Prolog
Janesh menghela napas, sungguh-sungguh merasa kesal atas apa yang terjadi. Ini sudah yang kesekian kalinya, Kiran menuntut sesuatu yang sangat sulit ia wujudkan sekarang. P-E-R-N-I-K-A-H-A-N.
"Kiran, kita lebih baik pulang dan cooling down. Kita nggak bisa terus-terusan meledak kayak gini." Janesh berujar, menatap manik mata gadis yang berwarna cokelat itu dengan sayu. Dia sudah tak tahan lagi dengan pertengkaran yang tak kunjung reda, karena sama sekali tak ada yang mau mengalah.
"Terus mau sampai kapan kita menghindari pembicaraan kayak gini? Aku udah nunggu lama buat bisa ketemu, tapi kenapa Chef malah ingin kita pulang? Apa Chef nggak ngerti betapa lamanya aku nungguin, terus sekarang Chef malah nyuruh aku pulang?" Kiran dengan keras kepala menghentakkan kaki, merasa kesal dengan lelaki itu yang sama sekali tak mau mengerti dirinya.
Janesh memijat pelipisnya dan memejamkan netra. Ini gila, sungguh gila. Lelaki itu jadi mempertanyakan kewarasannya karena berpacaran dengan Kiran.
💔💔💔💔💔
Hai, assalamu alaikum, Bossque!
Gimana kabarnya? Masih sehat kan? Semoga kalian semua tetap sehat dan happy, biar bisa terus survive di tengah pandemi. Mungkin sudah ada yang mulai bosan, mungkin sudah banyak yang pengen protes-protes, ngomel-ngomel di sosmed, yeah I know. I felt that too. Tapi tetaplah bertahan dan bersabar, supaya pandemi ini segera terlalui, dan kita akan tersenyum menyambut hari bahagia itu sama-sama. Oke?
Finally, sesuai janji aku, aku udah nulis season dua Love Kitchen, judulnya Love Break! Ini sesuai sama yang ngevote, juga pilihan aku, semoga yang lainnya suka juga ya.
Oh iya, pertama-pertama aku ngucapin makasih atas antusiasme kalian membaca tulisanku sebelumnya. Apalagi sampai minta season dua. Benar-benar penyemangat buatku nulis cerita-cerita yang kayak gini lagi. Dan semua itu demi kalian, para Bossque yang keren dan caem, yang setia nungguin cerita yang mangkrak lama, bersedia ngevote dan komen-komen minta aku buat lanjut.
Kedua, aku mau ngingetin ya, bahwa aku nulis ceritanya pake alur maju-mundur, jadi buat kalian yang belum biasa ada tulisan semembingungkan itu, mohon maaf, dibiasakan ya. Tiap penulis punya gaya sendiri-sendiri, ada yang suka ngasih petunjuk buat pembacanya bahwa ini flashback, ini masa sekarang, dan aku bukan penulis yang kayak gitu. Mungkin aku akan perbaiki agar pergantian adegan bisa smooth, tapi kalo kalian mengharapkan aku akan selalu ngasih tahu bahwa ini masa lalu, ini masa sekarang, I'm sorry. Mungkin kalian bisa cari tulisan lain sesuai selera kalian. Bukannya sombong, Bossque, tapi kalo tulisanku sama kayak tulisan penulis lainnya, lalu apa yang membedakan kami? Aku cuma pengen bisa sedikit jadi beda, jadi begitu kalian lagi baca paragraf pertama, kalian akan langsung ngeh : oh, ini tulisannya DhiAZ :)
Ketiga, kalian bebas berkomentar, kasih saran dan ide-ide tentang cerita ini, mungkin juga kasih perbaikan kalo aku typo atau salah nulis kalimat. Kadang aku suka ngebut nulis terus langsung publish tanpa editing, jadi kalo kalian mau ngasih tahu aku, itu bakal berguna banget buatku.
Keempat, aku punya komitmen untuk nulis cerita yang bisa kalian nikmati gratis, tetapi kalian bisa tetap ngasih dukungan aku dengan traktir aku ngopi lewat trakteer.id/dhiaz.
Kelima, karena ini lanjutan ya, jadi castnya aku pake yang lama. Tapi kalo kalian punya ide tentang cast yang lain, boleh aja. Kasih tahu aku di komen atau DM. Insha Allah aku pasti baca, meski pun lambat responnya. Soalnya pemberitahuannya kadang numpuk banyak, jadi aku harus milah satu-satu.
Oke, sekian dulu pemberitahuannya. Semoga kalian akan suka cerita ini sama seperti sebelumnya. Meski pun kalian pasti geregetan, baru mulai kok udah disuguhi pertengkaran he he he. Sabar ya. Pasti ada adegan manis-manisnya, tapi ciri khasku adalah nggak ada adegan kissing, make out atau make love yang nggak sesuai konteks cerita. Kalo kalian pengen cerita semacam itu, silakan cari cerita dari penulis lain, karena aku udah berkomitmen nggak akan menulis adegan 18+++ kecuali memang karakternya udah nikah :) Maaf ya, kupikir cerita semacam itu sudah banyak kok, dan aku cuma pengen jadi beda aja dengan menulis adegan romantis tanpa skinship yang berlebihan. Kalo setelah ini banyak yang mundur atau nggak mau baca, aku nggak masalah, karena mungkin kalian bukan pembaca yang kutargetkan. But, terima kasih udah mampir sekali lagi.
Sampai jumpa di episode berikutnya ya, Keliners
Assalamu alaikum
Love,
DhiAZ
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro