Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PROLOG

Diego menatap pisau belati di genggaman tangannya. Ujungnya runcing, dengan kedua sisi mata pisau yang nampak berkilat tajam tertimpa cahaya matahari pagi. Detik selanjutnya, pandangannya beralih pada gadis yang sedang berdiri di bawah pohon sakura. Angin berembus cukup kencang, menerbangkan kelopak-kelopak bunga berwarna pink yang mulai berguguran.

Vanilla. Gadis itu menengadahkan kedua tangannya, membiarkan kelopak bunga sakura mendarat di telapak tangannya. Bibir berwarna pink alami itu menyunggingkan sebuah senyuman.

Napas Diego tertahan. Dadanya bergemuruh hebat, tatkala gadis itu menoleh dan memberikan tatapan kosong. Mata yang tidak bisa melihat itu mengerjap menyiratkan sebuah kebahagiaan.

"Diego, kau kah itu?" Suara lembut itu menyapa lelaki yang dirindukannya.

"Ya." Diego menyahut singkat.

Vanilla melangkah cepat menghampiri arah datangnya suara Diego dengan sebelah tangan terjulur ke depan. Ketika tangannya bersentuhan dengan pinggang lelaki itu, Vanilla refleks memeluknya.

"Kenapa lama tidak datang? Berhari-hari aku menunggumu."

"Aku sibuk." Diego menarik napas panjang, menghirup aroma citrus dari rambut panjang berwarna kecokelatan. Tangan kirinya melingkar di pinggang Vanilla, sementara tangan kanannya terangkat, bersiap menancapkan pisau belati ke punggung gadis itu.

"Ada kabar bahagia yang ingin aku ceritakan."

"Oh ya?"

"Kata dokter, menurut hasil pemeriksaan, mataku bisa disembuhkan dengan operasi. Aku bahagia sekali." Vanilla menyandarkan wajahnya di dada Diego. Seperti biasa, mencari kenyamanan.

"Wow, selamat. Akhirnya impianmu akan segera terwujud."

"Coba tebak, apa yang ingin pertama kali aku lihat jika mataku sembuh nanti?"

"Sunrise?"

"Bukan."

"Bunga sakura yang berguguran?"

"Tidak juga."

"Lalu apa?"

"Dirimu." Gadis itu berucap dengan riang. "Yang ingin pertama kali aku lihat adalah dirimu. Seseorang yang sudah memberikan warna baru dalam kehidupanku."

Diego gemetar. Dadanya semakin terasa sesak. Mata hitamnya tertuju pada pisau di genggaman tangannya. Ia bisa dengan mudah menghunuskan belati itu ke punggung gadis lemah ini, tetapi kenapa tangannya seolah kaku dan terasa berat untuk melakukan itu?

Bunuh dia, Diego! Bunuh dia!

Sisi liar dalam diri Diego berteriak menginginkan kematian gadis di dalam dekapannya. Namun, ada sisi lain dalam dirinya yang memberontak dan mengharapkan gadis itu tetap hidup.

Lihatlah betapa polosnya gadis itu mengungkapkan keinginan terbesarnya untuk bisa melihat Diego. Dia tidak tahu, bahwa hanya dalam hitungan detik dia bisa saja kehilangan detak jantungnya oleh sosok lelaki yang begitu dipercayainya.

Diego menggigit bibir bawahnya, menahan cairan bening yang mulai menggenang di kelopak mata. Rasa dendam di dalam hatinya begitu bergejolak, sangat berlawanan dengan perasaan asing yang belakangan ini selalu mengganggunya. Jantungnya yang selalu berdetak cepat ketika berada di dekat Vanilla. Dan dadanya yang berdebar lembut ketika ia menatap wajah cantik dengan rona merah di kedua pipi milik gadis itu. Sebutlah itu cinta, meski Diego jelas-jelas tidak ingin mengakuinya.

Mata Diego terpejam, dan satu butir kristal bening terjatuh di pundak Vanilla. Lelaki itu semakin erat menggenggam belati, berharap ia bisa dengan mudah mengakhiri semua ini. Tetapi gagal, tangannya serasa kaku untuk digerakkan. Seperti ada kekuatan magic yang membuat pisau belati itu menjauh dari punggung Vanilla.

Dan ketika Diego membuka mata, pergelangan tangannya sudah terluka. Tanpa sadar, sisi tajam dari belati itu telah menggoresnya, menyisakan goresan memanjang dengan darah yang mulai muncul dari permukaan kulitnya.

Diego tersenyum miris. Sekarang dia tahu, ternyata melukai gadis yang dicintainya, itu sama saja dengan melukai diri sendiri. Bahkan seandainya Diego mencoba mendorong Vanilla ke dalam jurang yang penuh duri, mungkin dia sendiri akan ikut terseret dan terjatuh di tempat yang sama dalam keadaan penuh luka.

Bunuh dia, Diego! Bunuh dia!

Argh! Brengsek! Peduli apa dengan cinta jika rasa dendam itu jauh lebih lama bersemayam di hatinya? Diego hanya perlu mengayunkan tangannya sekuat tenaga. Lalu, tubuh gadis lemah itu akan tergolek di atas hamparan bunga sakura yang berguguran dengan sebuah luka menganga di punggungnya. Dan dendam atas kematian orang tua Diego pun terbalaskan. Sesimple itu.

***

To be Continued
01-12-2022

Hai.. Apa kabar? Lama nggak menyapa kalian di Wattpad.. Ada yang kangen aku nggak 🥰🥰🥰

Aku kembali dengan cerita baru. Kemungkinan cerita ini akan aku up mulai pertengahan Desember, setelah namatin Forbidden Love.

Btw cerita Diego & Vanilla akan up sampai tamat di Wattpad, jadi save cerita ini di library ya..

Jangan lupa untuk selalu ramaikan dengan komen biar aku semangat nulis.

Love u ❤️❤️❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro