekerjaannya.
Alexis mengalah dengan syarat kalau wanita itu harus libur bekerja di hari sabtu dan minggu, juga mengambil cuti total setelah usia kandungannya memasuki bulan ke 7 nanti. Itu adalah penawaran terbaik yang bisa Alexis berikan.
"Aku tidak masalah mengenakan bajumu. Bajumu hangat. Wanginya juga harum. Aku jadi merasa seperti dipeluk setiap hari."
Alexis nyaris terjatuh ke depan akibat langkahnya tersingkat oleh kakinya sendiri saat Natalie mengatakan kalimat barusan.
"Jangan berbicara sembarangan!" Sergah Alexis dengan wajah memerah.
"Aku tidak berbicara sembarangan." Natalie mencibir di balik punggung Alexis. "Ya sudah kalau kau keberatan meminjamkanku bajumu. Aku pinjam kaus Anthonie saja. Kausnya juga besar-besar." Natalie berjalan melewati Alexis.
Alexis terbelalak sekarang mendengar kalimat Natalie. Dengan cepat Alexis menarik kerah kaus Natalie hingga wanita itu tercekik dan nyaris terjungkal kebelakang kalau saja tubuh Alexis tidak tepat berada di belakangnya.
"Kau nyaris membuatku jatuh!" Omel Natalie terkejut. "Kau tidak benar-benar mengira anakku sekuat anak Elena, kan?"
Mata Alexis menyala, mengabaikan protesan Natalie barusan. Bahkan sepertinya telinganya tidak mendengar protesan itu.
Tangan Alexis beralih mengalung di leher Natalie dan ia berbisik penuh penekanan, "Aku akan memastikan kau berhenti bekerja kalau kau berani meminjam kaus milik Anthoni, James, atau siapapun itu."
"Ancamanmu keterlaluan," cibir Natalie sambil memutar bola matanya. "Apa juga hubungannya aku meminjam kaus Anthonie dan pekerjaanku?"
"Sangat berhubungan, Miss Tracy." Alexis berjalan membawa Natalie bersamanya. "Sekarang cepat bersiap-siap. Setidaknya, kau memerlukan baju lain untuk dipakai selain menggunakan kaosku, kan?" Lengan Alexis sedikit merenggang untuk melepaskan Natalie.
"Baik, aku akan beli menggunakan uangku sendiri kalau begitu!" Putus Natalie. Ia baru akan berjalan ketika lengan Alexis kembali menarik lehernya. "Tuan mafia!!!" Protes Natalie.
"Menggunakan uangku, atau kita akan berdebat sampai besok pagi?"
Natalie memutar bola matanya lagi dengan gerakan malas. "Terserah saja!" Natalie menepis tangan Alexis kemudian ia berkacak pinggang. "Kau jadi terlihat seperti suami yang posesif, kau sadar?"
Alexis tersenyum lebar dan menepuk kepala Natalie, "dan kau jadi terlihat seperti seorang istri yang menurut untuk pertama kalinya. Anak pintar."
Natalie mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil yang merajuk. Kemudian ia berbalik menuju ke lantai dua untuk bersiap-siap.
Ah... Bibir itu... kenapa rasanya aku ingin sekali mengecupnya?
Alexis menggeleng tidak percaya pada pemikirannya barusan.
***
Tbc
Maaf kalau membosankan 🙏
Aku rada ilang fokus soalnya lagi sibuk dan nyuri-nyuri waktu untuk update ini. Aku sempet apus smp 3x padahal udh 1600 kata 😂😂
Semoga gak mengecewakan ya.
Ciaaaaao!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro