Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

LBA 16

Hebat, chapter kemaren Alexis menuai banyak kutukan ya 😂😂

Aku ketawa sendiri baca komen kalian. tapi beneran, aku juga nyesek pas mimpiin itu. Dan ini pertama kalinya lagi aku mimpiin cerita aku SETELAH sebelumnya aku ngerjain DIRTY MARRIAGE.

Oke, selamat membaca dan semoga aku bisa double ya... 🙏

***

Sinar matahari menusuk kelopak mata Natalie pagi itu. Ia menguap lalu merentangkan tangannya untuk merilekskan otot-otot tubuhnya.

Hm? Aku dimana? Dengan mata Setengah terbuka ia mencoba melihat ke sekeliling sambil duduk dari posisinya. Terakhir yang ia ingat, ia berada di kursi santai kolam berenang. Tapi pagi ini ia sudah berada di kasur besar yang empuk.

Natalie menatap gaunnya yang juga sudah berganti dengan kemeja putih kebesaran. Tangannya kemudian naik menyentuh pergelangan tangannya yang kemarin terluka kini sudah terbalut.

"Kau sudah bangun?"

Suara berat itu mendadak membuat seluruh tubuh Natalie menegang.

"Kau memang sulit sekali untuk bangun kalau sudah tidur. Bagaimana kau bisa tidur nyenyak di kursi kayu sekeras itu?" Laki-laki itu menghampiri Natalie dan duduk di sisi kasur. "Bagaimana kalau kau benar-benar diculik mafia?" Senyum kecil penuh rasa menyesal tersirat di bibir laki-laki itu saat Natalie menatapnya tidak percaya.

"Kenapa aku bisa ada disini? Aku sedang bermimpi?" Tanya Natalie dengan polosnya.

Alexis terkekeh dan menyentil kening Natalie pelan untuk membantu wanita itu sadar kalau ia tidak sedang bermimpi. "Cuci mukamu. Aku menunggumu di depan. Sarapan sudah siap."

Natalie semakin yakin dirinya sedang bermimpi ketika Alexis tiba-tiba bangun dan mengecup keningnya.

Alexis tidak mungkin secara sadar menciumnya, kecuali kalau ia bermimpi.

Apa jangan-jangan kepala Alexis terbentur sesuatu semalam? Atau aku sedang mimpi buruk? Apa aku akan melihat wajah Kelly kalau aku bercermin? Dengan buru-buru Natalie bangkit dan berlari ke kamar mandi untuk melihat pantulan wajahnya.

Tidak ada yang berubah. Ia masih Natalie. Tapi kenapa Alexis mendadak baik padanya? Padahal kemarin ia membentak Natalie tanpa hati.

Kemudian ia tersentak. "Jangan bilang Tuan Mafia yang mengganti bajuku?!" Pekiknya horor saat menyadari kalau ia sedang mengenakan kemeja Alexis saat ini.

Dengan cepat Natalie berganti pakaian dengan kaus miliknya dan berjalan keluar menyusul Alexis yang sedang duduk di depan meja makan sambil memggigit jari. Begitu Alexis melihat Natalie, barulah Alexis buru-buru menyembunyikan tangannya tadi dan berdiri untuk menyambut wanita itu.

"Kau yang menggantikan bajuku?" Tanya Natalie langsung.

"Ibuku," jawabnya. "Duduklah. Kita sarapan dulu." Alexis menarik kursi di seberangnya untuk Natalie duduki.

Natalie mengernyit melihat perubahan sikap Alexis yang sangat amat drastis dalam satu malam. Ada apa dengan tuan mafia?

"Kau mau apa? Telur? Baked beans?" Natalie menggeleng masih sambil memperhatikan Alexis. "Atau roti? Kau mau selai apa? Strawberry? Blueberry? Ah aku tahu! Orange?" Alexis sudah mengambil roti tawar di tangannya dan hendak membuka toples berisikan selain rasa jeruk.

"Aku tidak mau mau," ujar Natalie yang membuat gerakan Alexis terhenti.

"Bagaimana kalau croissant? Atau bubur? Atau kau mau makan sesuatu selain ini? Katakan saja." Alexis mengatup kedua tangannya di atas meja dan ia menunggu jawaban Natalie dengan sedikit gusar.

"Kau sakit ya?" Tanya Natalie alih-alih menjawab pertanyaan Alexis barusan.

Alexis menghela nafasnya. Ia tahu akan aneh bagi Natalie kalau ia tiba-tiba bertingkah seperti ini. Tapi ini yang bisa ia lakukan untuk menebus kesalahannya kemarin.

Ia sudah merasakan rasanya ribuan jarum menusuk jantungnya setelah menemukan Natalie berbaring di kursi kolam berenang dengan luka mengering di pergelangan tangannya.

Belum lagi semua keluarga beserta Kelly ikut menghakiminya dan mempertanyakan keseriusannya untuk menikah dengan Natalie. Ia sudah diceramahi hampir 3 jam oleh seluruh wanita di keluarganya termasuk keluarga sahabat ayahnya.

Ia merasa, memperlakukan Natalie seperti ini lebih baik dari pada satu kata maaf.

"Kenapa aku bisa kembali ke sini? Aku tidak mungkin melindur, kan?" Tanya Natalie, lebih tertarik membahas apa yang terjadi setelah ia tertidur.

"Aku yang menggendongmu pulang," jawab Alexis.

"Lalu kemarin kau tidur dimana?" Natalie memicing kearah Alexis, "kau tidur bersamaku?" Tambahnya.

"Aku tidur disofa." Alexis menghela nafas. Ia merasakan ketidak-sukaan dari nada bicara Natalie dan ia tahu kalau Natalie pasti marah sekali padanya. "Nat, mengenai kemarin-"

"Apa?" Tanya Natalie memotong ucapan Alexis. Ia menatap Alexis datar.

Alexis terdiam sebentar, tidak menyangka akan sesusah ini bicara pada Natalie setelah apa yang ia ucapkan kemarin tanpa melalui proses penyaringan kepalanya. "Aku tahu kau marah padaku-"

"Aku tidak marah," potongnya lagi.

"Kau marah," ulang Alexis dengan tegas. "Aku minta maaf, aku... aku tidak tahu apa yang aku pikirkan saat membentakmu kemarin."

"Kau tidak tahu?" Ulang Natalie dengan alis terangkat. "Kau yakin? Bukannya kau memikirkan Kelly saat membentakku?" Tanya Natalie dengan ketenangan melebihi biasanya.

Ketenangan itu malah membuat Alexis semakin merasa bersalah. "Aku tahu... aku minta maaf," lirihnya.

Natalie hanya diam menatap mata Alexis dalam-dalam selama beberapa detik. Detik berikutnya Natalie menghela nafas dan menopang dagunya di atas meja. "Kau tidak perlu minta maaf. Aku memang kesal kemarin, tapi sudahlah. Kata-katamu juga tidak bisa kau tarik." Setengah menunduk, Natalie menatap benda kecil di pangkuannya penuh pertimbangan.

"Aku benar-benar menyesal, Nat. Katakan, apa yang bisa aku lakukan agar suasana hatimu kembali membaik untuk menebus kesalahanku? Kau mau jalan-jalan? Belanja? Makan?" Tawar Alexis sambil mengembangkan senyumnya. Ia sepertinya lebih memilih Natalie mengancamnya seperti biasa atau berbicara omong kosong dari pada setenang dan seserius ini.

"Aku mau pulang," jawab Natalie sambil mengadah dan menatap Alexis lurus. "Pulang ke LA."

"Nat..." alexis memanggilnya lirih. "Kau bilang kau tidak marah?"

"Memang tidak," jawab Natalie sambil menggidikkan bahunya dan menegakkan tubuhnya. Ia kemudian menyunggingkan tawanya seperti biasa, "kau tanya aku mau apa, dan aku mau pulang. Katanya kau mau menebus kesalahanmu?"

Alexis mendadak lega begitu melihat Natalie kembali tertawa. Seharusnya Alexis tidak perlu sekhawatir itu karena Natalie yang dikenalnya adalah wanita tegar dan ceria. Hal seperti kemarin, tentu tidak akan membuat wanita itu merajuk berlama-lama seperti wanita lainnya. Natalie adalah wanita yang beda dari wanita lain.

Alexis ikut tersenyum dan mengangguk kecil. "Baiklah. Besok kita pulang. Bagaimana kalau hari ini aku mengajakmu jalan-jalan? Kau mau melihat baju untuk dia, kan?" Tanyanya sambil menunjuk anak dalam kandungan Natalie dengan dagunya.

"Mengenai itu..." Natalie berdeham dan mengeluarkan benda kecil di pangkuannya lalu mendorongnya kearah Alexis. "Aku rasa aku mau mengembalikan ini."

Alexis menatap kartu kreditnya dengan alis berkerut. Kartu kredit yang kemarin sempat membuat mereka berdebat kecil di pesawat kini berada di depannya lagi.

"Aku sudah katakan kau bisa menggunakannya untuk dia kan?" Tidak mengerti, Alexis mengernyit menatap Natalie. "Ah!" Alexis memekik mengerti jalan pemikiran Natalie. "Kau mengembalikan ini karena kau merasa tidak perlu menggunakannya karena aku akan ikut berbelanja bersamamu? Kau simpan saja. Kau bisa pakai di LA kalau aku sedang tidak bersamamu." Alexis kembali mendorong kartu itu kearah Natalie.

"Bukan begitu." Natalie mendorong lagi kartu itu sembari menepis pemikiran Alexis. Alexis mengernyit menatap Natalie, menunggu penjelasan wanita itu yang lagi-lagi meributkan hal sama mengenai kartu kreditnya. "Aku sudah berpikir kemarin, tuan mafia."

"Apa?" Alexis kembali was-was menunggu kelanjutan ucapan Natalie yang membuatnya menahan nafas.

"Mengenai tawaranmu... tentang pernikahan dan simbiosis mutualisme itu, sepertinya aku berubah pikiran," ujarnya. Natalie langsung menunduk untuk menghindari tatapan Alexis. "Aku mungkin memang tidak kaya, tapi aku yakin aku bisa menghidupi kami berdua." Natalie menambahkan dengan kekehan. "Jadi kau tidak perlu-" suara Natalie mengambang ketika matanya tidak sengaja menatap mata Alexis.

Disaat Natalie bisa tertawa kecil, laki-laki itu menatap Natalie tidak percaya.

"Apa maksudmu?" Tidak ada lagi kelembutan, suara Alexis terdengar datar, berat dan menakutkan ditelinga Natalie. "Kau bilang kau tidak marah padaku," ulangnya. "Kau bilang aku tidak perlu minta maaf."

"Memang tidak." Natalie menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Lalu kenapa?!" Lagi-lagi Alexis menaikkan suaranya membuat Natalie terkejut.

Padahal ia kira Alexis sudah jinak karena sepanjang pagi ini, Alexis memperlakukannya dengan baik. Padahal keputusannya ini juga menurutnya adalah yang terbaik untuk Alexis.

"Aku sudah berpikir-"

"Kau bisa berpikir? Kau yakin kau sudah berpikir? Kalau kau bisa berpikir, kau tidak akan mengambil keputusan ini, Natalie! Ini keputusan egois!" Bentak Alexis sudah tidak bisa lagi menahan kekesalannya.

Ia sudah berusaha bersikap baik pada Natalie, ia berusaha memperbaiki kesalahannya, tapi wanita itu malah mengambil keputusan idiot dalam satu hari hanya karena kesalah pahaman.

"Ini tidak egois," bantah Natalie. Bibirnya mengerucut, tidak terima dikatakan egois oleh orang yang menurutnya egois.

"Itu egois, Natalie! Kau mau memberi anakku makan apa sedangkan yang bisa kau lakukan hanya bertindak ceroboh dan membahayakannya!"

Mata Natalie membesar. Ia berdiri dan Alexis juga berdiri mengikutinya hingga Natalie terpaksa kembali mendongak.

"Apa? Mau membantah? Kau memang ceroboh, kan?" Tantang Alexis sambil berkacak pinggang.

Natalie menggigit bibir dalamnya dan ikut berkacak pinggang, "iya, aku memang ceroboh! Lalu apa? Kenapa?"

"Berhenti bertingkah kekanak-kanakan, Natalie!" Omel Alexis geram.

"Kau yang kekanak-kanakkan, tuan Mafia! Aku bicara baik-baik tapi kau yang tiba-tiba meninggikan suaramu. Kali ini apa? Kau membentakku karena memikirkan apa? Kelly lagi? Karena kau tidak bisa move on darinya?" Sindir Natalie.

"Kalian yang kekanak-kanakan!" Suara lembut menggema menengahi pertengkaran mereka pagi itu.

Ibu Alexis berjalan ke samping Natalie dan menatap putranya tajam, "bukannya kau mau memperbaikinya? Kau mau meminta maaf? Kenapa kalian malah teriak-teriak begini?"

"Dia yang memulainya!" Alexis dan Natalie serempak berbicara sambil saling tunjuk dan menatap ibu Alexis.

Kemudian Kakak ipar beserta ayahnya masuk melalui pintu koneksi yang lagi-lagi lupa Alexis kunci.

"Alexis, bukan seperti ini caranya meminta maaf!" Tegur ayahnya.

Bibir Natalie mengerucut sambil menatap Alexis dengan kesal. Sedangkan Alexis mengepalkan tangannya dan menatap Natalie tajam.

"Apa yang sebenarnya kalian bicarakan sampai teriak-teriak begini?" Tanya Ibunya kepada Natalie. Ibunya adalah seorang wanita, tentu dia tahu bagaimana perubahan emosi Natalie yang sedang hamil. Ia juga pernah merasakannya, hanya saja suaminya memilih untuk mengalah dari pada bertengkar seperti ini.

"Aku hanya mengatakan hasil pemikiranku semalam-"

"Yang kau pikirkan itu bodoh, Natalie!" Seru Alexis yang langsung dibungkam oleh Kakak iparnya. Merasa lebih berpengalaman menghadapi ibu hamil, Ia merasa bijak untuk tetap diam dari pada memancing emosi mereka.

Natalie melotot kearah Alexis. "Iya aku bodoh, tuan mafia! Puas?!" Teriak Natalie. Ibu Alexis mencoba menahan emosi membeludak Natalie dengan mengelus bahu wanita itu perlahan. "Karena itu lebih baik pernikahannya dibatalkan saja dari pada kau emosi setiap hari karena menghadapi kebodohan dan kecerobohanku!"

Ketiga orang yang mendengar teriakan Natalie tercengang. Mereka menatap Natalie tidak percaya, sedangkan nafas Alexis semakin tidak beraturan.

Alexis menepis tangan kakak iparnya kasar dan menatap Natalie berapi-api. "Baik, batalkan saja! Batalkan saja pernikahan terbodoh itu! Puas sekarang?!"

"Alexis!" Tegur ibunya tidak percaya.

Alexis berbalik, meninggalkan meja makan dan semua orang yang memanggilnya penuh teguran. Ia tidak mengerti kenapa wanita itu sangat amat egois dan keras kepala. Ia juga tidak mengerti kenapa ia begitu kecewa dengan keputusan Natalie. Ia sangat marah saat ini.

"BAIK, BATALKAN SAJA! KAMI TIDAK MEMERLUKANMU! DASAR TUAN MAFIA GAGAL MOVE ON!!!!" Teriak Natalie sebelum Alexis keluar dari pintu dan terdengar bunyi debam kencang akibat pintu yang ditutup dengan kencang oleh Alexis.

"Dasar, Mafia bodoh!" Gerutu Natalie sambil mengepalkan tangannya dan menggigit bibir dalamnya. Berusaha tegar disaat kaki dan tangannya juga hatinya sedang bergetar hebat.

***

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro